Halo teman online! Pada sadar nggak, sih kalau beberapa tahun belakangan ini sebenarnya kita sering mengalami berbagai keluhan iklim?
Misalnya, sadar atau tidak, banyak orang sering mengeluhkan kepanasan karena suhu udara sekitar naik. Selain itu, berbagai penyakit mulai mengancam kehidupan hingga hujan ekstrem dengan intensitas tinggi di berbagai wilayah, bahkan menimbulkan bencana alam.
Anomali cuaca juga kian kita rasakan. Biasanya di bulan tertentu sudah masuk musim hujan, tapi ternyata masih kemarau dan berkepanjangan. Terkadang, kita tidak menyadari bahwa keluhan-keluhan tersebut sebenarnya merupakan dampak krisis iklim yang kita rasakan sehari-hari.
Krisis Iklim vs Keberlangsungan Hidup
Krisis iklim ini sangat berkaitan dengan keberlangsungan hidup kita sekarang dan anak cucu nanti. Seperti yang kita tahu bahwa kelestarian hutan, kebersihan laut, pengendalian polusi udara dan sampah, harus menjadi fokus kita bersama sekarang ini demi menindaklanjuti krisis iklim.
Misalnya, keadaan hutan yang terus mengalami deforestasi tentu bisa mengakibatkan emisi karbon semakin banyak di atmosfer. Akibatnya, terjadi peningkatan suhu global (global warming).
Masalah lingkungan lain yang harus kita perhatikan adalah produksi sampah yang sangat besar, namun pengolahannya belum baik dan benar. Terutama terhadap mikroplastik. Bahkan hanya sedikit limbah yang bisa didaur ulang dan selebihnya hanya mencemari lingkungan.
Baca Juga: Bagaimana Wacana Green Jobs Menciptakan Gerakan Massa Melawan Krisis Iklim?
Permasalahan berikutnya adalah kian tingginya polusi udara yang membuat kualitas udara menjadi sangat tidak sehat. Kadar polutan di udara menjadi lebih tinggi dari batasan normal WHO. Tentu ini menyebabkan banyak masalah, terutama aspek kesehatan.
Krisis iklim ini tentu bisa semakin parah di masa mendatang. Menjadi tantangan tersendiri bagi kita dan para generasi muda agar terus bisa beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang kian memburuk kualitasnya dan terbatas sumber dayanya.
Bayangkan saja jika akses air bersih semakin susah, kualitas udara semakin menurun, cuaca ekstrem kian meningkat, belum lagi ancaman wabah penyakit yang beragam. Kehidupan layak seperti apa yang bisa kita wariskan untuk anak cucu kita?
Urgensi Transisi Energi secara Positif
Transisi energi merupakan suatu proses perubahan dalam sistem energi. Di masa sekarang, transisi energi merupakan transformasi dari energi berbasis fosil dan tinggi karbon menuju energi rendah karbon.
Dulu, manusia lebih banyak menggunakan sumber-sumber energi tradisional untuk beraktivitas seperti menggunakan kayu bakar, arang, tenaga manusia, bahkan dengan tenaga hewan.
Namun, industri semakin berkembang pesat dan tuntutan sumber-sumber energi menjadi lebih besar. Akhirnya, penggunaan energi fosil seperti batu bara digunakan untuk menggantikan sumber energi tradisional.
Baca Juga: Pemanfaatan Biogas dari Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Sebagai Pemasok Listrik Daerah, Mungkinkah?
Ada beberapa alasan adanya transisi energi. Mulai dari perkembangan inovasi teknologi, tingkat upah pekerja, ketersediaan sumber energi, harga, serta kemudahan mendapatkannya.
Di Indonesia, kita pernah mengalami transisi energi. Masih pada ingat? Kita pernah mengalami transisi energi dari minyak tanah ke LPG (Liquid Petroleum Gas).
Transisi energi disusun dan dikembangkan agar kita memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, tersebar merata, dan dapat dikembangkan dalam skala kecil hingga sedang. Selain itu, jumlah penduduk yang sangat besar memiliki potensi sumber daya manusia dan peluang pasar yang besar.
Potensi sumber daya alam dan manusia yang melimpah di Indonesia bisa jadi senjata untuk mengendalikan krisis iklim. Salah satunya dengan memanfaatkan Green Jobs alias pekerjaan hijau.
Apa Itu Green Jobs?
Green Jobs mendukung akselerasi transisi energi. Green Jobs sendiri berfokus pada pelestarian lingkungan, meminimalisasi sampah dan polusi, serta melestarikan ekosistem yang berkaitan dengan krisis iklim, kemudian menelaah efisiensi energi terbarukan.
Statistik Pemuda Indonesia, 2019 menyatakan bahwa Indonesia dapat mencapai bonus demografi. Bonus demografi adalah kondisi ketika penduduk usia produktif lebih banyak (70%) dari total populasi di tahun 2020—2045.
