Pemanasan global telah menjadi isu yang sangat krusial sehingga telah membuka mata seluruh penjuru dunia untuk serius menanggapi permasalahan ini. Peningkatan temperatur global yang secara signifikan ditandai dari suhu panas ekstrem, perubahan biodiversitas, kekeringan, curah hujan ekstrem yang berpengaruh pada seluruh aspek kehidupan di muka bumi.
Menurut World Resources Institute 2018, Indonesia termasuk ke dalam 10 negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, dimana sektor energi menjadi penyumbang terbesar dari emisi ini. Emisi gas rumah kaca menjadi faktor pemicu terjadinya pemanasan global yang banyak dipengaruhi oleh proses pembakaran bahan bakar fosil yang digunakan sehari — hari pada transportasi darat, laut, dan udara.
Tak terlepas juga dari kapal tangkap nelayan yang sampai saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil sehingga turut berkontribusi pada peningkatan emisi gas rumah kaca. Kandungan karbon dioksida dan nitrogen oksida dari pembakaran bahan bakar fosil yang tidak sempurna juga akan menghasilkan polutan yang berdampak buruk pada ekosistem laut untuk jangka waktu yang lama serta mengganggu kesehatan seperti pada saluran pernapasan manusia.
Dalam Conference of The Parties 26 (2021) menetapkan target untuk mencapai nol emisi karbon pada tahun 2050 dan pengurangan karbon yang lebih ambisius dan cepat. Pengimplementasian ekonomi hijau di Indonesia dengan prinsip pembangunan rendah karbon sebagai kebijakan yang diambil untuk mendukung target tersebut.
Ekonomi hijau sebagai bagian dari transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan berpotensi untuk menciptakan jutaan pekerjaan yang ramah bagi lingkungan. Ekonomi hijau mengedepankan tiga prinsip keberlanjutan yaitu mengedepankan kesejahteraan manusia dalam segi aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial. Salah satu cara pengaplikasian ekonomi hijau melalui pemanfaatan energi baru terbarukan guna meminimalkan efek rumah kaca serta pengurangan pemakaian bahan bakar fosil yang jumlah ketersediaannya terus menipis setiap tahunnya.
Berdasarkan penelitian Institute for Essential Service Reform 2021 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan yang sangat tinggi. Namun, sebagian besar dari potensi ini belum termanfaatkan secara maksimal. Gagasan untuk mengoptimalkan energi terbarukan mulai digerakkan seperti dari tenaga surya dan angin terkhususnya digunakan pada kapal nelayan. Untuk emisi yang dihasilkan dari energi terbarukan ini bersifat ramah lingkungan dan tidak akan berbahaya bagi kesehatan.
Kapal berbasis energi terbarukan ini membutuhkan sebuah turbin angin dan solar panel untuk menghasilkan energi listrik yang akan disimpan dalam baterai. Untuk memonitor temperatur dan menghindari terjadinya kelebihan arus daya yang menyebabkan panas berlebih pada baterai diperlukan sebuah pengontrol pengisi daya.
Selanjutnya, energi dari baterai tersebut akan dialirkan untuk menyalakan serta menggerakkan mesin kapal. Selain itu, lambung dan layar kapal menjadi hal yang tidak boleh luput dari perhatian. Hal tersebut harus diperhitungkan secara saksama karena berpengaruh pada besaran hambatan yang dihadapi saat berada di tengah lautan agar kondisi kapal tetap stabil.
Diharapkan penggunaan energi terbarukan dapat selalu ditingkatkan ke depannya sebagai altenatif pengganti bahan bakar minyak pada kendaraan- kendaraan lain serta menjadi solusi pengurangan emisi gas rumah kaca. Dengan kemajuan teknologi saat ini akan membantu inovasi pemanfaatan energi terbarukan lebih luas pada sektor lainnya. Peran, kontribusi, dan konsistensi kita serta pemerintah sangat dibutuhkan untuk dapat mengatasi pemanasan global ini. Tidak ada planet lain selain bumi yang dapat dihuni, oleh karena itu mari bersama- sama menjaga bumi ini untuk kebaikan kita bersama.
Artikel ini telah tayang di www.kompasiana.com dengan judul “Penerapan Ekonomi Hijau melalui Pemanfaatan Energi Terbarukan dengan Berbasis Tenaga Angin dan Surya pada Kapal Tangkap Nelayan”.
DISCLAIMER
Tulisan ini merupakan salah satu pemenang dari “Lomba Menulis Populer Profesi Hijau Indonesia” yang diselenggarakan oleh Bastra ID dengan menjalin kolaborasi bersama Coaction Indonesia.