Menyusul kesuksesan acara Green Jobs Workshop yang telah dilaksanakan di Jakarta dan Bandung, Yogyakarta turut memberikan kesan berharga kepada para peserta untuk memahami green jobs lebih dalam.
Baca juga: Green Jobs Class #1: Menemukan Potensi Diri Demi Masa Depan Hijau
KOAKSI INDONESIA — Keseruan rangkaian acara Youth Leader Program Koaksi Indonesia bertajuk Green Jobs Workshop telah masuk ke kota pelajar, Yogyakarta. Kegiatan ini diselenggarakan pada Sabtu, 2 Desember 2023, di Ruang Seminar Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Dihadiri oleh puluhan peserta, kesuksesan acara juga tidak terlepas dari kerja sama dengan Earth Hour Yogyakarta sebagai kolaborator.
Kegiatan ini menghadirkan ragam perspektif para pemuda untuk bersama mendiskusikan peluang green jobs di Indonesia. Rangkaian acara workshop diawali dengan sambutan oleh Kepala Seksi Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Yodie Indrawan, S.S..T.P., M.A.
“Kesempatan ini menjadi peluang untuk memberikan pemahaman green jobs kepada teman-teman komunitas, tidak terbatas di Yogyakarta, namun harapannya akan membantu memperluas pemahaman masyarakat hingga di tingkat daerah-daerah,” ujarnya saat membuka rangkaian acara.
Keseruan Sesi Talkshow pada Green Jobs Workshop Yogyakarta
Seperti kegiatan workshop di dua kota sebelumnya, yaitu Jakarta dan Bandung, pada sesi talkshow dihadirkan empat narasumber dari perwakilan akademisi, swasta, pemerintah, dan masyarakat sipil.
Ridwan Arif, Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia, membuka sesi diskusi dengan penyampaiannya terkait kepentingan green jobs. Walaupun belum ada definisi secara baku terkait green jobs di Indonesia, pengertian green jobs sebagai pekerjaan yang tidak hanya berfokus pada pelestarian lingkungan, tetapi juga harus memenuhi kondisi pekerjaan yang layak dan inklusif untuk semua orang.
“Sekalipun ada kata green, tidak harus terbatas pada sektor tertentu, yang biasa hanya terpaku pada lahan pertanian dan kehutanan, namun bisa melibatkan sektor lain seperti industri, seni, bahkan elemen desain,” tambah Ridwan.
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan oleh perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Yogyakarta, Radhita Matardi Wicaksono, S.Hut. Radhita mengakui bahwa belum mengerti sepenuhnya terkait green jobs, namun pastinya berhubungan dan menyoroti isu lingkungan seperti kualitas air, udara, dan sampah sebagai fokus utama.
“Berkaitan dengan isu lingkungan di Yogyakarta, DLH tengah menjalankan pemantauan kualitas air sungai, limbah air masyarakat, dan dampak perubahan iklim terkait transportasi dan pertanian. Kasus konkret seperti TPA Piyungan sekarang juga tengah menerapkan bank sampah yang memenuhi prinsip 3R (reduce, reuse, recycle). Dari sini, sebenarnya secara tidak langsung akan membuka peluang untuk masyarakat dapat bekerja dan memperoleh pendapatan,” ujarnya.
Sebagai dosen program studi Humanitas di UKDW, Dra. Endah Setyowati, M.Si., M.A. atau akrab disapa Bu Etik ini, menarik perhatian dengan menceritakan pengalaman service learning dalam mata kuliah Interaksi Manusia dengan Alam. Etik menekankan pada penerapan praktik langsung bagi mahasiswanya untuk berkegiatan menanam sayuran organik bersama sekumpulan orang jalanan yang telah dibina dan diberdayakan dalam kelompok yang biasa dikenal dengan petani bertato.
“Kesadaran terkait lingkungan di satu sisi memang harus ada pemaksaan. Mahasiswa saya tidak akan tergerak kalau tidak dipaksa jadi syarat lulus mata kuliah. Namun, poin pentingnya adalah mampu tergerak untuk kelestarian lingkungan.” Beliau juga menambahkan jika dari 40 mahasiswa, hanya ada 1 mahasiswa yang sampai saat ini bisa konsisten bekerja untuk lingkungan, maka dia merasa bahwa pembelajarannya itu dapat dikatakan sukses dan menjadi kebahagiaan tersendiri baginya.