Fenomena ini bisa dikendalikan sehingga tidak terjerumus dalam beban demografi, yaitu dengan memberikan akses pendidikan lebih tinggi dan meningkatkan keunggulan kompetitif pada tingkat regional, nasional, hingga global melalui peluang kerja yang berkualitas.
Pembangunan Rendah Karbon (PRK) Bappenas menyatakan bahwa skenario Net Zero Emission (NZE) bisa membuat Indonesia menuju negara berkelanjutan dan memiliki kemampuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Bahkan bisa menciptakan 15 juta lapangan kerja, mencegah hilangnya 16 juta hektar lahan hutan, peningkatan kualitas udara, dan masih banyak lagi.
Baca Juga: Green Jobs Membarui Rezeki, Energi, dan Negeri
Tahun 2022, Koaksi Indonesia juga mengeluarkan studi potensi Green Jobs dalam transisi energi. Indonesia bisa mewujudkan PRK dan mencapai NZE pada tahun 2060 (bahkan lebih cepat) melalui percepatan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan, serta peta jalan pengembangan Green Jobs di Indonesia secara matang dan terstruktur hingga tahun 2045.
Semua itu bisa terealisasi dengan cara meningkatkan sosialisasi peluang penciptaan lapangan kerja baru dan Green Jobs. Terutama untuk generasi muda, pemerintah, sektor swasta, serta sektor pendidikan.
Apalagi dengan semakin banyaknya sektor swasta dan industri yang memiliki visi berkelanjutan yang menargetkan penurunan emisi dengan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG). Tentu ini akan memperbanyak peluang Green Jobs.
Profesi hijau yang merupakan respons dari berbagai persoalan lingkungan dan pelestarian alam perlu memiliki wawasan dasar yang cukup sebagai bekal. Termasuk di dalamnya wawasan kebangsaan.
Wawasan dasar ini penting untuk mengembangkan dinamika ke depan dari berbagai profesi hijau dengan konteks persoalan yang beragam.
Jadi, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperbanyak Green Jobs dari berbagai sektor, seperti pelaku usaha dari sektor energi, transportasi, pangan, industri, serta sektor limbah. Green Jobs tidak hanya berpotensi di kota besar, namun bisa untuk setiap individu di seluruh Indonesia.
Mewujudkan Green Jobs Impian Melalui greenjobs.id
Telah hadir sebuah platform sumber informasi Green Jobs yang andal, lengkap/komprehensif, serta mudah diakses oleh publik.
Koaksi Indonesia mengembangkan platform berbasis web yang akan memperkuat kebutuhan informasi dasar mengenai Green Jobs.
Tidak hanya berisi informasi, greenjobs.id menyediakan publikasi serta sebagai sarana peningkatan kapasitas yang dibutuhkan untuk terjun ke Green Jobs atau menciptakan Green Jobs.
Selain itu, platform ini akan menjadi wadah yang mempertemukan sumber daya manusia (SDM) dengan penyedia Green Jobs, dari sektor pendidikan, swasta/industri, serta pemangku kepentingan terkait, untuk pengembangan ekosistem Green Jobs.
Pengembangan platform greenjobs.id berisi:
- Referensi atau publikasi
- Informasi dasar/FAQ (Green Jobs for Dummies)
- Informasi tentang lembaga yang mendukung ekosistem Green Jobs: pendidikan, kursus luring atau Massive Open Online Courses (MOOC), sertifikasi, inkubasi/akselerasi start-up
- Panduan Green Jobs berupa video
- Materi komunikasi yang bisa diunduh
- Forum Matchmaking untuk pekerjaan dan karier: lowongan pekerjaan, pemberi pekerjaan, investor, hingga start-up
- Cerita sukses Green Jobs
- Komunitas Green Jobs: pemangku kepentingan yang turut mendukung inovasi, visi, serta aksi perubahan yang memiliki perspektif keberlanjutan, meliputi Lembaga/Institusi Publik, Akademisi/Lembaga Pendidikan, Sektor Swasta/Industri, Organisasi Masyarakat Sipil, hingga Media Massa.
Gimana, teman online? Tertarik untuk mengenal Green Jobs lebih jauh? Silakan kunjungi greenjobs.id dan temukan informasi mengenai potensi diri untuk #GoGREENJOBS.
Artikel ini telah tayang di https://www.anggitaramani.com/2024/02/green-jobs.html dengan judul “Cara Asyik Atasi Krisis Iklim: Pekerjaan Hijau Green Jobs melalui greenjobs.id”.
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog #GoGreenJobs menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mengedit bahasa dan penulisan setiap artikel dan opini yang masuk ke redaksi agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta, serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.