Saat ini negara-negara di dunia termasuk Indonesia tengah mengalami krisis iklim yang berkepanjangan. Perubahan iklim setiap harinya semakin dapat kita rasakan, jika pagi hari cuaca begitu panas maka di siang hari hujan akan turun begitu deras. Seperti itulah gambaran perubahan iklim yang terjadi saat ini.
Perubahan iklim berdampak besar pada kehidupan masyarakat umum. Peningkatan suhu bumi akibat efek rumah kaca tidak hanya berdampak pada bertambahnya temperatur bumi akan tetapi juga berdampak pada sistem perubahan iklim yang berpengaruh besar pada segala aktivitas hidup manusia. Dikutip dari Knowledge Centre Perubahan Iklim, dampak yang ditumbulkan akibat perubahan iklim antara lain: menurunnya kualitas air, berkurangnya kuantitas air, dan gagal panen akibat kekeringan yang berkepanjangan.
Penyebab utama terjadinya perubahan iklim ini dikarenakan oleh aktivitas manusia. Salah satu aktivitas manusia yang memiliki kontribusi besar terhadap terjadinya perubahan iklim yaitu dibidang fashion. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang di rangkum dari laman Kementrian Perindustrian Republik Indonesia pada tahun 2019, pada 3 bulan pertama tahun tersebut produksi industri pakaian tumbuh sebesar 29,19% secara tahunan. Sementara, secara q-t-q sektor ini tumbuh sebesar 8,79%, hal ini menjadikan industri ini kedua tertinggi setelah industri furniture. Seperti yang diketahui bahwa fashion memiliki kedekatan yang besar dengan kehidupan sehari-hari manusia. Sehingga seringkali aktivitas membeli dan memproduksi pakaian dianggap sebegai suatu hal yang sepele, dan akhirnya melupakan beberapa aspek penting yang berdampak besar pada perubahan iklim.
Oleh karena itu, untuk mengurangi peningkatan perubahan iklim perlu dilakukan inovasi terbaru dibidang fashion yakni dengan menjadi pengusaha fashion yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan tetapi juga pada lingkungan yang biasa juga disebut dengan eco fashionpreneur. Akan tetapi, untuk menjadi eco fashionpreneur yang dapat bertahan ditengah gemboran usaha fashion yang menjamur dimana-mana, seorang eco fashionpreneur harus mampu memiliki daya cipta yang kreatif, mutu fashion harus berkualitas, dan melakukan promosi melalui media sosial.
1. Eco Fashionpreneur
Eco fashionpreneur adalah seseorang yang berkecimpung dibidang bisnis fashion ramah lingkungan. Dilansir dari lama Rumah Yapeka, istilah eco-fashion bermula di tahun 1940an pada era Perang Dunia II, yang menyebkan terjadinya kelangkaan sumberdaya alam sehingga memaksa masyarakat korban perang untuk memanfaatkan bahan-bahan daur ulang untuk membuat pakaian kesehariannya. Memasuki era tahun 80an. Istilah eco-fashion muncul kembali dengan konsep Sustainable Fashion yang diprakarsai oleh merek terkenal ESPIRIT dan Patagonia.
2. Daya Cipta yang Kreatif
Seorang eco fashionpreneur harus mampu menciptakan sebuah produk yang kreatif sebagai salah satu penarik minat masyarakat untuk membeli produk fashion yang berlabel ramah lingkungan tersebut. Hal ini sejalan dengan minat masyarakat yang selalu mencari kepuasaan akan hal-hal yang baru. Menurut ahli ekonomi, selera adalah suatu hal yang stabil, difokuskan pada nilai guna yang dibentuk oleh individu, dan dipandang sebagai sesuatu yang eksogen. Sedangkan menurut ahli sosiologi, selera sebagai suatu yang dapat berubah, difokuskan pada suatu kualitas simbolik suatu barang, dan tergantung persepsi selera orang lain.
Untuk itu, seorang eco fashionpreneur selain memperhatikan bahan dasar yang digunakan dalam membuat suatu fashion, maka perlu juga memperhatikan fungsi dan mode yang dirancang untuk memenuhi selera masyarakat (Tarigan, 2015).
Adapun kreatifitas yang dapat dilakukan seorang eco fashionpreneur dalam membuat suatu produk fashion yaitu dengan cara memodifikasi berbagai macam model pakaian sehingga menghasilkan suatu produk fashion terbaru.
