Sebagai solusi inovatif dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat perkotaan dan menjaga kelestarian lingkungan kota, petani urban dapat menjadi profesi yang menjanjikan.
Baca juga: Green Jobs dan Potensinya dalam Transisi Energi di Indonesia
KOAKSI INDONESIA – Urbanisasi yang terus meningkat menyebabkan masyarakat perkotaan dihadapkan pada tantangan serius dalam mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Sebagai upaya memenuhi kebutuhan pangan yang terus meningkat, diperlukan solusi inovatif yang mendorong kemandirian pangan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat perkotaan adalah beralih menjadi petani urban. Profesi ramah lingkungan ini tidak sekadar menjadi petani kota biasa, melainkan berperan sebagai agen perubahan yang memiliki kontribusi signifikan dalam menciptakan ketahanan pangan di kawasan perkotaan.
Urgensi Ketahanan Pangan di Perkotaan
Pertumbuhan populasi yang cepat di kota-kota besar menjadikan kebutuhan akan pangan semakin mendesak. Sementara itu, terbatasnya lahan pertanian di perkotaan membuat ketersediaan pangan sangat bergantung pada pasokan dari luar kota. Kondisi ini membuat masyarakat perkotaan menjadi rentan terhadap fluktuasi harga dan potensi gangguan pasokan.
Tidak hanya itu, ketidakpastian pangan semakin diperparah oleh perubahan iklim dan serangan hama, yang berpotensi menurunkan hasil panen dan mengancam ketahanan pangan. Oleh karena itu, untuk mempertahankan ketahanan pangan, langkah kritis yang perlu diambil adalah memanfaatkan potensi produksi pangan secara mandiri.
Urban farming atau pertanian perkotaan muncul sebagai jawaban atas tantangan tersebut. Praktik ini melibatkan kegiatan bercocok tanam di lingkungan perkotaan dengan memanfaatkan ruang terbuka menjadi lahan produktif yang menghasilkan beragam produk pertanian.
Petani urban bukan hanya menjadi solusi konkret untuk meningkatkan ketahanan pangan lokal tetapi juga membuka peluang baru sebagai profesi ramah lingkungan bagi masyarakat perkotaan.
Petani Urban dan Upaya Menciptakan Ketahanan Pangan
Kegiatan bercocok tanam di lingkungan perkotaan dilakukan dengan memanfaatkan lahan-lahan belum termanfaatkan, kritis, atau terlantar. Petani urban dapat menanam berbagai jenis tanaman, termasuk tanaman pangan, perkebunan, sayuran, buah-buahan, tanaman hias, serta tanaman obat-obatan.
Meskipun demikian, salah satu tantangan utama yang sering dihadapi adalah masalah keterbatasan lahan. Untuk mengatasi hal ini, petani urban dapat mengadopsi model pertanian, seperti:
- Membuat kebun di pekarangan rumah. Menjadi petani urban tidak selalu memerlukan lahan yang luas. Pekarangan rumah bisa difungsikan untuk berkebun, menciptakan ketahanan pangan keluarga, dan merespons masalah keterbatasan lahan. Salah satu solusi paling praktis dalam konteks ini adalah berkebun secara hidroponik.
- Kebun berbasis kolaborasi. Petani urban dapat menginisiasi kebun berbasis kolaborasi dengan komunitas sosial di sekitarnya, seperti komunitas pemuda, ibu rumah tangga, dan anak-anak sekolah. Langkah ini mampu menciptakan lingkungan sosial berkebun, membangun kerja sama, dan kebersamaan dalam mencapai tujuan ketahanan pangan. Di Indonesia sudah banyak komunitas yang tersebar, antara lain komunitas Jakarta Berkebun, Depok Berkebun, dan Komunitas Muda Mudi Surabaya. Komunitas seperti ini dapat menjadi inspirasi dan sumber dukungan bagi petani urban dalam mewujudkan kebun berbasis kolaborasi di lingkungan mereka.
