Dua hari ini tempat tinggal saya diguyur hujan lebat. Hujan turun selama beberapa jam dengan intensitas yang tinggi, mengakibatkan sungai di depan gerbang perumahan meluber. Tak hanya jalan di perumahan yang terendam air. Air bahkan masuk ke dalam rumah. Duh, selama tujuh tahun tinggal di sini, baru kali ini merasakan rumah kebanjiran.
Banjir ini mengingatkan saya bahwa perubahan iklim itu nyata adanya. Perubahan iklim tak sekadar retorika, melainkan langsung dirasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa Sampah Menyebabkan Banjir dan Perubahan Iklim?
Air sungai yang meluap tentu tidak terjadi begitu saja. Hujan tidak menjadi satu-satunya faktor. Ada faktor lain yang membuat sungai tidak lagi mampu menampung curahan hujan. Sampah!
Seorang tetangga membagikan sebuah foto, foto sungai di dekat tempat tinggal saya yang penuh dengan sampah. Sampah seperti plastik, kertas, dan limbah organik dapat menumpuk di saluran air, termasuk parit, sungai, dan saluran drainase, menghambat aliran air dan menyebabkan genangan air yang pada akhirnya bisa menjadi banjir ketika hujan deras.
Sampah juga dapat mencemari air, baik air permukaan maupun air tanah. Limbah kimia dari sampah-sampah industri dan domestik dapat mencemari sumber air, mengganggu ekosistem air, dan merusak kualitas air. Penurunan kualitas air ini dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk meningkatnya risiko banjir karena tanah yang tersumbat tidak dapat menyerap air dengan baik.
Selain menjadi penyebab banjir, sampah berkontribusi terhadap perubahan iklim melalui emisi gas rumah kaca. Sampah organik yang membusuk di tempat pembuangan sampah menghasilkan gas metana, salah satu gas rumah kaca yang paling berpotensi untuk menyebabkan pemanasan global.
See? Perubahan iklim nyata adanya. Banjir merupakan salah satu bencana yang terjadi saat perubahan iklim terjadi. Ironisnya, semua itu terjadi karena ulah manusia. Ulah manusia yang enggan membuang sampah pada tempatnya.
Green Jobs, Karier Cemerlang yang Ramah Lingkungan
Tidak hanya membuang sampah sembarangan, berbagai aktivitas sehari-hari turut berkontribusi menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Mulai dari mobilisasi menggunakan transportasi berbahan bakar fosil, terjebak tren fast fashion, hingga kegiatan industri.
Syukurlah akhir-akhir ini sudah banyak kesadaran melakukan gaya hidup ramah lingkungan. Saya juga. Sudah beberapa tahun ini, saya menerapkan rumah minim sampah. Saya pun memilih lebih banyak menggunakan transportasi publik yang ramah lingkungan dan menjadi bagian dari Eco Blogger Squad yang terlibat aktif dalam mengampanyekan gaya hidup ramah lingkungan.
Tidak hanya melakukan gaya hidup ramah lingkungan untuk bisa menjaga bumi. Kita bisa juga mengais rezeki sembari menjaga bumi. Caranya, dengan melakukan pekerjaan hijau atau Green Jobs.
Baca Juga: 10 Green Jobs Impian yang Menyehatkan Lingkungan dan Isi Dompet Kamu!
Green Jobs merupakan jenis pekerjaan yang layak dan ramah lingkungan. Menurut International Labour Organization (ILO), Green Jobs menjadi lambang dari perekonomian dan masyarakat yang lebih berkelanjutan dan mampu melestarikan lingkungan, baik untuk generasi sekarang maupun untuk generasi yang akan datang.
Pekerjaan hijau ini berkontribusi dalam upaya pelestarian lingkungan. Green Jobs dilatarbelakangi oleh kualitas lingkungan yang semakin menurun, termasuk berkurangnya sumber daya alam dan tentunya ini menjadi permasalahan serius bagi perekonomian di masa mendatang.
