Saat ini Indonesia masih belum bisa lepas dari sumber energi fosil seperti batu bara dan minyak bumi. Padahal banyak dampak buruk yang diakibatkan dari pemakaian energi fosil. Pemakaian energi fosil dapat merusak lingkungan seperti polusi udara, pemanasan global, efek gas rumah kaca, hujan asam. Selain itu, dampaknya dapat merusak kesehatan juga, misalnya mempengaruhi kesehatan paru-paru karena udara yang buruk.
Eksploitasi terhadap energi fosil mengakibatkan ketidakseimbangan lingkungan. Lama-lama cadangan energi bisa habis. Menurut Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), umur cadangan minyak bumi akan habis dalam 9,5 tahun, dan minyak bumi akan habis 19,9 tahun. Cadangan minyak bumi kita ada kurang lebih 4,17 miliar barel, data yang proven 2,44 miliar barel. Sementara itu, cadangan gas bumi mencapai 62,4 triliun kaki kubik dengan cadangan terbukti 43,6 triliun kaki kubik. Jika tidak segera menemukan energi baru atau memanfaatkan energi baru dan terbarukan (EBT) secara maksimal, maka hidup anak cucu kita nanti tidak akan makmur. Tidak ada listrik, kesulitan bahan bakar kendaraan, maupun kesulitan bahan bakar untuk memasak.
Sudah saatnya kita beralih ke gaya hidup ramah lingkungan termasuk pemakaian energi yang rendah emisi demi dunia yang lebih bersih. Jika dalam bayangan kita berkecimpung di dunia energi terbarukan itu bukan kita banget, setidaknya kita bisa dukung energi terbarukan mulai dari lingkup terkecil.
4 Cara Mendukung Energi Terbarukan
Mengumpulkan informasi mengenai energi terbarukan dan membagikannya ke media sosial
Jika kita masih minim pengetahuan tentang alternatif energi yang disebut energi baru dan terbarukan (EBT), kita bisa mencari informasi tentang itu di internet. Energi baru dan terbarukan adalah energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, ada terus-menerus tidak bisa habis. Macam-macam EBT misalnya energi yang bersumber dari matahari, angin, gelombang laut, dan panas bumi. Jika kita peduli masa depan anak cucu kita nanti agar tidak kehabisan energi, dukung EBT ini mulai dari sekarang dengan membagikannya di media sosial. Keviralan akan menumbuhkan rasa peduli. Kita akan mempengaruhi orang agar lebih hemat energi dan mencintai energi alternatif.
Menghemat energi yang dihasilkan dari energi fosil
Penggunaan bensin, listrik, bahan bakar untuk memasak adalah contoh hal yang memakai energi fosil. Bensin berasal dari minyak bumi, untuk menghasilkan listrik diperlukan batubara, memasak juga perlu gas bumi. Pemakaian energi dari fosil bisa menimbulkan emisi gas buang. Emisi ini adalah sisa hasil pembakaran mesin yang tidak sempurna. Dampaknya timbul efek gas rumah kaca dan pemanasan global. Oleh karena itu, lakukanlah penghematan energi untuk mengurangi emisi.
Gunakan energi terbarukan
Untuk mendukung energi terbarukan, selain mengampanyekan di media sosial tentang EBT, kita juga bisa memulainya dengan memakainya sendiri. Jika ada dana yang mencukupi, kita bisa memasang panel surya di rumah untuk alternatif pengganti energi listrik dari PLN. Gunakan tranportasi publik untuk menghemat bahan bakar kendaraan pribadi. Syukur-syukur jika alat transportasi itu menggunakan bahan bakar yang ramah lingkungan seperti biosolar, bioenergi, biogas.
Melibatkan diri dalam Green Jobs
Green jobs adalah pekerjaan yang berkaitan dengan agenda pembangunan berkelanjutan dan rendah emisi. Green Jobs mulai dilirik negara-negara maju saat ini. Ini adalah pekerjaan kekinian yang potensial dan penting untuk masa depan.
Green Jobs Memakmurkan Masa Depan
Organisasi PBB International Labour Organization (ILO) menamakan Green Jobs sebagai pekerjaan yang terkait dengan pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Green jobs adalah pekerjaan yang layak untuk berkontribusi dalam melestarikan atau memulihkan lingkungan, baik itu di sektor tradisional seperti manufaktur dan konstruksi, atau di sektor hijau yang baru muncul seperti energi terbarukan dan efisiensi energi.
