Penulis: Kevin Alexander, Periset Koaksi Indonesia
Editor: Yessi Febrianty dan Gabriela Claudia Kalalo
Tidak hanya dari besarnya pengaruh industri Bollywood dan kecintaannya terhadap makanan penuh rempah, Indonesia dan India masih memiliki memiliki banyak kesamaan. Dua negara yang memiliki populasi yang masif dengan pertumbuhan yang juga tinggi1 ini memiliki ambisi yang tinggi dalam mengembangkan energi terbarukan di negaranya masing-masing. Tetapi, beberapa tahun terakhir India terlihat melesat dan menjadi salah satu pemimpin di industri energi terbarukan. Menurut Ernst and Young (EY), India berada di posisi ke-3 dalam Renewable Energy Country Attractiveness Index (RECAI) di tahun 2019, sedangkan Indonesia berada dalam posisi ke-38.2
India memiliki target bauran energi non fosil untuk produksi listrik sebesar 40 persen pada tahun 2030.3 Di tahun 2019 saja, India sudah berhasil mengoperasikan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan sebesar 83 GW, berbanding jauh dengan Indonesia yang baru berhasil memasang 9,96 GW pada tahun yang sama).4,5
Political Will yang Kuat
Political will (kemauan politik) dapat diartikan sebagai determinasi atau ketertarikan pemerintah dalam membicarakan, mendukung, dan melaksanakan suatu kebijakan. Energi terbarukan merupakan salah satu upaya yang akan sulit dikembangkan tanpa dukungan kuat dari pembuat kebijakan karena memerlukan sumber daya tinggi dan bersifat multisektoral. Political will dari pemangku kepentingan di India terlihat jelas pada saat Perdana Menteri India, Narendra Modi menyatakan bahwa India akan melipatgandakan kapasitas energi terbarukan dari 175 GW menjadi 400 GW6 dalam pidatonya di hari kemerdekaan India. Perkembangan energi terbarukan di Indonesia masih terhambat oleh banyaknya kebijakan yang dinilai belum ramah terhadap industri energi bersih, seperti isu FiT (Feed-in Tariff) dan skema Build – Operate – Own – Transfer (BOOT). Pemerintah Indonesia harus semakin berani dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih menguntungkan untuk industri terbarukan sehingga mampu menyediakan akses listrik yang murah dan ramah lingkungan.
Komitmen Industri Energi Fosil untuk Bertransisi
Masih berkaca dari India, tidak hanya dari pemerintah, sektor swasta yang menjalankan bisnis di bidang energi fosil juga mendukung komitmen India menuju perkembangan energi yang lebih bersih. Contoh dari perubahan ini, dapat dilihat dari perusahaan Tata Power yang memutuskan untuk tidak membangun pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) baru, dan beralih ke pembangkit matahari, angin, dan hidro.7 Perusahaan lain berbasis energi fosil juga menunjukan tren yang sama. National Thermal Power Corporation Limited (NTPC), perusahaan India yang bergerak di bidang energi termal, telah menunda pembangunan 10,5 GW PLTU sampai waktu yang belum ditentukan.
Inisiatif dari sektor swasta di India yang mendukung komitmen pemerintahnya dalam pengembangan energi bersih ini merupakan hal yang patut dicontoh oleh perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, terutama yang masih bergerak di bidang minyak, gas, maupun batu bara. Sektor Swasta memiliki sumber daya finansial dan manusia yang besar untuk mengalihkan portfolionya ke sektor energi terbarukan. Dari sisi bisnis, diversifikasi juga dapat mencegah adanya stranded asset di kemudian hari seperti yang telah diprediksi akan terjadi di Jepang.8
Jadi, kalau India saja bisa, Indonesia juga pasti bisa.
Referensi:
U.S. Census Bureau. (2019). Most Populous Countries. [online]. Available at: https://www.census.gov/popclock/world [Accessed 8 Jan. 2020]
2 Warren, B. (2019). Renewable Energy Country Attractiveness Index (RECAI). [online] EY. Available at: https://www.ey.com/en_uk/power-utilities/renewable-energy-country-attractiveness-index [Accessed 8 Jan. 2020].
3 Sinha, A. (2015). Here are India’s INDC objectives and how much it will cost. indianexpress.com. [online] Available at: https://indianexpress.com/article/india/india-news-india/here-are-indias-indc-objectives-and-how-much-it-will-cost/ [Accessed 8 Jan. 2020].
4 The Times of India (2019). India on track to achieve 175 GW of renewable energy by 2022: Union minister. [online] Available at: https://timesofindia.indiatimes.com/india/india-on-track-to-achieve-175-gw-of-renewable-energy-by-2022-union-minister/articleshow/71598208.cms [Accessed 8 Jan. 2020].
5 IESR (2019). Indonesia Clean Energy Outlook: Tracking Progress and Review of Clean Energy Development in Indonesia. Jakarta: Institute for Essential Services Reform (IESR)
6 The Times of India (2019). PM Modi vows to more than double India’s non-fossil target to 450 GW. [online] Available at: https://timesofindia.indiatimes.com/india/pm-modi-vows-to-more-than-double-indias-non-fossil-fuel-target-to-400gw/articleshow/71263509.cms [Accessed 8 Jan. 2020].
7 The New Indian Express (2019). To become a global leader in renewable energy India needs to update its climate targets. [online] Available at: https://www.newindianexpress.com/world/2019/jun/28/to-become-a-global-leader-in-renewable-energy-india-needs-to-update-its-climate-targets-1996560.html [Accessed 8 Jan. 2020].
8 Carbon Tracker Initiative. (2019). Japan could face US$71 billion of stranded coal assets without policy reform. [online] Available at: https://www.carbontracker.org/press-release-japan/ [Accessed 8 Jan. 2020].