Green Jobs Workshop Surabaya yang digelar pada Sabtu, 9 Desember 2023 di Auditorium i8 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya menjadi penutup rangkaian acara Green Jobs Workshop yang diselenggarakan Koaksi Indonesia.
Baca juga: Orang Tua dan Masa Depan Green Jobs
KOAKSI INDONESIA — Menyambung kesuksesan rangkaian acara Green Jobs Workshop di kota-kota sebelumnya, yaitu Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta, Green Jobs Workshop di Surabaya sukses dilaksanakan oleh Koaksi Indonesia. Kesuksesan Green Jobs Workshop Surabaya ini tidak lepas dari dukungan Seasoldier sebagai mitra kolaborator dan Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum Universitas Negeri Surabaya.
Green Jobs Workshop Surabaya dibuka secara resmi oleh Eko Indriantanto, S.Fil selaku Ketua Tim Kemitraan Organisasi Kemasyarakatan Asing Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Dalam sambutannya, Eko menyampaikan bahwa pemerintah mendukung masyarakat sipil untuk berpartisipasi secara aktif dalam pengembangan green jobs di Indonesia.
Kemudian, dilanjutkan dengan sesi talkshow yang menghadirkan empat narasumber mewakili pemerintah daerah, akademisi, swasta, dan organisasi masyarakat sipil untuk meningkatkan wawasan anak muda Surabaya mengenai green jobs.
Membuka sesi talkshow, A. Azis Kurniawan sebagai Manajer Kebijakan dan Advokasi Koaksi Indonesia menyampaikan sekaligus menjawab pertanyaan moderator bahwa green jobs merupakan pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Green jobs juga harus inklusif dan dapat menjadi peluang pekerjaan di masa depan.
“Diproyeksikan 20 tahun ke depan akan ada 1—1,2 juta tenaga teknis di sektor energi terbarukan. Sementara itu, untuk pekerjaan yang tidak langsung ke energi terbarukan akan lebih banyak yang terserap, misalnya akuntan dan lawyer,” ujar Azis.
Walaupun kampanye dan peluang green jobs sudah muncul, brown jobs masih dianggap lebih menarik oleh generasi muda. Hal ini memantik pertanyaan baru oleh moderator mengenai perbandingan pekerjaan green jobs dengan brown jobs di Indonesia.
“Setelah dilakukan riset dengan investasi yang sama, sektor yang lebih hijau akan lebih banyak membuka lapangan pekerjaan, bahkan 20 kali lipat lebih banyak. Ke depannya jumlah lapangan pekerjaan akan lebih besar. Ada sektor selain energi terbarukan yang membuka lapangan pekerjaan seperti pertanian dan perikanan. Selain itu, ada indirect jobs yang mendukung tenaga teknis,” jawab Azis.
Peluang green jobs ini pun dibuktikan oleh Bank Sampah Induk Surabaya di bawah naungan Yayasan Bina Bhakti Lingkungan yang mengusung pengelolaan sampah di tengah isu yang semakin memburuk di Surabaya. Bahkan, Bank Sampah Induk Surabaya menambah peluang lapangan pekerjaan baru green jobs melalui konsep ekowisata. Hal ini disampaikan oleh Andi Riska Mardiana selaku Manager Fundraising & Santunan Sosial Yayasan Bina Bhakti Lingkungan.
“Bank Sampah merupakan fasilitas pengelolaan sampah dengan prinsip 3R, bukan sekadar gudang sampah. Bank Sampah juga menyediakan edukasi bahwa sampah bisa diolah dan menjadi cuan atau yang disebut dengan ekonomi sirkular. Masih banyak masyarakat yang belum tahu terkait waste management dan belum banyak yang tahu bahwa Bank Sampah bisa menjadi ekowisata,” ujar Andi.
Serupa dengan pihak swasta, pemerintah daerah melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya memiliki beberapa program yang mendukung pelestarian lingkungan dan menjadi contoh green jobs. Agustinus Hendra Christian Andrianto mewakili Dinas Lingkungan Hidup Surabaya menyampaikan program yang telah dibuat oleh pemerintah daerah.
“Di DLH Surabaya sudah ada pemasangan solar panel, peralihan penggunaan lampu HPL dengan LED untuk mengurangi konsumsi daya, mengoperasikan TPS3R atau rumah kompos yang dikelola oleh pemerintah. Prinsipnya sama dengan 3R dengan mengurangi sampah yang berakhir di TPA. Ada juga hasil tebang pohon dari pohon yang tumbang dijadikan kompos dan dapat diminta oleh masyarakat. Tahun ini, Surabaya punya PLTSa di Benowo. Jadi, sampah yang masuk akan dipanaskan sehingga menghasilkan energi listrik. Pembangkit listrik ini sampai menjadi percontohan,” ungkap Agus.
Selain pihak swasta dan pemerintah daerah, sektor pendidikan tidak kalah dalam membuka peluang green jobs. Menurut Senki Desta Galuh, Dosen Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Jember, justru green jobs sudah ada sejak lama dalam dunia pendidikan.