Green jobs yang dimulai dari sekarang dapat memakmurkan masa depan, membuat anak cucu kita dapat melangsungkan kehidupannya dengan nyaman. Hal ini karena green jobs dapat membantu melindungi dan memulihkan ekosistem, membatasi emisi gas rumah kaca, meningkatkan efisiensi energi dan bahan mentah, meminimalisasi limbah dan polusi, dan mendukung adaptasi terhadap efek perubahan iklim.
Mungkin kamu bertanya, mengapa green jobs disebut sebagai peluang kerja kekinian? Tentu saja karena ini yang sedang digiatkan oleh negara-negara di dunia, khususnya G20. Sebagaimana yang telah kita alami, tahun 2020 dunia dilanda pandemi covid-19. Efeknya tidak hanya dirasakan di negara kita tapi juga di seluruh dunia. Perekonomian dan energi berjatuhan bak domino. Negara-negara G20 memulihkan ekonominya ke arah yang lebih hijau. Mereka meningkatkan pendanaan untuk energi bersih dan memperkuat mekanisme keuangan untuk obligasi hijau demi infrastruktur berkelanjutan. Sementara kebijakan pemerintah Indonesia masih berfokus pada pemberian stimulus kepada UMKM, pelatihan kerja, subsidi listrik PLN, subsidi BBM. Kesemuanya itu malah mendorong peningkatan emisi gas rumah kaca.
Dalam setiap pembangunan, pasti ada peluang kerja. Pada Juli 2020, Korea Selatan memunculkan kesepakatan hijau baru yang merupakan strategi untuk menciptakan 659.000 pekerjaan dan membantu mengatasi krisis ekonomi sementara menangani iklim dan lingkungan. Mereka akan menghabiskan USD 61 miliar dalam lima tahun (2020-25) untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan dari yang asalanya 12,7 GW di 2019 menjadi 42,7 GW pada tahun 2025 serta menambah armada hijau menjadi 1,33 juta kendaraan bertenaga listrik dan hidrogen. Inggris menargetkan nol emisi gas rumah kaca pada 2050. Oleh karena itu, mereka menyediakan lebih dari £ 2 miliar untuk mendukung pemilik rumah dan tuan tanah agar membuat rumah yang lebih hemat energi 2020-21. Pendanaan ini bisa mendukung lebih dari 100.000 pekerjaan ramah lingkungan. Hal yang sama terjadi di Jerman. Pemerintah Jerman akan membelanjakan EUR 130 miliar untuk merangsang pemulihan hijau dan mendorong ekonomi rendah karbon. Pada 2023, rencana pemulihan ekonomi hijau ini akan menghasilkan 626.000 pekerjaan dalam perekonomian Jerman.
Seharusnya Indonesia juga melakukan hal yang serupa agar bisa bertransformasi energi terbarukan dalam mendorong ekonomi setelah efek pandemi. Seandainya pemerintah mengalihkan 5% saja program pendanaan/subsidi tadi ke proyek-proyek hijau seperti restorasi gambut, pertanian berkelanjutan, maka diperkirakan akan tercipta 7 juta lapangan pekerjaan.
Yuk, optimis Indonesia bisa menciptakan green jobs lebih banyak lagi untuk kehidupan yang ramah lingkungan! Terlebih lagi Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia, berpendapat bahwa penerapan pemulihan hijau akan menjadi pendorong bagi transformasi ekonomi dunia. Indonesia telah, dan akan terus, berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon, untuk mencapai bangsa yang tangguh iklim.
“Kita berharap Indonesia bisa pulih. Jadi, kita arahkan beberapa pemulihan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja dan sekaligus mengatasi masalah lingkungan.”– Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI
Hal yang serupa juga dilontarkan oleh Dr. Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup BAPPENAS. Beliau mengatakan bahwa pandemi covid memang mengurangi emisi di tahun 2020 menjadi 29,5%, tetapi ekonomi juga melambat. Pemulihan ekonomi biasanya akan berdampak meningkatnya emisi lagi. Sementara itu, dalam artikel 3.4 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dijelaskan bahwa kebijakan melindungi iklim harus diintegrasikan ke dalam program pembangunan nasional. Oleh karena itu, Indonesia menyiapkan pembangunan rendah karbon yang sudah dimasukkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Pembangunan Indonesia Rendah Karbon terdapat dalam prioritas nasional nomor 6. Targetnya membangun lingkungan hidup, meningkatkan ketahanan bencana, dan perubahan iklim. Dalam poin tersebut ada lima kegiatan prioritas untuk mewujudkan pembangunan rendah karbon. Di antaranya adalah pembangunan energi berkelanjutan, pemulihan lahan berkelanjutan, penanganan limbah, dan rendah karbon pesisir laut.
