Selama ini, wajah industri kelapa sawit identik dengan isu lingkungan dan iklim. Kini, pengolahan limbah pabrik kelapa sawit (POME) menjadi biogas dapat meminimalkan produksi limbah sekaligus menghasilkan energi terbarukan sebagai sumber energi di pabrik kelapa sawit. Penanggung jawab pengoperasian biogas POME berperan penting dalam mengubah wajah itu.
Baca juga: Bagaimana Wacana Green Jobs Menciptakan Gerakan Massa Melawan Krisis Iklim?
KOAKSI INDONESIA – Industri kelapa sawit menjadi industri ekstraktif hasil perkebunan sudah ada sejak tahun 1850-an. Sejak dulu, industri ini selalu identik dengan isu lingkungan dan iklim yang tidak berhenti menjadi perbincangan publik. Baik dalam isu pembukaan lahan, penanaman, hingga pengolahannya menjadi minyak mentah atau crude palm oil. Akibatnya, industri kelapa sawit selalu dipandang sebelah mata dalam upaya perbaikan lingkungan atau penanganan perubahan iklim.
Dewasa ini, industri kelapa sawit telah berkembang dan melakukan penerapan Good Agricultural Practice (GAP), zero waste, dan zero emission dalam penanaman maupun pengolahan. Penerapan berbagai metode ini sangat berdampak pada pengelolaan dan pengolahan kelapa sawit yang ramah lingkungan.
Pengolahan POME
Industri hulu kelapa sawit mengolah tandan buah segar kelapa sawit menjadi crude palm oil untuk diolah kembali menjadi produk akhir seperti minyak goreng, biofuel, dan margarin. Industri hulu atau sering kita sebut Pabrik Kelapa Sawit (PKS) menghasilkan limbah produksi yang terbagi menjadi tiga, yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas.
Limbah cair berbentuk lumpur (sludge) yang biasa disebut Palm Oil Mill Effluent (POME) ini mengandung banyak gas metana (CH4) sekitar 50—75%. Pada zaman dulu, POME diolah di kolam terbuka menggunakan sistem aerobik sehingga berpotensi besar melepas CH4 ke lingkungan secara langsung. Laporan International Energy Agency (IEA) dalam Global Methane Tracker 2023 menunjukkan bahwa Indonesia menempati urutan ke-6 negara penghasil gas metana terbesar di dunia dengan produksi 14,3 juta ton. Padahal, gas metana bertanggung jawab terhadap sekitar 30% kenaikan suhu bumi.
Di sisi lain, ternyata gas metana merupakan sumber energi yang dapat membangkitkan tenaga listrik melalui sistem gas engine maupun langsung diaplikasikan sebagai penggerak kendaraan. Dalam upaya menangkap dan memanfaatkan gas metana dalam POME diperlukan sistem biodigester. Biodigester inilah yang akan mengumpulkan POME kemudian menangkap gas metana untuk kemudian diolah sesuai dengan kebutuhannya.
Merespons kondisi demikian, PKS telah gencar melakukan ekspansi pengolahan POME untuk menangkap gas metana. Selain untuk mencapai target net zero emissions, penangkapan gas metana dimanfaatkan untuk pembangkit energi. Saat ini, berbagai perusahaan telah masif membangun instalasi biogas power plant dari POME dengan berbagai kapasitas sesuai dengan POME yang dihasilkan PKS terdekat.
Biogas POME: Zero Waste
Biogas menjadi cara terbaik untuk memastikan nol limbah dalam produksi minyak sawit sekaligus menghasilkan energi terbarukan dari penguraian sampah organik. Pembangkit listrik tenaga biogas memanfaatkan limbah dari PKS untuk menghasilkan energi yang kemudian menjadi sumber tenaga bagi PKS. Lalu, bagaimana cara kerja ekonomi sirkular dan zero waste ini?
POME merupakan air limbah hasil pengolahan tandan buah segar menjadi minyak sawit mentah di PKS. Jika tidak diolah di tempat terbuka, POME akan terurai secara organik dan melepaskan gas rumah kaca seperti metana dan karbon dioksida.
Secara tradisional, POME diaplikasikan di lapangan sebagai pupuk setelah diolah untuk menurunkan tingkat kebutuhan oksigen kimia dan tingkat kebutuhan oksigen biologis. Meski demikian, diperlukan perizinan khusus untuk penerapan pupuk ini di lokasi dan pemantauan dampak lingkungan untuk memastikan lokasi tersebut mematuhi peraturan yang telah ditetapkan. Namun, dengan adanya biogas, kita dapat mendaur ulang POME menjadi produk akhir yang lebih bermanfaat.
