Mengawal semangat amplifikasi dari Indonesia’s Green Jobs Conference (IGJC) 2023, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas didukung kerja sama Pemerintah Indonesia dan Jerman melalui proyek Innovation and Investment for Inclusive Sustainable Economic Development (ISED) fase II telah mempersiapkan beberapa langkah strategis dalam pengembangan green jobs/pekerjaan hijau di Indonesia.
KOAKSI INDONESIA — Bappenas mengundang Koaksi Indonesia selaku organisasi yang membidangi sektor energi terbarukan untuk mengawal kegiatan bertemakan Institutionalizing Green Jobs pada Jumat 24 November 2023 di Hotel Westin, Jakarta. Konferensi hybrid ini dihadiri oleh 100 instansi yang mencakup sektor pemerintah, swasta, dan organisasi.
Diskusi dibuka dengan sambutan dari Mahatmi Parwitasari Saronto, ST, MSIE selaku Direktur Ketenagakerjaan Bappenas, “Agenda konferensi tahun ini bertemakan Institutionalizing Green Jobs yang bertujuan untuk mempromosikan green jobs di berbagai kalangan serta melembagakan inisiatif melalui kerja sama dengan multisektor, mendorong komitmen bersama untuk pembangunan green jobs, serta menunjukkan praktik-praktik baik green jobs dalam memastikan keberlanjutannya,“ ungkap Mahatmi.
Baca juga: Green Jobs: Youth Leaders Program 2023 Tingkatkan Kapasitas Anak Muda dalam Green Economy Recovery
“Bappenas, sebagai pemangku kepentingan kunci yang menjalankan fungsi koordinasi, sinkronisasi, dan integrasi dalam pengembangan sumber daya manusia yang mendukung green jobs membutuhkan dukungan dan peran serta dari berbagai pihak untuk mewujudkan green jobs yang berkualitas, produktif, dan berdaya saing untuk mendorong ekonomi hijau dalam mencapai Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Sebagai perwakilan dari Kedutaan Besar Jerman untuk Indonesia, Thomas Foerch, Cluster Coordinator Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) menyatakan bahwa kerja sama yang dibangun oleh Indonesia dan Jerman sepakat untuk menekan laju emisi guna mewujudkan program Indonesia Emas 2045. Upaya menekan laju emisi diimplementasikan melalui program GIZ bekerja sama dengan ISED yang bertujuan untuk mengaitkan ekonomi dan lingkungan.
Kerja sama vokasional untuk pengembangan kapasitas sumber daya manusia (SDM) unggul yang berbasis pada green jobs menjadi prioritas utama dalam agenda GIZ untuk Indonesia. Dukungan dan keterlibatan organisasi dunia seperti World Bank dan ILO (International Labour Organization) harus dilanjutkan untuk pertumbuhan green jobs di Indonesia. Melalui rancangan GIZ pada program GESIT (Green Jobs for Social Inclusion and Sustainable Transformation), pemahaman sosial dapat terjalin dengan optimal untuk mendorong implementasi green jobs di Indonesia.
Sementara menurut Maliki ST, MSIE, Ph.D selaku Direktur Penanggulangan Kemiskinan dan Pemberdayaan Masyarakat Bappenas, keberlanjutan (sustainable governing) di sektor pemerintahan dan swasta akan berdampak pada komitmen bersama menuju pembangunan green jobs.
“Transformasi menuju ekonomi hijau mendorong pengembangan green jobs dan membuka akses pada ketenagakerjaan baru sebesar 15,3 juta sampai tahun 2045. Pembangunan rendah karbon dan berketahanan iklim menjadi tulang punggung ekonomi hijau telah terintegrasi dalam rancangan akhir RPJP 2025—2045,“ ungkap Maliki.
Berlanjut ke sesi kedua yang merupakan sesi pleno bertema Job Creation and Local Economic Development: Bridging the Great Green Divide. Sesi ini diawali dengan pemaparan daring oleh Lukas Kleine-Rueschkamp, Coordinator Local Labour Market Analysis Unit OECD.
“Negara yang memiliki inovasi tinggi pada lintas bidang dan mengedepankan pembangunan sumber daya manusia melalui pendidikan memiliki potensi lebih besar untuk mengimplementasikan green jobs,” kata Lukas.
Baca juga: Menggagas Kolaborasi dari Berbagai Sisi
“Interkoneksi lima aspek dalam menata kebijakan, yaitu greenskill coalition, local learning system, local development efforts, public employment services, dan labour market intelligence merupakan langkah-langkah penting yang harus melibatkan beberapa pemangku kepentingan untuk mendorong implementasi green jobs secara berkala di Indonesia,” tambahnya.
Senada dengan paparan Lukas, Anastasiya Denisova, Senior Economist The World Bank, memberikan pandangan dan pengalaman skala internasional terkait praktik green jobs di beberapa negara yang berdampak pada kesejahteraan sosial.
”Permasalahan utama pada efektivitas green jobs terutama di negara-negara berkembang adalah kepaduan keterampilan/skill dengan pemberi kerja di sektor ramah lingkungan,” ujar Anastasiya.
Anastasiya menambahkan, match-making antara edukasi, pengalaman, dan deskripsi pekerjaan harus berjalan paralel guna mengoptimalkan hasil kerja.
Pembahasan selanjutnya terkait keterampilan penunjang pekerjaan hijau dipaparkan oleh Hae Kyeung Chun, Technical Officer, Skills and Employability Branch, Employment Policy Department, ILO. Sektor-sektor yang berperan sentral membutuhkan dukungan profesional dalam implementasi isu energi terbarukan. Energi hijau membutuhkan dukungan dari beberapa sektor lintas disiplin yang menggabungkan inisiatif ramah lingkungan dan keberlanjutan.
Agenda dilanjutkan pada sesi talkshow yang menampilkan Leonardo Teguh Sambodo, SP, MS, Ph.D (Staf Ahli Bidang Pembangunan Sektor Unggulan Bappenas); Agung Hermawan (Anggota Gugus Tugas Dewan Keterampilan Energi Terbarukan) DKET; Sabrina Farah Salsabila (Secretary Society of Renewable Energy Women) SRE; Rully Marianti (Pimpinan GIZ), dan Christian Wachsmuth, Commission Manager, Deutsche Gesselschaft fur Internationale Zusammenarbeit (GIZ).
Pada sesi ini, diskusi interaktif terkait target peta jalan, milestone terkait pemanfaatan green jobs untuk mendorong transisi energi mendekatkan hilirisasi pada sumber industri untuk mengadopsi struktur peta jalan yang mendukung implementasi green jobs. Dewan Keterampilan Energi, gugus tugas sebagai instrumen yang mewakili institusi pendidikan, industri, dan swasta bertujuan sebagai focus group discussion untuk menyaring masukan untuk diadopsi ke dalam perumusan task force roadmap green jobs.
Dengan berlangsungnya konferensi ini, pemangku kepentingan dan akademisi diharapkan dapat bersinergi untuk memperluas jangkauan green jobs hingga ke masyarakat. Implementasi dan struktur peta jalan yang luas dan inklusif dapat menjadi solusi ketenagakerjaan di Indonesia. Ke depan, Bappenas akan mengawal sinkronisasi dari peta jalan dan okupasi timeline mendorong implementasi green jobs akan dijalankan untuk membuka kolaborasi antarpihak.
Baca juga: Semangat Kolektif Uni Eropa Rangkul Indonesia untuk Energi Bersih