Energi terbarukan air yang bersumber dari aliran sungai telah dimanfaatkan warga desa menjadi PLTMH. Dengan listrik, potensi wisata dan ekonomi pun bangkit.
KOAKSI INDONESIA—Potensi sumber energi terbarukan air yang melimpah di Desa Air Tenam berasal dari dua aliran sungai yang melewati desa ini, yaitu aliran Sungai Manna dan aliran anak Sungai Air Tenam. Saat ini, aliran anak Sungai Air Tenam sudah digunakan sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang memasok listrik ke desa yang berada di Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu ini.
PLTMH mampu memanfaatkan potensi energi dari debit air yang sangat rendah, yaitu 1—3 meter. Namun, PLTMH juga membutuhkan ketersediaan aliran air yang konstan. Dilansir dari Renewable Energy Indonesia, sistem PLTMH membutuhkan turbin untuk memutar kumparan dinamo listrik, dinamo untuk mengubah energi yang dihasilkan oleh putaran turbin menjadi listrik, dan jaringan listrik untuk menyalurkan listrik dari instalasi PLTMH ke konsumen. PLTMH tidak menggunakan bahan bakar minyak sama sekali sehingga tidak menghasilkan gas buang. Dengan kata lain, pembangkit listrik ini ramah lingkungan.
Baca Juga: Air sebagai Sumber Energi Terbarukan
PLTMH yang telah beroperasi di Desa Air Tenam sejak 2013 ini menghasilkan listrik sebesar 13,9 kW untuk menerangi sekitar 50 rumah, termasuk fasilitas umum desa. Pembangunan pembangkit tersebut memanfaatkan dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang merupakan dana alokasi khusus untuk desa. Dari mulai proses perencanaan hingga pembangunan dilakukan oleh masyarakat desa dengan bantuan konsultan PLTMH. Setelah proses pembangunan selesai, proses manajemen pengelolaan PLTMH dilakukan oleh masyarakat desa baik sebagai operator, teknisi, maupun bendahara.
Manfaat listrik yang bersumber dari aliran sungai yang sudah dirasakan masyarakat menyadarkan mereka untuk menjaga kelestarian daerah aliran sungai agar PLTMH dapat terus beroperasi. Salah satu caranya dengan mengeluarkan aturan untuk tidak menebang pohon di sekitar sungai hingga radius tertentu, sehingga aliran sungai tidak terganggu dan infrastruktur PLTMH tetap berjalan.
Selain potensi energi terbarukan air, kelestarian alam di Desa Air Tenam telah membangkitkan potensi wisata dan ekonomi warga. Semua pariwisata di desa ini merupakan pariwisata berbasis alam. Misalnya, air terjun bertingkat tiga, jalur arung jeram, dan wilayah camping ground dalam kawasan yang masih asri.
Suasana asri pedesaan sangat terasa karena banyaknya pohon berjenis Anisoptera marginata Korth yang tumbuh di desa ini. Anisoptera marginata Korth termasuk kelompok mersawa “Tenam”. Berdasarkan beberapa sumber, pohon mersawa tenam merupakan pohon berkambium yang dapat tumbuh hingga diameter 135 cm dan tinggi 45 meter. Jenis kayunya biasa digunakan untuk bahan dinding rumah, papan, dan perahu karena kualitasnya dikenal kuat. Banyaknya pohon mersawa tenam di desa ini sekaligus menjadi asal muasal nama Desa Air Tenam.
Berdasarkan Dokumen Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) antara PNMP Mandiri dengan Desa Air Tenam tahun 2011, luas wilayah Desa Air Tenam sekitar 5.654 hektar dengan pembagian wilayah berupa permukiman, sawah, ladang/kebun, hutan, dan lahan untuk perikanan.
Desa yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan ini dapat ditempuh melalui jalur darat dari pusat Kota Bengkulu dengan jarak 152 km dari Bandara Fatmawati Soekarno, Bengkulu. Menggunakan mobil roda 4 akan memakan waktu kurang lebih 6—8 jam karena jalur perbukitan penuh dengan kelokan serta jalur menyempit setelah keluar dari Kota Manna menuju Desa Air Tenam.
Meskipun kemajuan sudah dicapai, masih ada beberapa persoalan. Pertama, keterbatasan akses jaringan seluler dan internet. Pemerintah Provinsi Bengkulu melalui Badan Pusat Statistik mendata masih ada sekitar 78 desa di seluruh Kabupaten Provinsi Bengkulu yang belum memiliki sinyal dan akses internet atau blank spot, salah satunya adalah Desa Air Tenam.
Baca Juga: Desa Wisata Tanggedu: Proses Berkelanjutan antara Alam dan Kebudayaan
Keterbatasan akses ini berdampak pada promosi wisata yang belum bisa dilakukan secara optimal. Padahal, kelancaran jaringan seluler dan internet membuat daya tarik wisata Desa Air Tenam dapat diketahui lebih banyak orang bahkan hingga mancanegara. Dengan demikian, meningkatkan kunjungan wisatawan ke desa ini yang pada akhirnya meningkatkan perekonomian masyarakat desa.
Kedua, dukungan untuk produk kopi asli desa bernama Air Tenam Kopi (Arabica based). Pak Sarno selaku tokoh masyarakat setempat sudah 3 tahun belakangan aktif memanen kopi. Namun, aktivitas produksi kopi kini terhambat karena kerusakan peralatan penghasil kopi. Dibutuhkan dukungan pihak eksternal untuk menggiatkan kembali usaha dan produktivitas masyarakat desa.
Sebagai desa binaan Koaksi Indonesia, Desa Air Tenam membuktikan bahwa gotong royong membangun desa dengan memanfaatkan sumber energi terbarukan menjadikan mereka mandiri. Berdasarkan bukti nyata inilah, Koaksi Indonesia mendukung penuh segala potensi lokal untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat serta membangun kesadaran untuk beralih kepada energi terbarukan.