Makin banyak generasi muda sadar terhadap isu-isu lingkungan. Namun, kesadaran itu, belum sejalan dengan pilihan mereka terhadap bidang pekerjaan hijau.
KOAKSI INDONESIA — Tren Ketenagakerjaan Global berdasarkan data International Labour Organization (ILO) 2022 Global Employment Trends for Youth menunjukkan banyak generasi muda yang sadar akan isu-isu perubahan iklim dan transisi energi. Tingkat pemahaman mereka bervariasi di banyak negara, namun terkadang pemahaman generasi muda terbatas mengenai isu tersebut. Akibatnya, generasi muda belum melihat pekerjaan ramah lingkungan (green jobs) sebagai pilihan karier yang potensial karena kurangnya akses informasi terhadap pekerjaan tersebut. Salah satu opsi dalam pekerjaan lingkungan adalah transisi energi.
Senada dengan tren tersebut, survei yang dilakukan studentenergy.org kepada kaum muda di seluruh dunia termasuk Indonesia menunjukkan, kaum muda yang menguasai keterampilan science, technology, engineering and math (STEM) memiliki antusiasme sebesar 68% untuk berkontribusi pada pekerjaan yang melibatkan transisi energi. Kemudian, 36% responden menjawab bahwa mereka tertarik, tetapi tidak tahu cara untuk terlibat. Hal ini paralel dengan tantangan generasi muda yaitu kurangnya kesadaran tentang akses peluang kerja sebanyak 47%.
Baca juga: Start-Up Pengelolaan Sampah, Terobosan Green Jobs oleh Generasi Milenial Menuju Bonus Demografi
Keterbukaan akses dan pendidikan berpengaruh terhadap kesempatan generasi muda untuk bekerja di sektor transisi energi. Oleh karena itu, penting untuk menghubungkan kategori minat dan kompetensi serta menjembatani kesenjangan antara pemberi kerja dan generasi muda. Menurut laporan studentenergy.org, responden kaum muda memprioritaskan tujuan kerja (20%) sebagai hal yang paling penting saat mencari pekerjaan, diikuti oleh peluang untuk berkembang (15%), dan terakhir adalah gaji/kompensasi yang ditawarkan (14%).
Masih dari laporan tersebut, sebagian besar generasi muda di seluruh dunia memiliki tantangan yang sama, seperti (1) kurangnya akses ke pelatihan keterampilan, (2) minimnya kesadaran tentang peluang kerja yang ada, dan (3) penerimaan pada posisi entry level.
Padahal, peluang pekerjaan pada sektor transisi energi sangatlah besar. Mengutip Energy Monitor, Nick Ferris mengatakan energi terbarukan merupakan amplifikasi peluang pada pekerjaan transisi energi. Generasi muda perlu beradaptasi melalui pengembangan keterampilan/skill development pada sektor-sektor yang dituju.
Pendapat Nick itu sejalan dengan laporan studentenergy.org yang melibatkan generasi muda Indonesia sebagai reponden. Laporan itu menyatakan, program pelatihan keterampilan dan aksi sukarela (volunteering) menjadi dua hal penting yang harus dilakukan oleh generasi muda sebelum terjun ke dunia kerja.
Oleh karena itu, institusi pendidikan, regulator, swasta, dan pemberi kerja sudah seharusnya bersinergi untuk mendorong aksesibilitas terhadap pekerjaan sektor transisi energi. Dengan demikian, generasi muda pada lintas kompetensi akan terdorong untuk bekerja di sektor transisi energi. Beberapa contoh baik seperti program peningkatan kapasitas pada lapangan kerja dan aksesibilitas keterampilan agar kelompok inklusif mendapatkan kesetaraan.
Upaya konkret yang dapat dilakukan pemberi kerja adalah menyediakan akses terhadap peningkatan kapasitas. Misalnya, melalui kolaborasi dengan kurikulum baru atau seminar/pelatihan yang dapat diikuti dan dapat diambil para pelajar dan mahasiswa untuk mempelajari pengaplikasian pekerjaan pada sektor transisi energi. Pemerintah dan swasta sudah seharusnya berkoordinasi untuk membuka lebih banyak kesempatan belajar berdasarkan pengalaman, seperti kerja sama program magang.
Upaya itu untuk mendukung tumbuhnya pengalaman dan keterampilan kerja di sektor transisi energi. Kompetensi maupun keterampilan yang diperlukan di antaranya science, technology, engineering and math (STEM). Pengetahuan lingkungan, teknologi terbarukan, keuangan berkelanjutan, manajemen proyek, legal (hukum lingkungan), komunikasi publik, dan kemampuan berinovasi.
Baca juga: Inovasi #EnergiMuda: Ayo Bangun Negeri dengan Energi Bersih!
Selain itu, generasi muda yang sudah memiliki keterampilan relevan yang diperlukan dapat bekerja sama untuk berkontribusi di bidang pertanian organik, pariwisata berkelanjutan, pengelolaan limbah, tekstil organik, daur ulang limbah elektronik, arsitektur berkelanjutan, dan produksi kosmetik organik.
Bagi generasi muda yang memiliki kapasitas akademik di bidang sosial dapat berperan juga dalam green jobs (pekerjaan transisi energi). Bidang akuntansi, legal (hukum), dan komunikasi bisnis merupakan beberapa kompetensi yang dapat diterapkan untuk menunjang pertumbuhan suatu perusahaan/firma.
Latar belakang sains dan teknologi dibutuhkan pada aspek produksi, namun interkoneksi antara sosial dan saintek dapat menciptakan kepaduan dalam sistem. Menurut laporan global guidance on green jobs, perusahaan seperti Unilever, Danone, dan DBS sudah melekatkan green jobs dalam peran operasional berkelanjutan mereka. Praktik ini membagi keahlian pengusaha, auditor, legal, dan peranan lainnya untuk melihat transisi energi sebagai peluang dalam lensa hijau green lens yang keberlanjutan.
Penyebarluasan kemampuan dan keterampilan generasi muda dalam pekerjaan transisi energi dapat dilakukan melalui Festival Energi, Green Campus Challenge, Youth Energy Hackathon, Street Art (seni jalanan) bertema lingkungan, dan berbagai program kampanye seperti yang dilakukan Yayasan Rumah Energi yang rutin mengadakan lokakarya untuk memperkenalkan pemanfaatan biogas dan Solar PV (photovoltaics) pada program Pro Women for Renewable Energy.
Kemudian, ada Koaksi Indonesia, yang konsisten memberikan informasi terkini dalam bentuk kampanye media sosial terkait keberhasilan startup pekerjaan hijau lokal yang mendukung transisi energi.
Tentunya komitmen harus berjalan berdampingan dengan praktik sebagai hasil dari pengaruh positif kampanye kepada semua pihak. Peningkatan kapasitas keterampilan generasi muda dan kolaborasi multipihak akan mengakselerasi pertumbuhan tenaga kerja yang berkualitas dalam bidang transisi energi.
Baca juga: Green Jobs: Youth Leaders Program 2023 Tingkatkan Kapasitas Anak Muda dalam Green Economy Recovery