Menutup tahun 2023, Koaksi Indonesia menggemakan semangat kolaborasi dengan menggelar Green Jobs Summit pada 19 Desember 2023 bertempat di AONE Hotel Jakarta.
Baca juga: COP28: Bersama CSO Menyambut Pesta Iklim Bergengsi di Dunia
KOAKSI INDONESIA — Green Jobs Summit 2023 mengangkat tema Green Jobs untuk Indonesia 2045, dihadiri 123 peserta terdiri dari 53 komunitas anak muda dan teman disabilitas, perwakilan pemerintah pusat dan daerah, partisipasi akademisi, serta pihak swasta yang telah bergelut di ranah Green Jobs.
Acara ini merupakan bagian dari rangkaian Youth Leaders Program di antaranya Green Jobs Academy; Green Jobs Class, kelas daring peningkatan kapasitas; Green Jobs Workshop yang digelar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya; serta Green Jobs Ruang Aksi.
Salah satu momen inspiratif dalam rangkaian acara Green Jobs Summit ini adalah Pitching Session menarik narasi Green Jobs dari perspektif swasta.
Dukungan NEX terhadap Cleantech Startup, Mempercepat Transisi Energi di Indonesia
New Energy Nexus (NEX) diwakili oleh Muhammad Rayhan Alghifari, Policy and Advocacy Associate New Energy Nexus Indonesia, menyampaikan NEX adalah ekosistem pendanaan dan akselerator terkemuka di dunia yang mendukung beragam wirausahawan energi ramah lingkungan, mulai dari teknologi baru hingga penerapan dan adopsi energi ramah lingkungan.
Rayhan menjelaskan, sejak berdiri tahun 2019 NEX sudah mendampingi 212 perusahaan rintisan yang berhasil mempekerjakan 158 karyawan. Menurutnya, perusahaan teknologi bersih (cleantech) secara general memiliki karakter berbeda dengan korporasi-korporasi lainnya dari sisi inovasi.
“Seperti tahun 1980 apakah pernah terpikir mobil listrik. Ide ini kemudian mendorong lahirnya perusahaan rintisan yang lebih cepat beradaptasi dan fleksibel dibandingkan perusahaan besar, lalu inovasi dan teknologi ini mengganggu cara kerja pasar. Program kami menginspirasi generasi baru inovator, startup, dan wirausahawan energi bersih dan teknologi iklim. Dari sisi kebijakan dan advokasi, kami membentuk ekosistem energi dan iklim yang ramah lingkungan melalui kebijakan pemerintah misal ke Kementerian ESDM dan Bappenas. Dari sisi investasi, kami memberikan pendanaan tahap awal yang inovatif untuk perusahaan rintisan yang menjanjikan melalui pendanaan komersial dan nonkomersial,” jelas Rayhan.
Perlu diketahui, NEX merupakan bagian dari cleantech startup yang bergerak di energi bersih berpusat di California, Amerika Serikat, dan saat ini sudah berada di Filipina, Thailand, Vietnam, dan Indonesia.
“Kami membantu cleantech startup tidak hanya sebatas ranah lingkungan, namun memberikan potensi ekonomi yang besar berbentuk investasi, serta menciptakan lapangan kerja di sektor Green Jobs yang membentuk ekonomi di Indonesia. Ini terjadi di negara Tiongkok, Amerika Serikat, dan Vietnam,” kata Rayhan.
Rayhan menambahkan saat ini sudah ada mobile invest, keluarannya telah melahirkan perusahaan besar yang berhasil memproduksi kendaraan listrik. Salah satunya adalah motor Listrik Smoot karya perusahaan rintisan motor listrik PT Swap Energi Indonesia (SEI) yang diproduksi langsung di Tangerang, Banten.
