Meski nantinya tak lagi menjadi ibu kota, Jakarta tetap menjadi sentra ekonomi Indonesia. Untuk itu, Jakarta perlu bersiap untuk bertransisi menuju ekonomi berkelanjutan.
KOAKSI INDONESIA—Jakarta memiliki peran sentral sebagai pusat kegiatan ekonomi dan bisnis di Indonesia. Sebagai kota yang dinamis, Jakarta terus berkembang menjadi pusat investasi yang menarik perhatian para pelaku bisnis, baik dari dalam maupun luar negeri.
Untuk memperkuat perannya sebagai magnet investasi, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengadakan Jakarta Investment Festival (JIF) 2024, yakni rangkaian forum bisnis dan investasi tahunan yang memfasilitasi diskusi, jaringan, dan kolaborasi di antara para investor, pejabat pemerintah, pemimpin industri, dan pemangku kepentingan lainnya yang tertarik dengan peluang investasi di Jakarta.
Mengusung tema “Global City Notion for a Golden Nation”, acara ini turut mempromosikan berbagai proyek potensial di Jakarta yang mendukung isu lingkungan dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan untuk memperkuat perekonomian nasional.
Dengan maraknya investasi yang mendukung keberlanjutan dengan visi nol emisi, beberapa perusahaan mulai bertransisi dan mengadopsi nilai-nilai keberlanjutan yang dapat menciptakan lebih banyak peluang kerja ramah lingkungan atau green jobs.
Seiring dengan peluang tersebut, tantangan juga muncul, seperti kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang manfaat keberlanjutan. Selain itu, kebijakan pemerintah perlu mendukung ekosistem terciptanya green jobs dari sisi sumber daya manusia hingga penyedia kerja.
Baca Juga: Green Jobs: Pekerjaan Ramah Lingkungan
Untuk mengatasi beberapa tantangan tersebut, JIF 2024 mengadakan diskusi tematik “Green Jobs, Greener City” untuk mengidentifikasi bagaimana para pemangku kepentingan dapat berkolaborasi dalam mengembangkan ekosistem green jobs, khususnya di Jakarta.
Mengawali sesi diskusi tematik ini, Indra Sari Wardhani, Plt. Direktur Program Koaksi Indonesia memaparkan bahwa sudah ada beberapa negara, seperti Filipina, Amerika Serikat, dan India, yang telah mengadopsi aturan untuk mengembangkan ekosistem green jobs.
“Negara tetangga kita, Filipina, telah membuat undang-undang mengenai green jobs. Di sana, sudah dijelaskan pengertian green jobs. Undang-undang ini dibuat oleh tiga lembaga pemerintah, yaitu kementerian ketenagakerjaan, komisi perubahan iklim, dan kementerian keuangan,” papar Indra Sari atau akrab disapa Ai.
Dia mengungkapkan bahwa negara-negara tersebut dapat menjadi contoh bagi Indonesia apabila ingin membangun ekosistem green jobs, salah satunya menggunakan skema insentif.
Selain Koaksi Indonesia, hadir perwakilan GIZ Indonesia, Head of the Innovation and Investment Project for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) Phase II, Ruly Marianti, yang menekankan bahwa green jobs menjadi suatu kewajiban yang perlu dipersiapkan seluruh multipihak di Indonesia karena pembahasan green jobs telah menjadi program prioritas pemerintah.
“Ada kabar baik bagi kita semua yang tertarik dengan green jobs. Telah ada peraturan pemerintah mengenai ketenagakerjaan hijau (green workforce) dan tertuang dalam Rancangan Teknokratik di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025—2029,” papar Ruly.
Tidak hanya dari sisi regulasi, green jobs perlu didukung oleh sisi perusahaan atau industri. Salah satu perusahaan yang telah menyediakan lapangan kerja green jobs adalah Danone Indonesia. Melalui visinya, Danone Indonesia tidak ingin menjadi perusahaan yang sekadar memberikan kesehatan kepada masyarakat, namun juga kepada lingkungan. Danone percaya bahwa lingkungan dan kesehatan adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
Baca Juga: Membangun Masa Depan Ekonomi Hijau Melalui Green Jobs di Sektor Pesisir dan Kelautan
Arif Wahyudin, Sustainability Development Senior Manager Danone Indonesia, mengatakan bahwa perusahaannya telah membuka peluang direct dan indirect green jobs di dalam perusahaan maupun mitra Danone Indonesia. Selain itu, untuk mewujudkan visi menuju perusahaan ramah lingkungan, Danone Indonesia memberikan pelatihan dengan isu keberlanjutan kepada seluruh karyawan.
“Kami memberikan wadah internal untuk karyawan di Danone Indonesia untuk meningkatkan pengetahuan terhadap isu-isu keberlanjutan melalui CampusX untuk mencapai KPI perusahaan dan ini hanya tahap awal. Kami tentu masih membutuhkan narasumber yang ahli di bidangnya dalam mengajarkan keberlanjutan itu,” ujar Arif.
Tsani Annafari, Kepala Pusat Pengembangan Produktivitas Daerah Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Energi Provinsi DKI Jakarta, juga hadir untuk menjelaskan kesiapan Jakarta sebagai kota global untuk menyambut green jobs.
“Jakarta telah mendeklarasikan diri sebagai kota global, ini tertuang dalam peraturan daerah. Syarat untuk menjadi kota global adalah menerapkan green economy. Ini juga sejalan dengan ambisi Jakarta untuk menjadi kota nol emisi,” papar Tsani.
Selain itu, dia mengungkapkan tantangan transisi pekerjaan ekstraktif menuju pekerjaan ramah lingkungan atau green jobs di Jakarta.
“Ketika membahas green jobs, kita perlu melihat tidak hanya dari sisi pekerja, tetapi juga dari kurikulum pusat pelatihan. Selain itu, pembangunan infrastruktur dan investasi perlu mendukung penciptaan green jobs. Apabila tidak ada investasi yang mendukung green economy maka tidak ada green jobs,” ungkap Tsani.
Mengakhiri diskusi tematik tersebut, Ruly memberikan pesan kepada peserta yang hadir untuk mengasah kemampuan yang mendukung keberlanjutan dengan menanamkan pola pikir yang ramah lingkungan atau green mindset sejak dini.
Sementara Ai mendorong peserta untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya mengenai green jobs dengan memanfaatkan internet. Misalnya, mengakses informasi dan lowongan pekerjaan terkait green jobs di Indonesia melalui platform greenjobs.id.