Green jobs dapat berperan mengatasi masalah kemiskinan dengan menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dan memberikan upah layak.
KOAKSI INDONESIA—Upaya mengurangi kemiskinan dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mengingat sebagian besar perekonomian Indonesia ditopang oleh industri pengolahan, pertumbuhan ekonomi dapat didorong melalui pemanfaatan sumber daya alam. Sepanjang 2023, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi terbesar bagi perekonomian Indonesia, yaitu 18,67% terhadap PDB. Pemanfaatan sumber daya alam ini berpotensi menciptakan aktivitas ekonomi yang mampu meningkatkan sumber pendapatan bagi masyarakat, daerah, maupun negara.
Upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi biasanya disertai dengan peningkatan kebutuhan energi termasuk energi listrik. Pada 2023, kebutuhan listrik mencapai 1.285 kilowatt hour (KWh) per kapita dan diperkirakan meningkat hingga 5.000 KWh per kapita pada tahun 2060. Akan tetapi, sebagian besar (40,46%) sumber energi saat ini masih berasal dari batu bara yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan pengentasan kemiskinan.
Hambatan ini terjadi karena penggunaan batu bara sebagai sumber energi akan menghasilkan emisi gas rumah kaca (GRK). Dengan demikian, peningkatan kebutuhan energi yang sebagian besar masih bergantung pada batu bara akan turut meningkatkan emisi GRK. Peningkatan emisi ini akan memperburuk perubahan iklim yang pada akhirnya berpotensi menghambat aktivitas ekonomi. Sebagai contoh, Badai Seroja yang melanda Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tahun 2021 telah menyebabkan kerugian bagi ekonomi lokal.
Dampak Nyata Perubahan Iklim
Menurut BMKG, Badai Seroja merupakan contoh nyata dari dampak perubahan iklim. Masyarakat di Provinsi NTT mencatat bahwa badai serupa pernah terjadi pada tahun 1950-an, namun dengan siklus yang jauh lebih lama. Perubahan iklim saat ini menyebabkan Badai Seroja terjadi lebih cepat dengan dampak yang lebih besar.
Studi Bank Indonesia (2021) menjelaskan bahwa Badai Seroja telah menimbulkan sejumlah kerugian ekonomi bagi masyarakat di Provinsi NTT. Sebagai wilayah kepulauan dan pesisir, Badai Seroja menimbulkan dampak yang signifikan bagi nelayan di Provinsi NTT. Sekitar 80% kapal nelayan rusak atau hancur yang menyebabkan kerugian pendapatan hingga Rp500.000 per hari.
Baca Juga: Apa itu Adaptasi Berbasis Ekosistem dan Praktik Baiknya di NTT
Di sektor kelautan dan perikanan, Badai Seroja mengakibatkan kerusakan pada 602 kapal nelayan, dengan rincian 537 kapal berkapasitas 1-10 GT dan 65 kapal berkapasitas 10-30 GT. Selain itu, sekitar 2.000 ton rumput laut turut terdampak oleh bencana ini.
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa di sektor pertanian, Badai Seroja merusak 23,5 ribu hektar lahan padi dan 13,96 ribu hektar lahan jagung di 15 kabupaten/kota. Banjir yang disebabkan oleh badai ini juga menghancurkan infrastruktur pertanian seperti jaringan irigasi dan bendungan. Sektor peternakan juga mengalami kerugian besar dengan hilangnya 45,1 ribu ekor ternak, terdiri dari 14 ribu ternak besar dan 31,1 ribu ternak kecil.
Mengentaskan Kemiskinan dengan Green Jobs
Mengingat dampak perubahan iklim yang dapat menghambat upaya pengentasan kemiskinan, implementasi pembangunan seharusnya tidak hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, namun juga mempertimbangkan aspek lingkungan. Pembangunan berkelanjutan ini dapat diwujudkan melalui aktivitas ekonomi yang turut mendukung pelestarian dan pemulihan lingkungan.
Sebagai contoh, pemanfaatan sumber daya alam seperti hilirisasi nikel memiliki potensi menciptakan lapangan pekerjaan dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Penciptaan lapangan pekerjaan ini terutama terjadi di sektor hilir, seperti pengolahan nikel menjadi baterai kendaraan listrik. Beberapa contoh pekerjaan yang berpotensi muncul dari hilirisasi ini antara lain montir kendaraan listrik, peneliti dan pengembang (litbang) kendaraan listrik, serta mekanik kendaraan listrik.
Baca Juga: Mineral Kritis: Vital dan Strategis dalam Menyukseskan Transisi Energi
Di samping itu, peluang ini perlu disertai dengan adanya kerangka pengaman (safeguard), seperti memastikan pekerjaan yang tercipta adalah pekerjaan layak dengan upah memadai. Pekerjaan yang dihasilkan harus ramah lingkungan. Pekerjaan yang memenuhi kriteria ini dikenal sebagai green jobs (pekerjaan hijau).
Menurut Bappenas, green jobs adalah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan lingkungan dan mempromosikan pekerjaan yang layak. Di Indonesia, beberapa sektor yang berpotensi menciptakan green jobs antara lain energi terbarukan, pertanian, manufaktur, konstruksi, dan jasa (pariwisata). Kemudian, jenis pekerjaan yang termasuk green jobs, antara lain solar energy engineer, analis kebijakan, spesialis pertanian organik, teknisi sel bahan bakar, green building specialist, dan pemandu wisata berkelanjutan.
Bappenas juga menjelaskan bahwa green jobs berpeluang untuk mendukung pengentasan kemiskinan. Penciptaan green jobs berpeluang memberikan upah yang layak bagi tenaga kerja. Dengan penghasilan memadai, tenaga kerja dapat memenuhi kebutuhan dasar mereka dengan lebih baik yang pada akhirnya berkontribusi pada pengentasan kemiskinan.
Bahkan, laporan World Bank (2023) menjelaskan bahwa green jobs terutama di sektor energi terbarukan mengalami peningkatan gaji. Kenaikan ini karena tingginya permintaan akan keterampilan khusus di sektor ini yang memerlukan kompensasi lebih besar. Dengan upah yang lebih tinggi, tenaga kerja di sektor tersebut tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka, namun juga berpotensi meningkatkan kesejahteraan sehingga akan berkontribusi mengurangi kemiskinan.
Meskipun green jobs memiliki potensi besar untuk mengatasi kemiskinan, beberapa langkah strategis diperlukan untuk mengoptimalkan peluang ini. Sebagai contoh, pemerintah perlu menyusun peta jalan yang mencakup berbagai strategi untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang mendukung terciptanya green jobs. Institusi pendidikan dan pelatihan juga dapat berperan aktif dalam mempersiapkan SDM yang siap masuk ke pasar green jobs.
Di samping itu, peran swasta perlu diperkuat untuk mendorong pertumbuhan green jobs. Langkah-langkah ini perlu dilaksanakan melalui kolaborasi semua pihak agar potensi green jobs dalam mengentaskan kemiskinan dapat terwujud secara optimal.