“Motor listrik Smoot ini tidak perlu mengisi daya karena menggunakan baterai tipe swap. Penukaran baterainya sangat simpel dan dapat dilakukan di minimarket, sehingga tidak perlu ngecharge satu jam atau dua jam. Swap Energy adalah portofolio kami di Nexus. Selain itu, ada PT Xurya Daya Indonesia, startup yang bergerak di sektor industri, dan cukup besar untuk PLTS,” ujar Rayhan.
Kemudian, Rayhan memaparkan sektor-sektor yang menjadi fokus dari New Energy Nexus di antaranya Agritech, Climate Fintech, Energy Access, Energy Storage, Electric Mobility, Energy Efficiency and Management, serta Climate Solution Enablers.
Agritech yaitu perusahaan yang menerapkan inovasi teknologi pada praktik pertanian untuk memecahkan masalah atau meningkatkan proses, sehingga menghasilkan efisiensi, hasil, dan profitabilitas yang lebih tinggi.
Selanjutnya, Climate Fintech yaitu perusahaan yang bersinggungan dengan iklim, keuangan, dan teknologi digital. Sektor ini menerapkan inovasi, aplikasi, dan/atau platform digital yang berfungsi sebagai katalis dalam upaya dekarbonisasi.
Ada juga perusahaan yang bergerak di sektor Energy Acces yang memungkinkan penggunaan energi secara produktif melalui instalasi off-grid dan mini-grid di wilayah pedesaan yang belum teraliri listrik dengan sistem pengukuran dan pembayaran cerdas.
Setelah itu, sektor Energy Storage, yaitu perusahaan yang menyediakan solusi dan inovasi dalam penyimpanan energi, termasuk baterai lithium-ion, solid state, dan flow battery. Sektor ini melakukan daur ulang baterai, diagnostik, penyimpanan termal, hidrogen, dan manajemen sisi permintaan. Kemudian, sektor Clean Energy, yaitu perusahaan yang memungkinkan penerapan energi ramah lingkungan, seperti platform terintegrasi untuk PV surya atap yang menyasar pelanggan business to business seperti gudang, pabrik, dan gedung perkantoran dengan modal awal zero-down.
Kemudian, ada sektor Electric Mobility, yaitu perusahaan yang menerapkan jaringan pintar kendaraan listrik roda dua dan roda empat dilengkapi titik pengisian daya, melayani kebutuhan bisnis armada seperti taksi, layanan transportasi yang menggunakan bantuan aplikasi daring, dan layanan pengiriman.
New Energy Nexus juga memiliki perusahaan di sektor Energy Efficiency and Management yang memberikan solusi untuk mengoptimalkan sistem energi pada gedung melalui manajemen energi, audit & sertifikasi, retrofit atau peningkatan peralatan intensif energi, sehingga menghasilkan penghematan energi dan peningkatan efisiensi.
Terakhir, sektor Climate Solution Enablers yaitu perusahaan untuk meningkatkan status quo dalam upaya dekarbonisasi, termasuk perangkat lunak jaringan pintar, pendukung pasar karbon, analisis data, dan alat desain/pemodelan dengan terobosan teknologi.
Rayhan menyampaikan bahwa Indonesia menjadi salah satu destinasi investasi perusahaan rintisan terbesar di Asia Tenggara. Tren investasi terutama pada segmen tahap awal terus meningkat, namun investasi pada perusahaan rintisan tahap akhir masih mendominasi.
“Tren ini kurang ideal bagi ekosistem perusahaan rintisan cleantech di Indonesia yang mayoritas masih di tahap awal atau early-stage. Bappenas sudah menerapkan dengan memprioritaskan perusahaan rintisan cleantech yang turut mengembangkan ekonomi, total investasi diprediksi mencapai Rp2 triliun pada tahun 2025. Mayoritas investor itu berinvestasi pada perusahaan rintisan yang telah matang,” tutup Rayhan.
Rekosistem Mengaplikasikan Green Jobs, Menjadikan Pemulung Naik Level
Sesi selanjutnya, pemaparan terkait Green Jobs dari sektor swasta disampaikan oleh Rizky Satrio Nugroho, Vice President of Business Development Rekosistem.