3. Kualitas Produk Yang Baik
Untuk mendapatkan perhatian dan kepercayaan masyarakat terhadap suatu produk yang ditawarkan maka kualitas suatu produk harus terjamin baik. Menurut Buchari dan Indrawati, Konsumen biasanya memilih produk yang memberikan kualitas terbaiknya. Produk yang berkualitas serta sesuai dengan keinginan konsumen merupakan kunci utama dalam memenangkan persaingan, dan pada akhirnya dapat memberikan kepercayaan lebih tinggi kepada konsumen untuk membeli produk.
Adapun bahan-bahan ramah lingkungan dengan kualitas tinggi yang dapat digunakan dalam pembuatan suatu produk fashion antaralain: katun organik, linen, serat hemp, serat kasmir, dan tencel. Adapun keunggulan bahan-bahan ini yaitu sifatnya yang lembut dan adem dan yang paling penting yaitu dapat terurai kembali.
4. Media Promosi
Saat ini media promosi yang paling efektif dalam menawarkan suatu produk yaitu melalui media sosial. Perkembangan media sosial yang sangat pesat memiliki dampak yang sangat besar pula pada masyarakat terkhusus di sektor ekonomi.
Melalui media sosial seorang eco fashionpreneur dapat membangun branding produk ramah lingkungan dengan masyarakat luas. Hal tersebut juga memberikan dampak besar terhadap sosialisasi produk fashion ramah lingkungan di masyarakat agar lebih mudah dikenal.
Mengutip dari Sugeng Purwanto, agar suatu produk dapat menarik minat konsumen di media sosial maka diperlukan: keterhubungan, keterbukaan, kecepatan, partisipasi dan kepercayaan. Hal ini dapat diterangkan sebagia berikut:
- Semakin sering melakukan Keterhubungan (Connectedness) antara seorang produsen/penjual dengan konsumen maka dapat meningkatkan kepercayaan (trust) minat membeli produk fashion.
- Semakin tinggi nilai Keterbukaan (Openness) meningkatkan kepercayaan (trust) minat membeli produk fashion.
- Semakin tinggi Kecepatan (Speed) dalam menggunakan media sosial akan meningkatkan kepercayaan (trust) pada minat membeli produk fashion.
- Semakin baik Aksesibilitas (Acessibility) pendukung internet akan meningkat kepercayaan (trust) pada minat pembelian produk fashion.
- Semakin baik Partisipasi (Participation) dalam bermedia sosial akan meningkatkan kepercayaan (trust) minat pembelian produk fashion.
- Semakin tinggi Kepercayaan (trust) pembeli akan meningkatkan Minat Beli produk fashion.
Untuk menjadi seorang eco fashionprenenur bukanlah pekerjaan yang mudah. Seorang eco fashionpreneur harus memiliki daya kretifitas yang tinggi, memiliki produk yang terjamin kualitasnya dan tentunya mempromosikan produknya di media sosial sebagai satu cara untuk menawarkan dan mensosialisasikan produk ramah lingkungan ke masyarakat luas. Sebagai seorang eco fashionpreneur tentunya tidak terlepas dari perannya untuk mengurangi limbah indutri yang berdampak pada perubahan iklim sehingga ekonomi bukanlah satu-satunya tujuan yang akan dicapai. Untuk itu, seorang eco fashionpreneur tetap berorientasi pada lingkungan dan alam sebagai sebuah prinsip dalam usahanya.
Referensi
Buchari, N. Q dan Indrawati, K. R. 2020. Persepsi Kualitas Produk dan Kepercayaan Merek: Apakah Selalu Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen?.
Purwanto, S. 2017. Perilaku Pembelian Produk Fashion Didasarkan Pada Kepercayaan Menggunakan Media Sosial. Ekspektra, Jurnal Manajemen dan Bisnis. 1 (1):55-67
Tarigan, D., I., M. 2015. Kajian Gaya Hidup Masyarakat di Kelurahan Bahu Kecamatan Malayang Kota Manado. Acta Diurna. 4(4)
http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim
https://kemenperin.go.id/artikel/20641/Industri-Pakaian-Jadi-Catatkan-Pertumbuhan-Paling-Tinggi
Eco Fashion: Sebuah Perlawanan Terhadap Fashion Konvensional
Artikel ini telah tayang di www.kompasiana.com dengan judul “Eco Fashionpreneur: Berkarya Lebih Ramah Lingkungan di Tengah Perubahan Iklim”.
DISCLAIMER
Tulisan ini merupakan salah satu pemenang dari “Lomba Menulis Populer Profesi Hijau Indonesia” yang diselenggarakan oleh Bastra ID dengan menjalin kolaborasi bersama Coaction Indonesia.