“Dari dulu kita sudah ada green jobs, namun belum terarah dan efisien. Green jobs di kami adalah melakukan penelitian tentang green jobs. Misalnya, budi daya maggot untuk mengurai sampah organik. Ternyata, maggot mengeluarkan gas metana dan siklus hidup maggot selama 21 tahun, apakah itu termasuk green? Akhirnya, ada penelitian pakan maggot yang dapat memengaruhi gas metana yang dihasilkan. Jadi, akademisi lebih ke riset untuk menjaga lingkungan,” ujar Desta.
Saat ditanya tentang membentuk green skill untuk mahasiswa sebelum terjun ke green jobs, Desta memiliki jawaban sederhana.
“Dari saya, yang penting kerja tetapi ramah lingkungan. Semua tergantung dari habit. Bagaimana bisa disebut green jobs kalau kita bekerja di sektor green tetapi habit tidak mendukung lingkungan. Misalnya, pengepul. Dia memilah sampah, tetapi membuang kembali sampah yang tidak berharga. Jadi, saya sebagai dosen mengarahkan untuk lebih sustainable, agar menjadi habit,” jelas Desta.
Setelah pemaparan dari keempat narasumber, muncul pertanyaan menarik yang disampaikan oleh Utari, salah satu peserta Green Jobs Workshop Surabaya yang mewakili Mahasiswa Tanggap Bencana (Mahagana) UNAIR mengenai kebijakan green jobs di Indonesia. Menanggapi pertanyaan ini, Azis menjawab dengan memberikan contoh kegiatan yang dilakukan oleh Koaksi Indonesia.
“Saat ini, Koaksi Indonesia dan Bappenas sedang membuat peta jalan terkait green jobs yang akan menjadi bahan untuk membuat kebijakan. Kebijakan tidak mungkin berjalan sendiri, perlu ada peran-peran lain yang membantu dalam kolaborasi pentahelix,” jawab Azis.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan sesi mini workshop yang mempertemukan narasumber dan peserta dalam kelompok di satu lingkaran kecil diskusi. Sesi ini mewadahi peserta dalam tiap kelompok bertanya banyak hal mengenai green jobs kepada semua narasumber yang mendatangi setiap kelompok secara bergiliran.
Setelah memperoleh wawasan dari narasumber, peserta pada masing-masing kelompok diminta untuk mendiskusikan hal-hal yang bisa dilakukan anak muda untuk mendukung green jobs di Indonesia dan dituangkan dalam bentuk poster A3. Peserta yang hadir terlihat antusias dalam kegiatan yang melibatkan kreativitas ini, bahkan waktu yang diberikan belum cukup untuk menuangkan ide-ide cemerlang mereka.
Hasil diskusi dari masing-masing kelompok pun mulai dipresentasikan di hadapan peserta lainnya dan diawali oleh Kelompok 1. Menurut kelompok ini, untuk menciptakan green jobs di Indonesia diperlukan banyak peran yang terlibat aktif, seperti masyarakat, pendidikan, dan pemerintah. Mereka menyimpulkan bahwa masyarakat memiliki peran yang besar untuk terwujudnya green jobs, termasuk habit masyarakat itu sendiri.
Baca juga: Implementasi Konsep Ecopreneurship Tuntaskan Sampah Plastik
Menurut Kelompok 2, terwujudnya green jobs di Indonesia perlu dibahas oleh multidisiplin. Selain itu, Kelompok 2 menyatakan bahwa perlu diadakan kampanye digital dan konferensi dengan para ahli untuk mengenalkan green jobs kepada masyarakat. Tidak ketinggalan, isu inklusivitas dalam advokasi lingkungan menjadi hal yang esensial.
Menurut Kelompok 3, pemberdayaan media dapat mewadahi pemangku kepentingan untuk mendukung penciptaan green jobs dan dapat memberikan pengetahuan terkait peluang green jobs kepada masyarakat.
Menurut Kelompok 4, green jobs dapat diciptakan oleh diri sendiri melalui wirausaha. Salah satu usaha yang dicanangkan oleh Kelompok 4 adalah jasa pembuatan suvenir yang ramah lingkungan. Mereka juga menyampaikan bahwa kunci keberhasilan green jobs adalah kolaborasi pentahelix. Apabila tidak ada kolaborasi, green jobs hanya menjadi kata-kata.
Terakhir, menurut Kelompok 5, untuk mendukung green jobs di Indonesia perlu peran pendidikan dengan memasukkan kurikulum sadar lingkungan dan pelatihan soft skill oleh Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) sehingga menciptakan kader-kader yang dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat di lingkungannya masing-masing.
Dengan berakhirnya presentasi dari kelima kelompok, usai pula kegiatan Green Jobs Workshop di Surabaya sekaligus rangkaian acara Green Jobs Workshop tahun 2023. Namun, semangat Koaksi Indonesia untuk menyebarkan kampanye green jobs di Indonesia tidak usai sampai di sini!
Baca juga: Petani Urban: Profesi Ramah Lingkungan untuk Ketahanan Pangan