PKS menyalurkan POME ke dalam bioreaktor, tempat bakteri mencerna air limbah secara anaerobik, menghasilkan biogas (sebagian besar terdiri dari metana dan karbon dioksida), dan limbah cair. Biogas yang menghasilkan energi, menggerakkan pabrik dan biogas itu sendiri, dan limbahnya dapat digunakan sebagai pupuk di perkebunan. Kemampuan untuk mengoperasikan PKS dengan biogas juga mengurangi konsumsi bahan bakar diesel, sehingga menurunkan emisi gas rumah kaca di pabrik sekitar 40—55% emisi operasional di lokasi.
Baca juga: Ocean Thermal dan Geotermal: Green Jobs untuk Geosaintis
Bekerja Sebagai Supervisor Biogas POME
Dalam pengoperasian biogas POME, diperlukan operator dan supervisor yang bertanggung jawab atas instalasi tersebut. Salah satunya Indra, supervisor instalasi biogas POME di Kalimantan Tengah. Sejak menjadi supervisor, dia menyadari bahwa dirinya berperan dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca.
Indra sadar bahwa pekerjaannya tidak hanya dapat membangkitkan listrik untuk operasional PKS, namun berdampak luas bagi kehidupan umat manusia. Indra bekerja di salah satu instalasi biogas POME yang memiliki kapasitas gas engine 2,5 MW dan distribusi bahan bakar gas untuk boiler sebesar 3000 nm3/h. Setiap hari, Indra melakukan supervisi mulai dari pengecekan kualitas POME yang dikirim dari PKS, supervisi perawatan mesin-mesin, memastikan tidak ada kebocoran gas ke udara secara langsung, memastikan gas engine berjalan sesuai dengan parameter operasional yang tepat, hingga memastikan sludge hasil proses biogas POME memenuhi standar lingkungan untuk digunakan sebagai pemupukan lahan perkebunan kelapa sawit.
Setiap bulan, Indra merekap data produksi hingga menghitung greenhouse gas (GHG) emissions untuk memastikan bahwa gas maupun padatan yang terbuang ke lingkungan minim mengandung gas GHG. Satu hal penting yang Indra lakukan adalah memonitor alat flaring. Alat ini digunakan untuk membakar CH4 yang telah melebihi kapasitas digester sehingga harus dibuang ke lingkungan. CH4 yang dibuang ke lingkungan juga tidak serta-merta langsung dibuang, melainkan melalui tahap pembakaran agar CH4 dapat berubah menjadi CO2 dan O2 yang lebih ramah lingkungan.
Jadi, apakah pekerjaan Indra ini termasuk green jobs? Mengingat pekerjaannya termasuk dalam pekerjaan yang mengurangi pelepasan gas rumah kaca (GHG) serta ramah lingkungan.
Supervisor Biogas POME Termasuk Green Jobs?
Menurut ILO (International Labour Organization), green jobs adalah pekerjaan yang berkaitan dengan pembangunan berkelanjutan, ekonomi sirkular, ramah lingkungan, dan rendah emisi. Dengan kata lain, green jobs dapat didefinisikan sebagai pekerjaan yang mengarah pada upaya energi terbarukan, konservasi energi, rendah emisi, dan zero waste.
Sejalan dengan pengertian itu, supervisor biogas POME sudah memenuhi kriteria itu. Sebagai pekerjaan yang bertujuan untuk membangkitkan energi terbarukan yang rendah emisi dan berdasar zero waste, satu paket lengkap yang melekat pada supervisor biogas POME menjadikannya sebagai pekerjaan ramah lingkungan atau green jobs.
Sebagai upaya mengurangi pelepasan gas rumah kaca (GHG) serta pembangkitan energi dengan efisien, setiap pabrik kelapa sawit pasti memiliki instalasi biogas ke depannya. Upaya ini akan mengubah wajah kelapa sawit menjadi industri yang berwawasan lingkungan dan peduli terhadap perubahan iklim dengan kebutuhan tenaga-tenaga terampil di bidang pengoperasian biogas POME yang semakin meningkat. Satu bukti bahwa green jobs membuka peluang kerja menjadi lebih besar.
Baca juga: Langkah Indonesia dalam Mengintegrasikan Green Jobs pada Sektor Pariwisata di Masa Perubahan Iklim
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog #GoGreenJobs menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mengedit bahasa dan penulisan setiap artikel dan opini yang masuk ke redaksi agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta, serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.