Green jobs bukan sekadar profesi yang mengatasi permasalah lingkungan, tetapi mampu menjawab semua permasalahan yang ada. Dalam acara talkshow Ruang Publik KBR, Koaksi Indonesia membahas peluang pekerjaan hijau ini di Indonesia.
KOAKSI INDONESIA—Green jobs sempat ramai dibicarakan kalangan masyarakat saat istilah ini disebut dalam debat calon wakil presiden keempat Januari lalu oleh Gibran Rakabuming Raka.
Dalam debat tersebut, dia menyebutkan akan membuka 5 juta peluang kerja green jobs jika Prabowo Subianto dan dirinya dipercaya untuk memimpin Indonesia.
Peluang pekerjaan ini tidak sekadar omong belaka. Manajer Advokasi dan Kebijakan Koaksi Indonesia, A. Azis Kurniawan sebagai narasumber dalam talkshow Ruang Publik KBR (20/02) menjelaskan proses terciptanya pekerjaan ini hingga peluangnya di Indonesia.
Saat membuka gelar wicara tersebut, Azis menjelaskan bahwa saat ini ada sektor pekerjaan hijau yang dekat dengan keseharian masyarakat. Namun, beberapa sektor lain yang melakukan transisi menjadi peluang baru dalam penciptaan green jobs.
“Sebenarnya, sektor konvensional seperti pertanian sudah lama masuk kategori green jobs. Tapi, kita lihat peluang yang paling besar itu adalah sustainable transition atau energy transition,” ucap Azis.
Dia mencontohkan perkembangan pekerjaan hijau pada perusahaan multinasional di Indonesia yang memiliki standar keberlanjutan. Dengan standar tersebut, perusahaan yang berkantor di Indonesia harus melakukan transisi. Tidak hanya itu, perusahaan milik negara pun mendorong transisi energi.
Dalam penuturannya, perubahan industri ke arah berkelanjutan akan membuka peluang baru untuk menciptakan pekerjaan yang lebih ramah lingkungan. Namun, green jobs tidak sebatas pada jenis profesi tertentu, melainkan sebuah prinsip pekerjaan yang menjaga keberlanjutan.
“Green jobs bukan profesi, tapi lebih ke kategorisasi, supaya pekerja bisa dikategorikan ke dalam pekerjaan yang ramah lingkungan,” jelas Azis.
Green Jobs, Pekerjaan yang Inklusif
Menurut International Labour Organization, sebuah pekerjaan dikategorikan dalam green jobs harus memiliki dua kriteria, yaitu pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Namun, seiring perjalanannya, Koaksi Indonesia menambahkan kriteria baru, yaitu inklusivitas.
“Dua tahun yang lalu, Koaksi Indonesia sempat membuat publikasi dan kami menambahkan dari dua kriteria dasar yang disebut ILO, yaitu inklusivitas. Dengan maksud teman disabilitas bisa ikut ambil bagian dalam green jobs,” ujar Azis.
Inklusivitas menjadi kriteria yang mendukung teman disabilitas untuk mendapatkan haknya dalam bekerja. Azis juga menyampaikan bahwa teman disabilitas mampu bersaing dengan pekerja lain lewat pengetahuan dan keterampilan hijau atau green skills.
Baca Juga: Pesta Raya Flobamoratas Kembali Digelar: Membawa Semangat Inklusif dan Isu Perubahan Iklim
Dalam menyambut green jobs sebagai peluang pekerjaan baru di Indonesia, Azis menyebutkan bahwa Koaksi Indonesia memiliki peran untuk mengampanyekan pekerjaan ini pada masyarakat melalui berbagai media.
“Fokus kerja Koaksi Indonesia sedang mengamplifikasi praktik baik yang dilakukan lewat media sosial dan kampanye lainnya sehingga tidak hanya segelintir orang yang paham peluang pekerjaan hijau,” tutur Azis.
Peran Koaksi Indonesia dan Masyarakat dalam Kampanye Pekerjaan Hijau
Kampanye yang dilakukan Koaksi Indonesia diharapkan menyasar pada seluruh lapisan demografi masyarakat Indonesia. Terlebih kepada generasi Z dan milenial yang memiliki suara dan menguasai sebagian demografi untuk melakukan perubahan.
Azis mengatakan bahwa keterlibatan generasi Z dalam menjemput peluang green jobs dapat dimaksimalkan melalui peningkatan kapasitas dan keterampilan hijau. Sementara itu, generasi milenial memiliki peran untuk membantu generasi lain dalam melakukan perpindahan.
Keberadaan pekerjaan hijau tentunya akan menjadi jawaban untuk permasalahan lingkungan yang ada saat ini. Tidak hanya itu, Azis menyatakan bahwa pekerjaan ini dapat menjawab permasalahan lain.
Baca Juga: Mengulas Komitmen Calon Pemimpin untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan
“Industri yang padat karya, apalagi yang sustainable akan menyelesaikan masalah, tidak hanya ketenagakerjaan, tapi ada masalah ekonomi di situ. Tentu turunannya nanti, masalah sosial, akan selesai,” tutur Azis.
Sebagai penutup dalam gelar wicara tersebut, Azis berpesan bahwa pekerjaan hijau terbuka untuk siapa saja, tidak terbatas pada ketentuan tertentu. Namun, peningkatan keterampilan dan pengalaman secara terus-menerus tentu diperlukan agar sesuai dengan kebutuhan penyedia kerja green jobs.
“Kita harus menyadari bahwa Indonesia memiliki komitmen besar dalam pengurangan emisi dan pelestarian lingkungan, sehingga daripada kita cuma menjaga lingkungan, tapi kita tidak menciptakan nilai ekonomi yang besar, kenapa tidak keduanya sekaligus? Nah, green jobs salah satu jawaban untuk menjawab permasalahan lingkungan dan ekonomi,” tutup Azis.