Artikel dan Opini

With the COP28 to commence this coming November, countries are grappling to face what is now known as a “global boiling” point sitting at the heart of the climate crisis. Indonesia is no exception and pressures to realise their seriousness in combating climate change has been a defining narrative of the Jokowi Presidency. The recent launch of the Carbon Exchange hopes to curb such pressures, whilst showing that Indonesia is able to balance economic growth and climate integrity through carbon change.

Koaksi Indonesia sejak awal mengawal proses RUU EBET menjadi RUU ET dan menyarankan untuk hanya berfokus pada energi terbarukan sehingga substansi di luar energi terbarukan tidak dimasukkan ke Undang-Undang.

Pro dan kontra terkait Rancangan Undang-Undang ini terus bergulir. Untuk mengetahui perkembangan Rancangan Undang-Undang Energi Terbarukan (RUU ET), kita dapat menyaksikan acara yang diselenggarakan oleh Koalisi Masyarakat Sipil untuk Energi Bersih ini. Koalisi yang pembentukannya didorong oleh Koaksi Indonesia.

Indonesia memiliki target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) pada bauran energi primer di tahun 2025 sebesar 23%. Sementara itu, hingga tahun ini target itu baru mencapai 12,3% dan tahun 2024 diadakan pemilu yang bisa menguras perhatian.

Back in 2021, a survey found that 82% of Indonesian voters were aware of climate change and its severity. Fast forward to 2023, concerns for the environment in Indonesia have evolved from awareness to activism. As Indonesia’s 2024 general elections looms closer, green voters are poised to capture political momentum and develop a substantive platform that secures a greener future.

Desa Air Tenam merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Ulu Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Energi terbarukan air yang bersumber dari aliran sungai telah dimanfaatkan warga desa menjadi PLTMH. Dengan listrik, potensi wisata dan ekonomi pun bangkit.