Salah satu fenomena pemanasan global yang akhir-akhir ini kita rasakan adalah gelombang panas yang ditandai dengan peningkatan suhu bumi. Salah satu pemicu fenomena tersebut adalah meningkatnya gas rumah kaca (GRK).
KOAKSI INDONESIA—Menurut NRDC, gas rumah kaca adalah partikel gas di atmosfer yang menyebabkan efek rumah kaca. Partikel tersebut muncul secara alami di lingkungan, namun jumlahnya terus meningkat akibat penggunaan bahan bakar fosil secara masif.
Efek rumah kaca menggambarkan fenomena atmosfer bumi menangkap radiasi matahari yang disebabkan oleh gas-gas seperti karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dinitrogen oksida (N2O), dan uap air (H2O) yang tergabung menjadi GRK.
Istilah efek rumah kaca pertama kali muncul dalam karya ahli meteorologi Swedia Nils Gustaf Ekholm sekitar tahun 1900. Namun, gagasan mengenai efek rumah kaca pertama kali dirumuskan oleh Jean-Baptiste Joseph Fourier, matematikawan dan fisikawan Prancis.
Baca Juga: Kejar Target Tekan Emisi Gas Rumah Kaca Perlu Komitmen Seluruh Sektor
Menurut Joseph Fourier, atmosfer bumi bertindak seperti insulator. Sementara panas, seperti gravitasi, menembus setiap substansi di alam semesta, sinarnya menempati seluruh bagian ruang sebagaimana dikutip dari Irish Times.
Emisi gas rumah kaca yang menumpuk di atmosfer menyebabkan panas terperangkap di bumi. Sementara itu, partikel merusak seperti sulfat aerosol yang dihasilkan dari pembakaran batu bara mendinginkan bumi dengan memantulkan cahaya matahari lebih banyak.
Dilansir dari WRI Indonesia, Indonesia merupakan salah satu negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Emisi itu sebagian besar disebabkan oleh deforestasi, perubahan penggunaan lahan, degradasi lahan gambut, serta emisi dari sektor energi dan transportasi.
Dari Mana Asal Gas Rumah Kaca?
Dikutip dari GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia), pembakaran bahan bakar fosil untuk listrik dan transportasi, pola penggunaan lahan dan pertanian, serta proses industri mendorong hampir semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh manusia.
Aktivitas Pelepasan GRK di Berbagai Sektor
- Lahan dan Hutan
Deforestasi dan konversi hutan menjadi lahan pertanian, termasuk perkebunan kelapa sawit, menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) dalam jumlah besar akibat penebangan dan pembakaran pohon. Sementara itu, drainase dan degradasi lahan gambut melepaskan metana (CH4) dan CO2 ke atmosfer.
- Penyediaan Energi
Pembakaran bahan bakar fosil, khususnya batu bara, untuk pembangkit listrik merupakan sumber emisi GRK yang signifikan dengan CO2 sebagai gas rumah kaca utama.
- Pertanian
Proses kimia pembakaran sisa hasil pertanian dan gas metana kotoran hewan ternak memiliki andil yang tinggi sebagai penyumbang emisi karbon di sektor pertanian.
- Transportasi
Meningkatnya jumlah kendaraan pribadi di jalan raya, khususnya di perkotaan, berkontribusi terhadap emisi CO2. Emisi dari kendaraan bermotor menonjol di sektor ini.
- Perkantoran
Proses pembuatan kertas menghasilkan emisi CO2. Semakin banyak kertas yang digunakan semakin banyak kertas yang harus diproduksi sehingga meningkatkan emisi CO2. Sementara itu, AC menggunakan gas rumah kaca bernama Chlorofluorocarbon (CFC) atau yang biasa kita sebut freon untuk mendinginkan udara.
Baca Juga: Toolkit Inventarisasi Gas Rumah Kaca: Bekal Kurangi Emisi
Kemudian, CFC ini dilepaskan ke atmosfer hingga mencapai lapisan ozon dan merusaknya. Semakin banyak atau semakin lama penggunaan AC semakin banyak CFC yang dilepaskan hingga semakin banyak lapisan ozon yang rusak yang mengakibatkan peningkatan suhu bumi.
- Limbah
Tempat pembuangan sampah dan praktik pengelolaan limbah menghasilkan emisi metana. Pembuangan sampah secara terbuka tanpa pengelolaan yang tepat turut menyebabkan masalah di sektor ini.
- Proses Industri
Salah satu proses industri terkait dengan emisi CO2 yang besar adalah produksi semen karena reaksi kimia yang terlibat dalam proses pembuatannya.
- Rumah Tangga dan Komersial
Penggunaan energi untuk pemanasan, pendinginan, dan memasak di rumah berkontribusi terhadap emisi CO2.
Strategi Mitigasi
Untuk mengurangi dampak negatif emisi gas rumah kaca, pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan berbagai upaya.
- Mengurangi Deforestasi: pemerintah telah menerapkan moratorium terhadap konsesi penebangan baru dan berpartisipasi dalam inisiatif global untuk mendorong konservasi hutan dan penggunaan lahan berkelanjutan.
- Restorasi Lahan Gambut: upaya restorasi bertujuan untuk mengurangi emisi metana dengan membasahi dan menghutankan kembali lahan gambut yang terdegradasi.
- Energi Terbarukan: Indonesia secara aktif mempromosikan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi. Target ambisius telah ditetapkan untuk memasukkan energi terbarukan ke dalam bauran energi nasional.
- Pertanian Berkelanjutan: mendorong produksi minyak sawit yang bertanggung jawab dan praktik pertanian berkelanjutan untuk membantu mengurangi deforestasi.
- Kerja Sama Internasional: upaya kolaboratif dengan organisasi internasional dan negara-negara tetangga untuk mengatasi kabut asap lintas batas dan emisi akibat kebakaran lahan gambut.