Green Jobs Workshop merupakan bagian dari Youth Leaders Program yang diselenggarakan Koaksi Indonesia. Acara yang baru pertama kali diadakan pada 2023 ini akan menjadi acara tahunan Koaksi Indonesia sekaligus menambah kampanye publik yang telah dilakukan Koaksi Indonesia untuk mendorong akselerasi pengembangan energi terbarukan.
Baca juga: Bagaimana Wacana Green Jobs Menciptakan Gerakan Massa Melawan Krisis Iklim?
KOAKSI INDONESIA — Sebagai organisasi masyarakat sipil yang berkomitmen tinggi terhadap green jobs, Koaksi Indonesia menambah agenda mereka dengan menyelenggarakan Green Jobs Workshop mulai tahun ini. Acara yang menjadi bagian dari salah satu program di Koaksi Indonesia, Youth Program, ini akan rutin diadakan setiap tahun dengan tujuan untuk memperkuat pemahaman komunitas muda serta mendorong terbentuknya simpul jejaring dan pengetahuan untuk green jobs berbasis kota.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Green Jobs Workshop diselenggarakan setiap Sabtu secara berturut-turut di empat kota, yaitu Jakarta (18 November), Bandung (25 November), Yogyakarta (2 Desember), dan Surabaya (9 Desember). Di Jakarta, Green Jobs Workshop telah berhasil diselenggarakan di Auditorium UGM Samator Pendidikan, Jakarta Selatan.
Dalam menyelenggarakan Green Jobs Workshop di Jakarta, Koaksi Indonesia dibantu oleh salah satu mitranya, yaitu Teens Go Green, yang berperan mengoordinasikan para peserta dan narasumber, serta mendukung terkait hal teknis dan administrasi.
Keseruan Green Jobs Workshop di Jakarta
Acara ini dimulai pukul 10.00 WIB, dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan dengan sambutan oleh Yodie Indrawan sebagai Kepala Seksi Pendaftaran Organisasi Kemasyarakatan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Beliau menyampaikan bahwa pemerintah mendorong partisipasi aktif masyarakat sipil untuk menyukseskan program-program yang mendukung pembangunan berkelanjutan.
“Pemerintah mendorong partisipasi masyarakat sipil. Bentuk konkretnya adalah penyelenggaraan Green Jobs Workshop oleh Koaksi Indonesia. Selain itu, kolaborasi Koaksi Indonesia bersama empat komunitas lain diharapkan dapat memberikan solusi pengembangan green jobs di Indonesia, dan tidak hanya berfokus kepada anak muda, namun juga generasi masa mendatang,” jelas Yodie.
Acara dilanjutkan dengan talkshow yang menghadirkan empat narasumber sebagai perwakilan dari berbagai lembaga, yaitu organisasi masyarakat sipil, pemerintah, swasta, dan akademisi.
Pada awal sesi diskusi, Muhammad Ridwan Arif sebagai Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan Koaksi Indonesia, yang juga sebagai narasumber, menyampaikan definisi green jobs, yaitu pekerjaan yang berkontribusi pada kelestarian lingkungan, menekankan prinsip inklusivitas, dan termasuk pekerjaan layak. Selain itu, Ridwan menyampaikan tantangan dan peluang green jobs di Indonesia.
“Salah satu tantangan pengembangan green jobs di Indonesia berkaitan dengan aspek sumber daya manusia (SDM), yaitu di bidang pendidikan, pelatihan, dan sertifikasi. Sementara itu, peluangnya adalah tren penciptaan green jobs terus meningkat karena adanya kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca,” tegas Ridwan.
Baca juga: Start-Up Pengelolaan Sampah, Terobosan Green Jobs oleh Generasi Milenial Menuju Bonus Demografi
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan oleh Sri Mulyati, sebagai perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi DKI Jakarta. Beliau menyampaikan peran mereka dalam menciptakan green jobs, antara lain penyelenggaraan bank sampah, start-up yang berfokus di lingkungan, seperti Octopus, serta mendorong masyarakat yang memiliki bengkel untuk uji emisi–dalam perwujudannya membutuhkan teknisi uji emisi yang telah memiliki sertifikasi.