Cerita tidak kalah menarik dari founder MOANA, agensi traveling yang memiliki sustainable bicycle tour dengan mengajak wisatawan bersepeda ontel, Anita Briana Dewi. Anita membahas dampak lingkungan dalam sektor pariwisata dan melihatnya sebagai peluang untuk mengatasi masalah tersebut. Untuknya, segala peran yang dapat diambil untuk kelestarian lingkungan, berkontribusi pada masyarakat, dan menerapkan prinsip keberlanjutan 3P (profit, planet, people) adalah green jobs.
“Kami mengedukasi peserta wisata untuk melakukan kegiatan ramah lingkungan, seperti membawa tumblr dan sepeda serta mengurangi penggunaan plastik, menunjukkan kesadaran akan dampak positif terhadap manusia dan lingkungan,” tambah Anita.
Setelah sesi talkshow, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan. Terdapat berbagai pandangan, mulai dari definisi green jobs yang belum memiliki batasan baku di Indonesia hingga implementasinya dalam sektor-sektor seperti pariwisata, pendidikan, dan pengelolaan lingkungan. Pertanyaan terkait nasib pekerjaan green jobs dalam berbagai sektor, seperti pengelolaan sampah dan industri fashion, menyoroti kompleksitas tantangan yang dihadapi.
Seorang peserta menanyakan terkait kontradiksi dari penerapan program pengelolaan sampah. Menurutnya, di satu sisi program itu memang baik untuk lingkungan. Namun, di sisi lain, program itu dapat menghilangkan mata pencarian orang yang sehari-hari bekerja mengelola sampah.
Menanggapi pertanyaan itu, Radhita mengatakan, “Program untuk penanganan dan pengurangan sampah tidak serta-merta menghilangkan peluang pekerjaan, tidak bisa menarik kesimpulan bahwa akan muncul kontradiktif dari kegiatan pengelolaan ini. Justru dengan adanya pengelolaan sampah secara lebih terarah akan menambah peluang untuk inovasi dan menciptakan lapangan pekerjaan baru.”
Baca juga: Prospek dan Tantangan Green Jobs di Mata Anak Muda
Keseruan Sesi Mini Workshop
Setelah seluruh peserta mengganti pakaian dengan baju go green jobs yang telah dibagikan, kegiatan selanjutnya adalah mini workshop. Dalam kegiatan ini peserta dibagi dalam lima kelompok dan para narasumber bergantian mendatangi setiap kelompok untuk berdiskusi lebih lanjut mengenai green jobs.
Setiap kelompok diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan para narasumber. Kemudian, setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi mereka kepada seluruh peserta workshop.
Kelompok 1 mengemukakan terkait kendala di masyarakat berkenaan dengan sampah. Masih kurangnya pemilahan sampah organik dan anorganik. Baik masyarakat maupun petugas kebersihan belum memiliki kesadaran untuk memilah sampah. Dari sini seharusnya muncul peluang green jobs dalam waste management.
Kelompok 2 telah memahami definisi green jobs secara umum dan lebih luas terkait pekerjaan ramah lingkungan, harus layak dan living with no one left behind. Bekerja sama dengan banyak pihak akan meningkatkan kesadaran dari setiap individu, sehingga tercipta aksi nyata di masyarakat.
Kelompok 3 menginginkan dengan green jobs akan muncul kegiatan baik skala besar maupun kecil bagi masyarakat. Selain itu, akan ada regulasi yang berlaku untuk melindungi para pelaku green jobs.
Kelompok 4 menyampaikan beberapa aspirasi. Untuk pemerintah agar dapat mengembangkan regulasi dan mewajibkan semua sektor memiliki sustainability report. Kemudian, para pekerja mendapatkan fasilitas yang layak serta pelatihan skill untuk mengembangkan potensi dalam green jobs.
Terakhir, kelompok 5 melakukan analisis SWOT terkait green jobs. Setelah mengetahui semua kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangannya, mampu menghasilkan lebih banyak publikasi mengenai green jobs, menyediakan bahan advokasi dan kolaborasi antar-stakeholder, serta menyelenggarakan forum green jobs yang dapat diikuti masyarakat luas.
Antusiasme peserta Yogyakarta memberikan sinyal positif akan keberlanjutan green jobs untuk terus digaungkan kepada komunitas-komunitas lainnya. Kegiatan green jobs workshop ini masih akan berlanjut dengan agenda terakhir di Surabaya pada pekan depan.
Baca juga: Green Jobs Class #4: Berbagi Kiat Menemukan Peluang Green Jobs di Industri Arus Utama