Baca juga: Implementasi Konsep Ecopreneurship Tuntaskan Sampah Plastik
Rizky menjelaskan Rekosistem masuk dalam Climate Tech dengan kategori environment company yang berfokus pada waste supply. Perusahaan ini memungkinkan penerapan ekonomi sirkular dalam rantai pasokan sampah melalui empat pilar, yaitu pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan pemanfaatan sistem operasi pengelolaan sampah milik sendiri untuk mengubah sampah menjadi bahan daur ulang dan sumber daya terbarukan.
Perusahaan yang didirikan pada 2018 oleh dua sahabat, yaitu Ernest Layman dan Joshua Valentino, ini menjalankan visi sesuai dengan penamaan Rekosistem yang berasal dari gabungan dua kata: “re” yang berarti kembali dan “ekosistem”. “Re” menurut Rizky adalah singkatan dari Reduce, Reuse, Recycle, Renewable dan semua prinsip terkait berkelanjutan yang akan diterapkan pada produk Rekosistem.
“Ekosistem berarti bahwa solusi kami akan mengubah perilaku yang ada menjadi komunitas yang lebih ramah lingkungan dan menyesuaikannya dengan interaksi ideal dan organik yang seharusnya terjadi,” jelas Rizky.
Rizky melanjutkan Rekosistem dalam waktu satu bulan sudah mengumpulkan dan mengelola 2.500 metrik ton sampah, jumlah ini awalnya 100% berada di TPA tetapi saat ini berakhir di station.
“Saat ini kami mampu menangani 4 kota sampai akhir tahun depan yaitu Jakarta, Purwokerto, Surabaya, ke depan akan di Yogyakarta dan Makassar. Hingga saat ini kolaborasi kami adalah pekerja di agregator. Rekosistem tidak hanya bekerja dengan beberapa pihak namun semua stakeholder, bekerja sama dengan pemilik brand, kemudian konsumen, waste worker, mereka menjadi pihak yang penting dalam proses daur ulang,” ujar Rizky.
Rizky menjelaskan cara kerja Rekosistem, dengan menghimpun sampah paling murah, yaitu dari rumah tangga, dari semua sumber sampah dikirim, terjadi segregasi dan pemilahan sampah, lalu proses kalkulasi pengolahan sampah. Kemudian, sampah-sampah itu akan didaur ulang sesuai dengan jenis masing masing. Sampah yang terpilah akan dikirim ke pihak terkait, salah satunya pemerintah.
“Kami bekerja sama dengan banyak pemulung, mereka sangat berjasa. Cara kerja pemulung itu adalah berjalan lalu memungut sampah. Rata rata pendapatannya Rp1—2 juta, mereka adalah pekerja berisiko tinggi karena di jalan mereka bisa tertabrak kendaraan, kami memikirkan bagaimana caranya pekerjaan pemulung ini bertambah. Maka kami yang menjemput sampah, pemulung duduk dan memilah sampah sehingga saat ini penghasilan mereka bisa menyentuh UMR,” ujar Rizky.
Rizky mengatakan sejak awal Rekosistem sudah mengaplikasikan Green Jobs, menjadikan pekerja seperti pemulung naik level dari yang dianggap sebelah mata sampai mempunyai penghasilan layak.
“Kami terus berupaya menambah jumlah partisipasi para pemulung, upgrade, tahun depan setelah pendanaan baru akan mendapatkan pekerjaan yang lebih besar,” tutup Rizky.
CarbonShare Menyiapkan Data Verified Berupa Carbon Standard dan Gold Standard
Selanjutnya Green Jobs Summit menghadirkan CarbonShare, perusahaan yang membangun infrastruktur teknis untuk mempercepat transisi hijau melalui demokratisasi kredit karbon.
Luca Cada Lora, Chief Operating Officer CarbonShare menyampaikan bahwa Indonesia mempunyai target net zero emission pada 2030, menurutnya ini terkait dengan gas rumah kaca atau pemanasan global.