Kemudian, dari perspektif swasta disampaikan oleh Iben Yuzenho sebagai founder Sebumi. Dia menjelaskan salah satu contoh penciptaan green jobs yang dilakukan oleh Sebumi adalah adanya unit/divisi yang bekerja untuk menghitung emisi, melakukan konservasi, atau meminimalkan limbah selama kegiatan tur/wisata dilaksanakan.
Selanjutnya, Gracia Paramitha selaku dosen Universitas Indonesia (UI), menjelaskan green jobs dari perspektif akademisi. Dalam penjelasannya, dia menyampaikan bahwa secara historis dalam literatur ilmiah, istilah green jobs pertama kali muncul pada 2007. Lalu, pada 2008, ILO dan UNEP membuat laporan yang mendefinisikan green jobs, yaitu segala sesuatu, tidak terbatas pada pekerjaan, namun juga keterampilan (skill) yang meminimalkan dampak lingkungan. Dua keterampilan yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk mengembangkan green jobs, yaitu critical thinking dan cognitive.
Setelah sesi diskusi berakhir, para peserta antusias untuk bertanya. Namun, karena keterbatasan waktu, hanya diberikan kesempatan kepada dua peserta untuk bertanya. Pertama, Aisya dari Ayo Less Waste, bertanya terkait peran pemerintah untuk menciptakan green jobs di Indonesia. Sri Mulyati sebagai perwakilan DLH DKI Jakarta menjawab bahwa pemerintah berperan menciptakan green jobs melalui pemilahan sampah, dengan pendirian fasilitas daur ulang, program edukasi, pengembangan teknologi, dan dukungan proyek lingkungan.
Aisya juga bertanya terkait praktik baik kolaborasi riset antara lembaga pendidikan dan swasta. Gracia selaku dosen UI menjawab bahwa salah satu praktik baik kolaborasi riset antara lembaga pendidikan dan swasta adalah Green Metric UI. Dalam riset ini, UI berkolaborasi dengan swasta untuk menilai program dan kebijakan berkelanjutan pada universitas di seluruh dunia.
Diskusi dilanjutkan dengan pertanyaan yang diajukan oleh Arka dari Virus Cinta Lingkungan, terkait tanggapan para narasumber terhadap Teori Ekonomi Donat. Dengan latar belakang keahliannya sebagai akademisi, Gracia menjawab bahwa Teori Ekonomi Donat mulai muncul pada 2012 saat Stockholm Conference berlangsung. Teori ini menjadi cikal bakal penciptaan ekonomi sirkular.
“Green jobs dapat mendukung pelaksanaan Teori Ekonomi Donat. Dalam hal ini terwujud dalam bentuk ekonomi sirkular, yaitu dampak lingkungan dapat diminimalkan serta berkontribusi pada kelestarian lingkungan,” jelas Gracia.
Saat istirahat, para peserta diminta berganti pakaian dengan baju yang telah diberikan saat registrasi, sebagai simbol keterlibatan mereka dalam kegiatan yang mempromosikan isu green jobs.
Setelah istirahat, acara semakin seru karena peserta diberikan kesempatan bertanya secara langsung kepada setiap narasumber. Pada sesi yang diberi nama “mini workshop” ini, para peserta dibagi menjadi lima kelompok, sementara para narasumber ditempatkan di kelompok-kelompok tersebut. Peserta diberikan waktu 10 menit untuk berdiskusi dengan narasumber yang mendatangi setiap kelompok.
Setelah memperoleh pencerahan dari para narasumber dalam mini workshop tersebut, masing-masing kelompok berdiskusi, lalu mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Sesi presentasi kelompok selesai menandai selesainya workshop ini. Nantikan liputan Green Jobs Workshop di tiga kota berikutnya, yaitu Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.
Baca juga: Koaksi Indonesia Bervakansi bersama Kawula Muda untuk Mendukung Green Jobs