Kegiatan kunjungan lapangan Koalisi Sipil VCA bulan Juli 2024 membuka banyak cerita inspiratif aksi iklim yang dilakukan tokoh-tokoh local champion Kota Kupang dan Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur.
KOAKSI INDONESIA—Program Voices for Just Climate Action atau VCA Indonesia telah berjalan sejak 2021. Di tingkat nasional dan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Yayasan Humanis sebagai koordinator Program VCA NTT, bekerja sama dengan 18 organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam empat koalisi, yakni Koalisi Sipil, Koalisi Adaptasi, Koalisi Kopi, dan Koalisi Pangan Baik.
Program ini menekankan pentingnya wawasan dan kapasitas organisasi masyarakat sipil dalam berkontribusi dan memberikan masukan terkait transisi iklim yang adil, sehingga masyarakat sipil dapat secara inovatif mendorong transisi tersebut di Indonesia.
Masyarakat sipil sudah seharusnya menjadi aktor utama dalam transisi iklim. Sebagai agen perubahan dan pendukung utama solusi inklusif, masyarakat sipil dapat memanfaatkan ruang untuk berpartisipasi dalam menetapkan prioritas iklim Indonesia berdasarkan kebutuhan dan hak mereka.
Koaksi Indonesia yang tergabung dalam Koalisi Sipil bersama Yayasan Pikul berfokus pada advokasi kebijakan, peningkatan kapasitas, dan penyadartahuan publik di tingkat nasional dan provinsi mengenai perubahan iklim. Khususnya pada kelompok nelayan dan masyarakat pesisir.
Kerja yang dilakukan Koalisi Sipil di Kota Kupang dan Kabupaten Kupang menjangkau seluruh elemen masyarakat di sana mulai dari teman disabilitas, anak muda, nelayan hingga ibu rumah tangga. Kerja ini tidak akan berjalan baik apabila tidak dimulai dengan aksi yang digerakkan tokoh-tokoh inspiratif berikut.
Penggerak Inklusivitas dalam Penanggulangan Risiko Bencana
Forum Penanggulangan Risiko Bencana (FPRB) telah menjadi ruang yang luar biasa untuk merajut kolaborasi di antara masyarakat dalam upaya meminimalisasi risiko bencana. Pada kunjungan ini, kami bertemu dengan Desder Dea Kanni atau Mama Desy, Wakil Ketua Dua FPRB sekaligus anggota Aliansi Penyandang Disabilitas (APDIS).
Dengan penuh semangat, Mama Desy berbagi tentang perkembangan signifikan yang telah dicapai FPRB, terutama dalam upaya melibatkan teman disabilitas dalam proses advokasi. Salah satu pencapaian terbesar adalah keterlibatan mereka dalam perumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) provinsi.
Baca Juga: Keuntungan Menerapkan Prinsip GEDSI dalam Transisi Energi
Mama Desy juga mengemukakan tantangan yang dihadapi, “Adanya perbedaan prioritas kerja di antara anggota FPRB karena latar belakang organisasi yang beragam. Namun, semangat kerja sama tetap terjaga karena komunikasi anggota berjalan dengan lancar melalui grup WhatsApp.”
Agenda terdekat tahun 2024 ini, mereka berencana melakukan advokasi kepada calon legislatif baru di NTT untuk memberikan masukan terkait upaya penanggulangan risiko bencana secara lebih masif dan memperkuat aspek inklusivitas dalam setiap kebijakan yang akan diusung.
Menghidupi Semangat Peduli Lingkungan
Radith Giantiano, anak muda yang penuh semangat pendiri Komunitas Extinction Rebellion (XR) Kupang, juga membagikan ceritanya.
Keterlibatannya di berbagai komunitas, seperti sebagai Ketua Majelis Nelayan Kota Kupang dan Komite Eksekutif Daerah (KED) Timur, membuatnya tetap aktif memperjuangkan isu lingkungan.
Kisah Radith memperlihatkan betapa pentingnya regenerasi dalam komunitas seperti XR agar semangat peduli lingkungan terus hidup.
Saat ini, Radith bersama komunitasnya yang lain tengah mengajukan gugatan kepada Dinas Kebersihan Pemerintah Kota Kupang terkait pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Alak Kupang.
Sang Penjaga Laut
Muhammad Mansyur Dokeng, yang akrab disapa Om Dewa, telah lama dikenal sebagai sosok inspiratif di kalangan nelayan. Kisah inspiratifnya dapat dilihat dalam film “Climate Witness” yang tayang bulan Juli lalu.
Melalui kegiatan “ngopi bersama” yang rutin dilakukan dengan komunitas nelayan, Om Dewa berbagi pengetahuan tentang perubahan iklim dan pentingnya menjaga laut.
Baca Juga: Apa itu Adaptasi Berbasis Ekosistem dan Praktik Baiknya di NTT
Salah satu inovasi yang sedang diupayakan oleh Om Dewa dan komunitasnya adalah pembuatan rumpon, bangunan dari bambu yang ditenggelamkan ke laut untuk menarik ikan-ikan agar tinggal dan berkembang biak.
Harapannya, rumpon ini akan membantu meningkatkan jumlah tangkapan nelayan di tengah tantangan perubahan cuaca yang tidak menentu. Selain itu, Om Dewa aktif mengedukasi anak-anak tentang pentingnya kebersihan lingkungan dan upaya perlindungan laut, termasuk melalui kegiatan penanaman mangrove.
Pemberdayaan Mama-mama Nelayan
Yasinta Adoe, seorang perempuan nelayan yang pernah tampil dalam film dokumenter “Climate Witness“, terus melanjutkan perjuangannya. Pada bulan Juli 2024, mama-mama nelayan dalam Majelis mendapatkan bantuan berupa gedung Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang berada di Desa Pasir Panjang. Ada dua gedung yang diberikan oleh Dinas Perikanan Kota Kupang kepada Majelis, gedung pengolahan dan gedung pertemuan.
Selain gedung, Dinas Perikanan Kota Kupang memberikan bantuan berupa alat produksi untuk olahan ikan. Mama-mama nelayan memanfaatkannya sebagai tempat usaha ikan bakar. Walaupun masih dengan peralatan sederhana, perlahan para mama nelayan optimis untuk mengembangkan usaha pengolahan ikan ini.
Selain berfokus pada pengelolaan ikan, majelis nelayan juga fokus pada isu sampah di pesisir pantai. Bersama mama-mama pesisir yang tergabung dalam Majelis Nelayan, Kak Sinta berupaya mendirikan bank sampah untuk memberdayakan para ibu rumah tangga dan nelayan. Meskipun tantangan menghadang, terutama minimnya minat masyarakat dan kurangnya dukungan dari pemerintah setempat, Kak Sinta tidak menyerah.
Semangat Kak Sinta untuk terus bergerak meski dalam keterbatasan merupakan contoh nyata perubahan yang dimulai dari langkah kecil namun konsisten. Dia berharap, dengan kerja sama yang lebih baik dan edukasi yang terus-menerus, bank sampah bisa segera terwujud di Kota Kupang.
Kisah tokoh-tokoh champion ini menunjukkan bahwa perubahan dimulai dari individu yang berani mengambil langkah pertama. Meski dalam keterbatasan, dengan kepercayaan dan semangat pantang menyerah, mereka berhasil menciptakan dampak positif bagi diri sendiri maupun komunitas mereka.
Mau perubahan terjadi? Mari beraksi dan menginspirasi!