Meraih Mimpi Tanpa Polusi
Impian kita ternyata berdampak pada kerusakan lingkungan. Semua aktivitas sehari-hari yang kita lakukan dalam rangka meraih impian nyatanya menyumbang emisi karbon penyebab perubahan iklim.
Green Jobs menjadi pilihan terbaik untuk melakukan transisi energi sekaligus menata masa depan bumi yang lebih lestari.
Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan sumber daya alam yang kaya dan populasi yang besar, memiliki potensi besar untuk mengembangkan Green Jobs sebagai bagian dari transisi energi sekaligus ekonomi berkelanjutan.
Melalui komitmen yang semakin kuat terhadap perlindungan lingkungan dan penurunan emisi karbon, peluang untuk Green Jobs semakin terbuka lebar di berbagai sektor.
Pekerjaan hijau mencakup berbagai bidang, mulai dari energi terbarukan dan efisiensi energi hingga transportasi ramah lingkungan dan pengelolaan limbah.
Baca Juga: Radith Giantiano, Generasi Muda NTT yang Peduli Perubahan Iklim
Pada bidang energi terbarukan terdapat peluang untuk melakukan penelitian, pengembangan, dan pembuatan instalasi energi terbarukan seperti energi surya, angin, hidro, dan bioenergi.
Untuk efisiensi energi, dapat diciptakan desain dan produk serta penerapan energi dalam industri, transportasi, dan rumah tangga.
Pada bidang transportasi ramah lingkungan dapat dikembangkan kendaraan listrik, sistem transportasi umum yang lebih efisien, dan infrastruktur untuk bersepeda dan berjalan kaki.
Peluang pekerjaan pada bidang pengelolaan limbah berupa pengolahan limbah organik dan anorganik, daur ulang material, serta pembuatan produk ramah lingkungan.
Green Jobs tidak hanya memberikan manfaat lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Green Jobs dapat menjadi karier impian bagi anak muda Indonesia.
Peran Wawasan Kebangsaan dalam Membangun Masa Depan Pekerjaan Hijau
Green Jobs makin populer karena para kandidat presiden dan wakil presiden menjadikan Green Jobs dan pelestarian lingkungan sebagai salah satu program mereka.
Langkah ini patut diapresiasi. Namun, wawasan kebangsaan perlu ditanamkan dalam penerapan pekerjaan hijau.
Wawasan kebangsaan mencakup pemahaman mendalam tentang kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh negara dalam konteks ekonomi, lingkungan, dan sosial.
Beberapa poin penting wawasan kebangsaan dalam penerapan pekerjaan hijau.
Mengidentifikasi peluang lokal
Setiap negara memiliki sumber daya alam, infrastruktur, dan kebutuhan unik. Wawasan kebangsaan memungkinkan kita melakukan identifikasi peluang-peluang lokal untuk pengembangan Green Jobs yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan negara kita.
Kebijakan pembangunan berkelanjutan
Wawasan kebangsaan membantu merumuskan kebijakan pembangunan berkelanjutan yang mempromosikan investasi dalam sektor-sektor hijau dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Pendidikan dan pelatihan
Wawasan kebangsaan memungkinkan penyusunan program pendidikan dan pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja lokal dalam sektor-sektor hijau serta memastikan ketersediaan tenaga kerja yang terampil dan terlatih.
Kemitraan internasional
Di era globalisasi saat ini, wawasan kebangsaan memungkinkan negara untuk menjalin kemitraan internasional yang saling menguntungkan dalam pengembangan teknologi hijau, transfer pengetahuan, dan akses ke sumber daya finansial.
Mau Berkarier di Pekerjaan Hijau? Ini Caranya
Berkarier di pekerjaan hijau merupakan peluang yang menjanjikan. Sudah banyak contoh sukses dari pelaku Green Jobs ini.
