Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) menurut PP No. 50 tahun 2011 merupakan kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup serta pertahanan dan keamanan. Dalam pengembangannya, beberapa KSPN telah memiliki akses terhadap energi terbarukan misalnya tenaga surya, air dan panas bumi.
Salah satu kawasan strategis pariwisata nasional adalah di Tanjung Kelayang, Belitung. Belitung membangun beberapa pembangkit listrik tenaga surya yang akan membantu pulau tersebut dalam memenuhi kebutuhan listrik pada siang hari dan pada malamnya akan digantikan dengan diesel. PLTS tersebut tersebut berkapasitas 170 kWp dan selain listrik dengan tenaga surya, Belitung juga akan mengembangkan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya yaitu dengan menggunakan biogas (Antara).
Beralih ke kawasan strategis pariwisata di Pulau Jawa, Borobudur yang terkenal dengan keindahan candinya telah mengawali penggunaan panel surya yaitu pada tahun 2012. Panel surya yang bekerja kurang lebih 4-12 jam sehari ini akan menyaluran sinar matahari yang ditangkap ke dalam baterai dan saat disalurkan ke listrik pada malam hari akan menghasilkan listrik untuk penerangan dengan kapasitas maksimal 2.000 watt. Di sepanjang Borobudur terdapat 10 lampu penerangan dengan tenaga surya dengan energi sebesar 40 watt per lampu. Satu buah lampu dilengkapi dengan 2 alat panel surya yang mampu menghasilkan 50-100 watt per satu alat panel surya (Republika).
Selain lokasi yang telah disebutkan sebelumnya, energi terbarukan juga dapat diakses di kawasan pariwisata lainnya di Indonesia yaitu di Morotai. Wilayah Morotai mungkin sering terdengar, namun tahukah kalian dimana Morotai? Morotai merupakan pulau yang juga sebuah kabupaten yang terletak di kepulauan Halmahera, Maluku. Salah satu pulau paling utara di Indonesia ini telah membangun pembangkit listrik tenaga mesin gas berkapasitas 10 MW yang akan dioperasikan pada 2019 mendatang.
Cara kerja PLTMG serupa dengan mesin pembangkit tenaga diesel, namun bahan bakar yang digunakan oleh PLTMG adalah gas yang kemudian dibakar sehingga menghasilkan tenaga untuk memutar turbin dan menghasilkan energi listrik. PLTMG lebih unggul dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga diesel karena lebih ramah lingkungan. Emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran tidak menimbulkan polusi udara. Sebelumnya Presiden juga telah meresmikan PLTS di Desa Wawama, Morotai Selatan. Pemerintah sedang berupaya untuk menyediakan listrik sebesar 35 ribu MW dan 25 persennya diupayakan berasal dari energi terbarukan (Batampos).
Pada 2017 lalu, Pulau Flores ditetapkan sebagai Pulau Panas Bumi. Ungkapan tersebut bukan tanpa alasan sebab pulau tersebut menyimpan kekayaan alam berupa panas bumi yang cukup besar dan hal ini pula yang diharapkan dapat dimanfaatkan khususnya dalam bidang energi. Menurut Kementrian ESDM (2017) Pulau Flores memiliki potensi panas bumi sebesar 902 MW atau 65 persen dari total potensi panas bumi di Provinsi Nusa Tenggara Timur dan tersebar di 16 titik yaitu di Waisano, Ulumbu, Wai Sokoria, Jopu, Lesugolo, Oka Ile Ange, Atedai, Bukapiting, dan beberapa daerah lainnya. Semoga potensi-potensi ini dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga Pulau Flores kemudian tidak hanya dijuluki dengan Pulau Panas Bumi, namun juga Pulau dengan Penggunaan Energi Bersih terbesar, setuju?
Kawasan lain yang juga mengembangkan pembangkit listrik dari energi terbarukan adalah Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Melalui dana hibah asing, proyek pembangunan empat PLTS berkapasitas 520 kWp di empat desa di Pulau Tomia, salah satu Pulau di Kepulauan Wakatobi yang akan menyediakan listrik bagi 1000 rumah tangga disana. Program ini menjadi angin segar bagi masyarakat setempat karena meski jaringan PLN telah ada, namun listrik tidak dapat maksimal dipergunakan karena tidak selalu menyala. Dari kawasan strategis pariwisata yang ada di Sulawesi tenggara, kita berali ke ibukota. Salah satu dari 10 KSPN yang tersebar di Indonesia, Kepulauan Seribu.