- Inovasi kebun atap. Selain memanfaatkan area pekarangan, berkebun bisa dilakukan di area atap rumah. Namun, kebun di atap rumah sebaiknya menggunakan tanaman dan media tanam yang tidak memberikan bobot berlebih sambil memperhatikan struktur bangunan dan sistem drainase.
- Membuat kebun vertikal. Pemanfaatan lahan sempit secara optimal dapat dilakukan dengan membuat kebun vertikal. Budi daya tanaman seperti ini umumnya disebut vertikultur, yaitu sistem budi daya pertanian yang menggunakan wadah tanam vertikal atau bertingkat. Beragam jenis tanaman dapat ditanam, termasuk sayuran semusim (seledri, kol, sawi, kubis, tomat), buah-buahan, tanaman obat, serta berbagai jenis bunga.
Baca juga: Made Ayu, Merealisasikan Green Jobs Melalui Jamu
Manfaat Keberadaan Petani Urban di Lingkungan Perkotaan
Petani urban merupakan profesi ramah lingkungan yang memberikan dampak positif bagi kehidupan perkotaan. Beberapa manfaat penting yang dimilikinya meliputi:
- Produsen pangan lokal. Dengan melibatkan diri dalam produksi pangan, petani urban secara signifikan meningkatkan ketersediaan pasokan makanan di tingkat lokal. Ini memberikan akses lebih mudah bagi masyarakat perkotaan untuk mendapatkan produk pangan segar tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pasokan dari luar kota.
- Memperbaiki kualitas lingkungan. Melalui praktik pertanian perkotaan, petani urban secara langsung berkontribusi pada peningkatan kualitas lingkungan kota. Manfaat yang dihasilkan antara lain perbaikan kualitas udara, konservasi sumber daya tanah dan air, menciptakan iklim mikro yang sehat, serta memberikan elemen estetika pada kota.
- Edukasi dan pemberdayaan masyarakat. Petani urban mengajak masyarakat perkotaan untuk terlibat dalam praktik pertanian melalui pendampingan dan pelatihan. Masyarakat diberikan pengetahuan dan keterampilan bercocok tanam dengan tujuan meningkatkan produksi pangan lokal dan memperkuat ketahanan pangan di wilayah perkotaan secara keseluruhan.
- Meningkatkan nilai ekonomi. Petani urban tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan, melainkan juga menjadi pendorong ekonomi berkelanjutan di kawasan perkotaan. Hasil panen, selain dikonsumsi sendiri, dapat dijual untuk meningkatkan pendapatan. Selain itu, petani urban mampu membuka lapangan kerja baru dan mengurangi tingkat pengangguran.
Di kawasan Bojongsari, Depok, Jawa Barat, terdapat sebuah contoh sukses dalam praktik pertanian urban yang menghasilkan keuntungan. Zulhaq Ramadhan Djatma bersama Charlie Tjendapati adalah sosok di balik kesuksesan ini, mengelola perkebunan sayur hidroponik yang dikenal dengan nama Serua Farm.
Serua Farm fokus memproduksi sayuran seperti bayam hijau, bayam merah, kangkung, caisim, dan pakcoi tanpa menggunakan pestisida kimia. Hasil panen dari perkebunan ini dijual kepada konsumen rumah tangga di sekitar kebun, didistribusikan kepada pedagang sayuran hidroponik, dan bahkan memasok ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan pasar sayuran.
Dengan demikian, petani urban menjadi solusi inovatif untuk mengatasi krisis ketahanan pangan di perkotaan. Profesi ramah lingkungan ini mendukung keberlanjutan lingkungan hidup dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Untuk itu, berprofesi sebagai petani urban layak dijadikan pilihan pekerjaan yang menjanjikan di masa depan.
Baca juga: Prospek dan Tantangan Green Jobs di Mata Anak Muda
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog #GoGreenJobs menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mengedit bahasa dan penulisan setiap artikel dan opini yang masuk ke redaksi agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta, serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.