Penipisan lapisan ozon berasal dari pengabaian manusia terhadap lingkungan hidup. Hari Ozon Internasional mengingatkan kita untuk tidak lagi mengabaikannya dengan melakukan aksi iklim bersama.
KOAKSI INDONESIA—Tahun 2024 menandai tiga dekade peringatan Hari Ozon Internasional, sebuah momen penting untuk meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya melindungi lapisan ozon.
Peringatan Hari Ozon Internasional setiap 16 September sebagai bentuk penghormatan dunia terhadap tonggak bersejarah Protokol Montreal 1987, kesepakatan internasional yang berhasil menekan penggunaan bahan kimia perusak ozon dan menjadi simbol keberhasilan kerja sama global dalam menjaga keseimbangan planet bumi.
Baca Juga: Ulang Tahun Jakarta ke–497: Momen Refleksi untuk Mengatasi Pencemaran Udara Secara Konkret
Sebagai salah satu pihak yang turut meratifikasi Protokol Montreal, Indonesia menjadi bagian perayaan Hari Ozon Internasional (World Ozone Day [WOD]). Mengambil tema “Advancing Climate Action” atau “Tingkatkan Aksi Iklim, Ozon Aman”, sejumlah kegiatan dapat dilakukan untuk mendukung perlindungan lapisan ozon.
Melansir berita Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia berhasil menurunkan hydrochlorofluorocarbon (HCFC) sebesar 37,5% pada tahun 2020 dan 55% pada tahun 2023. Peningkatan ini tidak lepas dari semua pihak yang bergerak dan beraksi dalam perlindungan ozon baik di tingkat daerah maupun nasional.
Pembatasan Bahan Perusak Ozon
Lapisan ozon merupakan lapisan gas bumi yang terletak pada lapisan stratosfer yang berjarak kurang lebih 60 km dari permukaan bumi. Sering disebut sebagai tabir surya bumi, lapisan ini mengandung konsentrasi molekul ozon (O3) yang berfungsi sebagai penjaga suhu dengan melindungi bumi dari sinar ultraviolet (UV).
Gas-gas seperti chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon di stratosfer yang melindungi bumi dari radiasi ultraviolet. Kerusakan lapisan ozon, sering disebut sebagai “lubang ozon”, menyebabkan gelombang ultraviolet-B yang berbahaya masuk ke bumi.
Peningkatan radiasi ini menyebabkan kanker kulit, melemahkan sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan risiko katarak yang mengakibatkan kebutaan. Selain itu, radiasi UV-B juga merusak tanaman pertanian seperti kacang, tomat, kubis dan kedelai, serta mengurangi kualitas hasil pertanian. Di ekosistem laut, radiasi ini membahayakan plankton dan spesies laut yang penting dalam rantai makanan. Dampak ini menegaskan pentingnya tindakan segera untuk melindungi lapisan ozon dan mencegah kerusakan lebih lanjut.
Baca Juga: Apa Itu Gas Rumah Kaca? Penyebab dan Mitigasinya
Lubang ozon pertama kali ditemukan di Kutub Selatan, dipercepat oleh kondisi kimia dan atmosfer yang unik di sana. Melalui Konvensi Wina (1985) dan Protokol Montreal (1987), negara-negara di dunia berkomitmen membatasi penggunaan bahan-bahan perusak ozon yang meliputi CFC dan HCFC.
Sebagai negara yang meratifikasi perjanjian itu, Indonesia telah mengurangi penggunaan CFC dan HCFC yang dahulu biasa ditemukan pada bahan pendingin seperti lemari pendingin, air conditioner (AC) rumah dan mobil, aerosol atau spray, serta insulasi busa.
Beberapa aksi yang dapat dilakukan dalam keseharian untuk berkontribusi dalam menjaga lapisan ozon, seperti menggunakan produk ramah lingkungan, melakukan perawatan AC berkala, mengatur ulang suhu AC 24 derajat celsius, mengurangi penggunaan transportasi pribadi, serta menggunakan produk ramah lingkungan.
Perawatan AC secara berkala membantu menurunkan penggunaan CFC/HCFC karena mencegah kebocoran, meningkatkan efisiensi sistem, memperpanjang umur komponen, dan memungkinkan penggantian ke refrigeran yang lebih ramah lingkungan. Pengatur ulang suhu 24 derajat celsius tidak hanya menghemat biaya, tetapi juga berkontribusi terhadap perlindungan lapisan ozon dan pengurangan dampak negatif terhadap lingkungan.
Berkontribusi terhadap Pemanasan Global
Bahan perusak ozon seperti CFC dan HFC selain merusak lapisan ozon juga berkontribusi signifikan terhadap pemanasan global jika melihat Global Warming Potential (GWP), ukuran yang digunakan untuk menilai seberapa besar efek pemanasan yang ditimbulkan oleh berbagai gas. GWP membandingkan kemampuan gas tertentu dalam menangkap panas di atmosfer dengan kemampuan karbon dioksida (CO2) untuk melakukan hal yang sama.
Jika sebuah gas memiliki nilai GWP yang tinggi, berarti gas tersebut dapat menghangatkan bumi lebih kuat dibandingkan dengan CO2. Misalnya, nilai GWP untuk beberapa bahan perusak ozon bisa berkisar dari 2 hingga 14.000, sedangkan GWP untuk HFC yang umum digunakan bervariasi kurang dari 1 hingga sekitar 12.500. Dengan kata lain, makin tinggi nilai GWP makin besar kontribusi gas tersebut terhadap pemanasan global.
Karena CFC dan HFC dapat menyerap dan memerangkap panas dalam jumlah besar, efek rumah kaca pun meningkat, sehingga suhu bumi naik secara signifikan. Dengan kata lain, upaya menurunkan gas rumah kaca (GRK) berkaitan dengan upaya menjaga lapisan ozon.
Penurunan Penipisan Ozon
Namun, menurut NASA Ozone Watch, penurunan area penipisan ozon belum signifikan, yang dibuktikan dalam penampakan ilustrasi tersebut. Gambar di atas menunjukkan distribusi total ozon di wilayah Kutub Antartika dengan menggunakan metode false-color, yang berarti warna-warna yang digunakan tidak mencerminkan warna sebenarnya dari objek, tetapi diubah untuk memudahkan interpretasi data.
Warna ungu dan biru menunjukkan area dengan jumlah ozon paling sedikit. Sementara warna kuning dan merah menunjukkan area dengan jumlah ozon lebih banyak. Penampakan tersebut menunjukkan bahwa lapisan ozon sudah menipis.
Untuk mempercepat penurunan potensi bahan berbahaya bagi ozon secara signifikan, diperlukan pengembangan dan penggunaan alternatif ramah lingkungan seperti meningkatkan bahan refrigeran alami. Dukungan kebijakan internasional harus lebih ketat serta adanya insentif untuk teknologi inovatif dalam sektor industri dan pertanian. Selain itu, peningkatan kesadaran industri untuk menerapkan teknologi baru yang lebih efisien dan ramah lingkungan.