“Pembangunan Indonesia Rendah Karbon melalui ekonomi sirkular diprediksi akan menciptakan 4,4 juta green jobs dan berkontribusi meningkatkan investasi hingga Rp. 598 triliun pada nilai ekonomi Indonesia di 2030.”– Dr. Medrilzam, Direktur Lingkungan Hidup Bappenas.
Contoh-Contoh Green Jobs
Baik, sampai di sini mungkin kamu mulai paham betapa pentingnya green jobs dan jutaan peluang di dalamnya. Lalu contohnya apa? Apakah sesempit menjadi teknisi di bidang energi terbarukan? Ternyata tidak. Contoh–contoh green jobs misalnya di bidang:
Energi Terbarukan
Contohnya teknisi panel surya, teknisi di perusahaan pembangkit listrik EBT, menjadi bagian dari pekerja di EBT baik administratif maupun non-administratif.
Efisiensi energi
Banyak pekerjaan yang berkaitan dengan efisiensi energi baik langsung maupun tidak langsung. Misalnya perusahaan yang mengarah untuk penghematan energi, atau pekerjaan dengan passion hemat energi di dalamnya seperti ecofashion preneur, ecopreneur, dll.
Pertanian dan kehutanan
Contohnya adalah melakukan pertanian yang berkelanjutan dan yang berkaitan dengan alat bantunya (mesin, aplikasi, bahan-bahan, bibit, pupuk organik, dll), pekerjaan yang tetap menjaga kelestarian hutan, urban farmer, organics foodpreneur, ecopreneur.
Transportasi rendah karbon
Contohnya teknisi mobil listrik, supir kendaraan umum yang ramah lingkungan, bekerja di perusahaan angkutan umum rendah karbon seperti taksi listrik, kereta listrik, bus listrik, bus berbahan bakar gas.
Konstruksi hijau
Konstruksi hijau adalah bangunan yang mengarah pada struktur dan pemakaian proses yang bertanggung jawab terhadap lingkungan dan hemat sumber daya sepanjang siklus hidup bangunan tersebut, mulai dari pemilihan tempat sampai desain, konstruksi, operasi, perawatan, renovasi, dan peruntuhan. Contoh green jobs di bidang ini adalah eco design architect, mandor dan pekerjanya.
Pengelolaan limbah
Contohnya adalah mendirikan perusahaan waste management atau bekerja di dalamnya.
Potensi Green Jobs di Indonesia
Sekarang bagaimana potensi green jobs di Indonesia? Mari kita mengenal lebih lanjut. Saya akan ambil contoh tentang bidang energi baru dan terbarukan (EBT). EBT di Indonesia baru dijalankan 2,5%nya dari total kapasitas pembangunan saat ini. Potensi penciptaan green jobs di bidang EBT tentu sangat besar ke depannya. Namun, potensi green jobs tidak sesempit di EBT saja. Green jobs dapat meliputi di organisasi besar hingga organisasi terkecil seperti keluarga. Selain kita bisa melibatkan diri di investasi besar seperti proyek EBT, kita juga bisa melakukan aksi terkecil mulai dari rumah.
Green Jobs di Bidang Energi Baru dan Terbarukan
Energi Baru dan Terbarukan di Indonesia sangat banyak. Kita berada di wilayah garis khatulistiwa di mana pancaran sinar matahari melimpah. Provinsi-provinsi tertentu memiliki energi angin yang banyak sehingga tak heran Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Indonesia adalah yang terbesar di Asia Tenggara. Selain itu, Indonesia sebagai negara cincin api terbesar di Pasifik pasti memiliki sumber panas bumi. Ada 342 titik potensi panas bumi tersebar di Indonesia. Setidaknya sampai saat ini telah didata total potensi EBT di Indonesia sebesar 443.208 megawatt dari energi laut, surya, angin, air, panas bumi, mini & mikro hydro, dan bioenergi. Sayangnya, EBT baru terpasang 2,5% dari total kapasitas potensi EBT. Di tahun 2025 pemerintah menargetkan instalasi pembangkit listrik dari EBT akan rampung 23%.