“Kita mengenal istilah carbon credit/carbon offset. Jika naik KRL, apakah kita pernah terpikir bahwa ada kontribusi pada gas rumah kaca? Berapa kontribusi terkait dengan gas rumah kaca? Kebanyakan belum banyak yang sadar. Ada perhitungan berapa karbon dioksida, ketika tahu maka menjadi behavior, kalau bicara net zero tadi ada instrumen carbon credit, mereka bisa membalasnya dengan carbon offset,” ujar Luca.
Luca menambahkan ketika perusahaan mengeluarkan emisi karbon dan untuk melakukan itu memerlukan ekstra value maka tidak semua perusahaan punya waktu.
“Karbon itu ukurannya 1 metrik ton, jika berbicara dengan sistem carbon trade, tahun 2005. Setelah saling berdiskusi dan negara-negara sepakat, dunia semakin panas maka lahirlah aturan ketika industri mengeluarkan CO2, mereka harus membuat suatu sistem reward and punishment. Ketika perusahaan mengeluarkan emisi maka perusahaan tersebut dapat membayar untuk menurunkan emisi dengan menjualnya ke perusahaan lain, kemudian mereka membelinya,” jelas Luca.
Luca melanjutkan, perdagangan karbon di Amerika lebih bebas maka mereka membuat Voluntary Carbon Market.
“Dalam carbon market opportunity, ketika berbicara carbon pricing mechanism, yang menginisiasi dengan membayar pajak ke negara. Indonesia mendapatkan kepercayaan mendapatkan green climate fund. Kemudian overview of the voluntary carbon market. Lalu adanya key growth drivers, dan banyak anak muda sudah concern. Ini diambil dari bank digital dengan menghitung emisinya.
Menurut Luca, ketika bank digital melakukan kalkulasi atau ketika perusahaan mempunyai kendaraan untuk operasional maka otomatis menghasilkan karbon, tidak mungkin pelumas mengeluarkan karbon netral, malah sebenarnya itu adalah carbon credit.
“How to purchase? Perusahaan sudah mulai mendaftar, menginvestasikannya berupa sertifikat karbon. Mereka harus melaporkan seberapa besar dampaknya,” jelas Luca.
Kemudian Luca menjelaskan aktivitas perusahaannya. Menurutnya, CarbonShare memiliki peran dalam menyiapkan Data Verified berupa carbon standard dan gold standard.
“Ini adalah sertifikat karbon yang dikeluarkan oleh CarbonShare. Dasar untuk mengeluarkan itu adalah karbon netral. CarbonShare lebih pada pemrograman, konsumsi yang digunakan itu menghasilkan karbon sehingga bisa dihitung kerugiannya. Perusahaan bisa mendapatkan dashboard penghitungan karbon,” tutup Luca.
Setara Berdaya Group Fokus pada Nilai Inklusif untuk Dibawa dalam Visi Indonesia 2045
Terakhir, untuk merangkul nilai inklusif dalam Green Jobs, pada acara ini Koaksi Indonesia menghadirkan Nicky Clara, Founder Setara Berdaya Group.
Nicky menjelaskan Setara Berdaya Group (SBG) adalah ekosistem untuk pemberdayaan ekonomi, disabilitas dan pemuda, memiliki tujuan inklusi sesuai dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. SBG didirikan oleh 3 perempuan yaitu dirinya, Pratiwi Hamdhana, dan Naomi Parubak.
“Kami sudah memberikan manfaat kepada 21.299 jiwa dari berbagai daerah di Indonesia sepanjang tahun 2020—2023 melalui 30 program kolaborasi dengan daerah tersebar di seluruh Indonesia. Penerima manfaat program adalah disabilitas dan nondisabilitas serta kelompok marginal lainnya yang berasal dari berbagai latar belakang.
Nicky memaparkan Alunjiva sebagai bagian dari Setara Berdaya Group telah berkolaborasi dengan 10 mitra, memberikan manfaat langsung dan tidak langsung melalui 17 program yang dilakukan secara luring maupun daring.