Di tingkat dunia, ada Wangari Muta Maathai, seorang aktivis lingkungan dan hak asasi manusia asal Kenya, penerima Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2004. Maathai membangun “Gerakan Sabuk Hijau” sebagai upaya untuk mengembalikan hutan dan mengatasi kemiskinan melalui penanaman 30 juta pohon di Kenya, terutama dilakukan oleh wanita.
Gerakan inilah yang menginspirasi PBB untuk meluncurkan kampanye yang menghasilkan penanaman 11 miliar pohon di seluruh dunia. Dari gerakan penanaman pohon yang digagas Maathai, lebih dari 900.000 perempuan di Kenya dapat menjual bibit untuk reboisasi.
Ada juga kisah Elon Musk pendiri Tesla yang memimpin upaya pengembangan mobil listrik, baterai penyimpanan energi, dan eksplorasi luar angkasa dengan tujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Melalui SolarCity yang telah menjadi penyedia sistem tenaga surya terbesar kedua di Amerika Serikat, Elon yakin bahwa energi terbarukan merupakan masa depan. Sumbernya yang melimpah dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi bahan bakar fosil.
Di Indonesia, ada Prigi Arisandi, Pendiri ECOTON. Prigi Arisandi merupakan ahli biologi, aktivis lingkungan hidup, dan pendiri ECOTON asal Surabaya, Jawa Timur.
ECOTON (Ecological Observation and Wetlands Conservation) yang berdiri pada tahun 1996 berfokus pada kegiatan konservasi ekosistem lahan basah dan memperjuangkan hak-hak masyarakat terkait pengelolaan sumber daya alam.
Melalui ECOTON, Prigi bersama tim menjalankan berbagai program dan aktivitas untuk mengetahui bentuk pencemar dan seberapa jauh polusi di sungai-sungai Indonesia.
Ada juga Koaksi Indonesia, yang merupakan pusat jejaring pengetahuan lintas organisasi, Koaksi Indonesia terus berupaya mendukung implementasi Green Jobs di Indonesia.
Baca Juga: Greenjobs.id, Platform Akselerasi Ekosistem Green Jobs di Indonesia
Berbagai upaya dilakukan mulai dari penelitian, kampanye, dan advokasi terkait. Upaya ini diperkuat dengan keseriusan Koaksi Indonesia membangun platform greenjobs.id.
Sebagai sebuah platform yang dibangun sebagai ekosistem pendukung pekerjaan hijau di Indonesia, greenjobs.id tidak sekadar pusat data dan informasi, namun juga sebagai pusat berjejaring para pelaku Green Jobs di Indonesia. Kehadiran greenjobs.id akan memberikan kemudahan mengakses informasi mengenai Green Jobs sekaligus kemanfaatan ekonomi dari pekerjaan ini.
Melalui green jobs.id, Koaksi Indonesia berupaya menjawab berbagai tantangan dalam mengimplementasikan Green Jobs di Indonesia dengan menyediakan informasi tepercaya, terbaru, dan andal.
Selain itu, platform ini menyediakan informasi peningkatan kapasitas dan sertifikasi yang dibutuhkan untuk mengakses pekerjaan hijau, mempertemukan pencari dan penyedia kerja, mendukung perkembangan, serta membangun komunitas yang mendukung ekosistem.
Platform ini juga mengajak berbagai pihak untuk berpartisipasi aktif dalam mengembangkan konten dan berdiskusi dengan topik Green Jobs.
Jadi, tunggu apalagi? Kini, saatnya berkarier di Green Jobs.
Artikel ini telah tayang di https://www.deestories.com/2024/02/green-jobs-mengais-rezeki-sembari.html dengan judul “Green Jobs: Mengais Rezeki Sembari Menjaga Bumi”.
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog #GoGreenJobs menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mengedit bahasa dan penulisan setiap artikel dan opini yang masuk ke redaksi agar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta, serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.