*disarikan dari Lokakarya Energy Delivery Model yang diselenggrakan IESR
Energy Delivery Model (EDM) merupakan sebuah pendekatan dalam merancang model pemenuhan energi bagi masyarakat miskin dan terutama tinggal di area rural. Sebagai metode pendekatan untuk keberlanjutan penyediaan energi bagi masyarakat miskin, EDM dirancang tidak hanya membahas mengenai teknis dari sumber energi yang akan disediakan, namun juga melingkupi faktor sosial budaya, ekonomi serta lingkungan.
EDM disajikan dalam model peta yang terdiri menjadi empat bagian. Bagian pertama adalah konteks sosio-budaya. Bagian ini menilai aspek sosial dan budaya yang telah ada di masyarakat dan dampak yang akan datang setelahnya. Bagian kedua mencakup layanan pendukung tambahan, termasuk rancangan keuangan mikro serta pemetaan stakeholders terkait proyek pemenuhan energi. Pemetaan ini tak hanya meliputi pemegang keputusan saja tetapi juga objek yang akan terdampak nantinya. Bagian ketiga adalah model pemenuhan, tujuannya untuk menemukan value proposition yang merupakan kebutuhan sesungguhnya dari masayarakat terdampak. Bagian terakhir adalah lingkungan yang mendukung, dalam bagian ini meninjau aspek teknis dari keberjalanan pembagunan nantinya dan kebijakan serta hukum yang berlaku.
Pengaplikasian EDM dalam pembangunan energi di daerah yang belum memiliki akses energi, dapat menjawab kebutuhan masyarakat dan menghindari banyaknya proyek pembangunan energi yang tak tepat guna. Umumnya daerah ini berada di pelosok ataupun pulau-pulau kecil dan terluar yang jauh dari akses energi. Pada lokakarya yang diadakan oleh IESR, studi kasus dilakukan pada Desa Boafeo, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Pelaksanaan EDM di Desa Boafeo sudah berjalan sejak 2016. Dimulai dari awal perencanaan untuk pemetaan konteks sosial budaya, berlanjut hingga saat ini dalam tahap pembangunan pembangkit listrik tenaga surya di sekolah. EDM ini direncanakan akan berlangsung 5 tahun, dari awal hingga pendampingan, agar bisa dilihat aspek-aspek penilaian dan keberlanjutannya.
EDM ini bertujuan untuk membantu masyarakat miskin atau marjinal yang berlum mendapatkan akses energi. Dalam pelaksanaannya CSO yang terlibat terdiri dari berbagai jenis. IESR (Institute for Essential Services Reform) bersama Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) bertindak sebagai pendamping. Tahapan proses design EDM diawali dengan mengidentifikasi permintaan. Dilanjutkan dengan analisis pasar dan konteks, dan yang terakhir adalah mendesain model pemenuhan. Semua pemangku kebijakan sebaiknya terlibat dalam merancang EDM melalui lokakarya yang partisipatif. (Coaction/Ridwan Arif)