“Alunjiva berkolaborasi dengan 4 partner untuk memberikan kontribusi secara langsung kepada 7 ribu jiwa yang dilakukan secara luring maupun daring,” ujar Nicky.
Nicky melanjutkan Tenoon yang juga bagian dari Setara Berdaya Group berhasil bekerja sama dengan 7 klien untuk memasok kain tenun dari beberapa daerah di Indonesia. Kemudian, Seraya yang bergerak di bidang kuliner telah memberikan pelatihan kepada 29 disabilitas untuk bergerak dalam industri kuliner dan peningkatan kapasitas UMKM disabilitas.
“Kami juga mengembangkan industri kreatif inklusif melalui Setara Entertainment yang hingga saat ini telah bekerja sama dengan 7 perusahaan untuk melengkapi kebutuhan mitra demi menciptakan lingkungan pekerjaan inklusif. Meresapi program pendidikan dan advokasi untuk memberikan perubahan yang berarti. Melalui setaraberdaya.com, kami mengupayakan akses pelatihan gratis, terus bermitra untuk meluaskan manfaat, ini menjadi titik awal yang baik supaya lebih peduli. Bersama kita bisa,” ujar Nicky.
Nicky kemudian mengatakan bahwa Setara Berdaya Group sampai saat ini sudah memiliki 30.000 anggota komunitas yang berfokus pada nilai inklusif untuk dibawa dalam visi Indonesia 2045 dengan mengikutsertakan seluruh ornamen terutama perempuan dan penyandang disabilitas.
“Kami mulai menginisiasi karena perempuan dan disabilitas belum diberikan kesempatan yang setara. Masyarakat sudah dimudahkan mengakses informasi, namun ketika kami ke Mamuju dan Papua, mereka masih kesulitan.
Menurut Nicky ketika ingin membawa Indonesia menuju net zero waste, kita tidak bisa meninggalkan seluruh ornamen.
“Kami memulai karena banyak disabilitas belum diberikan kesempatan setara. Tahun 2020 masih menggunakan kata karma untuk mereka yang menyandang disabilitas. Untuk merespons disabilitas, kata inklusif itu penting karena ada sekitar 22 juta disabilitas di Indonesia. Ada permasalahan data, Bappenas mengeluarkan laporan bahwa tidak ada data disabilitas, tidak ada pendaftaran untuk disabilitas. Dengan ekosistem yang ada, kami bermitra untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas disabilitas di Indonesia karena kami percaya bahwa komunitas itu turut mendukung. Jadi, saya suka sedih jika tidak ada solusi,” ujar Nicky.
Perempuan yang lahir dengan keterbatasan fisik dan telah menggunakan prosthetic leg sejak berusia satu tahun ini menjelaskan pentingnya mengajak duduk bersama dan saling berkolaborasi untuk melibatkan partisipasi disabilitas, membantu teman-teman di berbagai daerah.
“Sering kali inisiatif datang bukan dari kami, kami datang untuk berdiskusi dan lahirlah solusi dari mereka. Kami melakukan pemberdayaan ekonomi, apa pun yang dilakukan yang penting tidak melupakan masyarakat karena kita sebagai jembatan. Saya ikut sustainability expo, selama beraktivitas kami berbagi ada beberapa pilar namun tetap berpusat pada people centered. Apa pun yang dilakukan memang banyak masalah yang ingin diselesaikan namun perlu prioritas, emergensi,” kata Nicky.
Terakhir Nicky menutup terkait dengan penyediaan pekerjaan, ketika mengingat masyarakat, kita mengingat ada manusia yang tertinggal atau tersingkirkan.
“Pilar ini bisa menjadi pegangan bagi pekerjaan yang sedang teman-teman lakukan,” tutup Nicky.
Baca juga: Pesta Raya Flobamoratas Kembali Digelar: Membawa Semangat Inklusif dan Isu Perubahan Iklim