Kabupaten yang berada di utara Jakarta ini juga akan memiliki akses energi terbarukan dikarenakan masih ada pulau yang belum memilki akses energi listrik. Dikutip Kumparan (2018), Pemprov DKI akan mengoptimalkan sumber energi terbarukan di Kepulauan Seribu, salah satunya dengan menggunakan energi surya. Selain tenaga surya, pemprov DKI juga akan memanfaatkan energi terbarukan lainnya seperti tenaga bayu, dan sampah. Sampah diupayakan pemanfaatannya agar sampah yang dihasilkan oleh pulau tidak lagi perlu dibuang ke Bantar Gebang. (Pemprov DKI, 2018).
Bergerak ke Sumatera Utara, Danau Toba yang menjadi salah satu KSPN andalan di Indonesia kini dapat menikmati listrik dari pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH). Masyarakat Desa Sipagabu dan Desa Liattondung Kecamata Nassau, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara akhirnya dapat menikmati listrik setelah 72 tahun. PLTMH berkapasitas 130 kW dapat menerangi 293 rumah tangga dengan daya 400 watt di setiap rumah (Republika, 2017). Selain kawasan Danau Toba, kawasan Mandalika, Lombok juga turut mengembangkan energi terbarukan.
Mandalika telah memutuskan untuk menggunakan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) sebagai sumber energi listrik untuk kawasan seluas 1.200 hektar. PLTS diharapakan akan menjadi pengungkit amenitas pariwisata yang terintegrasi di Mandalika. Pemanfaatan energi terbarukan di NTB bukan tanpa alasan, sebab NTB memiliki kekayaan alam yang potensial untuk digunakan sebagai sumber energi terbarukan. Selain di Mandalika, di Dompu, NTB juga akan memanfaatkan panas bumi.
PLTP dengan kapasitas pembangkit 3 x 20 MW akan menjadi alternatif dari penggunaan energi yang selama ini masih bergantung dari energi fossil. Menurut Ahyar (2017) keterbatasan teknologi masih menjadi hambatan dari pemanfaatan energi terbarukan. Kendati demikian, masyarakat di NTB berupaya untuk mengembangkan energi terbarukan energi air skala kecil melalui pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dan pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM), energi surya untuk penerangan rumah tangga di pedesaan dan pemanfaatan biogas dan biomassa untuk bahan bakar memasak skala rumah tangga.
Bergeser ke arah barat, dari NTB, ke Kawasan Wisata Bromo Tengger Semeru di Jawa Timur, sinar matahari dimanfaatkan sebagai sumber energi dari paku marka jalan atau solar cell road stud. Dikutip dari MalangToday, Paku marka tenaga surya ini rencananya akan dipasang sepanjang 38 kilometer yang akan dimulai dari Jalan Raya Kalisari yang berbatasan dengan Kota Malang hingga Jalan Raya Gubuklakah di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang yang merupakan salah satu jalur akses menuju kawasan tersebut. Pemasangan paku marka tenaga surya di kawasan wisata Gunung Bromo Tengger Semeru tidak lain adalah untuk menunjang pariwisata di kawasan wisata Gunung Bromo yang memiliki medan berkelok dan menanjak.
Berbeda dari beberapa contoh pemanfaatan energi terbarukan di beberapa KSPN di Indonesia yang menggunakan PLTS sebagai salah satu sumber energi listrik, diharapkan kawasan wisata yang terkenal dengan pemandangan matahari terbit ini dapat memaksimalkan energi terbarukan lainnya dalam kegiatan sehari-hari. Dari beberapa KSPN yang telah disebutkan, sebagian besar kawasan pariwisata memanfaatkan matahari sebagai sumber energi listrik, kemudian disusul dengan energi terbarukan lainnya seperti air, angin, panas bumi gas bumi dan biogas.
Pemanfaatan energi terbarukan ini tentu saja memiliki dampak positif tidak hanya dari segi ketahanan energi di suatu kawasan pariwisata, namun juga mendukung edukasi tentang energi terbarukan di kawasan pariwisata tersebut. Dari beberapa contoh kawasan pariwisata yang tergabung dalam KSPN, sinergi dari masyarakat, pemerintah dan swasta sangat diperlukan. Oleh karena itu diharapkan sinergi tersebut tetap berlangsung sehingga energi terbarukan di kawasan strategis pariwisata nasional terus berkembang.