Karena potensi EBT besar di Indonesia, maka peluang green jobs di bidang EBT juga besar. Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pada 2020 kapasitas EBT 15.395 MW menyerap 28.316 tenaga kerja. Penyerapan tenaga kerja green jobs ini akan terus meningkat. Hingga pada 2040 diperkirakan kapasitas EBT yang akan dibangun adalah 118.649 MW dan akan menciptakan 770.555 green jobs, 50 kali lebih besar dari estimasi di 2020.
Pasti kamu berpikir, “Ah EBT ini bukan keahlianku. Aku bukan lulusan teknik. Tidak mungkin aku mendapatkan peluang green jobs di sini.”
Sebagaimana suatu sistem perusahaan pada umumnya, pasti yang bekerja di dalamnya tidak hanya teknisi. Misalnya pabrik makanan. Bukan hanya buruh pangan atau sarjana pangan yang bekerja di sana. Tapi juga ada satpam, manajer, administrasi, dll. Begitu juga di EBT ini. Ada pekerjaan langsung yang berhubungan dengan EBT, ada yang tidak langsung, dan ada pula pekerjaan yang timbul karena kegiatan EBT. Pekerjan yang lagsung berhubungan dengan EBT adalah yang terlibat dalam proses manufaktur, konstruksi, pengoperasian, dan perawatan. Pekerjaan yang tidak langsung berhubungan dengan EBT adalah kegiatan yang mendukung barang-barang dan pelayanan seperti hukum, arsitek, geologist, servis peralatan, bisnis manajemen, satpam, dll. Sedangkan pekerjaan yang timbul karena kegiatan EBT contohnya adalah yang melayani para pekerja, subkontraktor dan lainnya yang terhitung dalam pekerjaan EBT langsung maupun tidak langsung. Jadi, green jobs di EBT itu tidak hanya keteknikan atau insinyur.
Ngomong-ngomong, jika pekerjaan di bidang EBT dan pekerjaan di bidang migas dibandingkan, EBT memiliki keseimbangan gender yang lebih baik. Pekerjaan migas didominasi oleh laki-laki, wanita hanya mendapat porsi 22%. Hal ini berbeda dengan EBT. Di EBT, umumnya pekerjaan non-administratif dipegang wanita sebesar 28-35%. Di mana 28% wanita memegang pekerjaan di bidang STEM (science, technology, engineering, and math), sedangkan 35%-nya berkarir di bidang non-STEM. Jadi rata-ratanya, pekerjaan non administratif yang diisi oleh wanita di EBT sebesar 32%. Adapun pekerjaan administratif yang dipegang oleh wanita adalah sebesar 45%.
Mandiri Energi di Lingkungan Masyarakat
Kelompok masyarakat bisa mandiri pangan dan energi. Hal ini sudah ada contohnya di beberapa daerah di Indonesia. Misalnya masyarakat Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi mampu berdaulat pangan karena mereka hidup dari bertani. Mereka bercocok tanam secara organik, hasil panen disimpan di lumbung padi (leuit) yang berjejer rapi di wilayah desa, dan dari kegiatan seperti ini bisa dibilang mereka punya cadangan makanan yang cukup hingga 95 tahun lagi.
Kasepuhan Ciptagelar sangat menjunjung tinggi adat leluhur. Hal itu diwujudkan dalam tradisi penanaman padi yang tiap siklusnya terdiri dari 5 kegiatan adat. Pertama dimulai dari ‘NGASEUK’. Ngaseuk adalah proses penanaman padi yang ditandai dengan penanaman padi pertama kali oleh Sepuh Abah dan Emak (sebutan ketua adat di sana). Kemudian dilanjutkan dengan ‘MIPIT’, yaitu memetik hasil panen. Hasil panen pertama kemudian dicicipi bersama-sama layaknya selamatan yang disebut ‘NGANYARAN’. Setelah itu dilakukan ‘PONGGOKAN’ yang berarti merekap hasil panen, jumlah leuit, jumlah warga, dll. Kegiatan penanaman padi ini kemudian diakhiri dengan perayaan hasil panen ‘SERENTAUN’. Pesta panen tersebut biasanya berupa pertunjukan seni dan arak-arakan.
Menariknya, masyarakat Ciptagelar membangun pembangkit listrik sendiri yang bersumber dari tenaga air dan matahari. Konsep yang sama juga dilakukan di Blora, Jawa Tengah. Nurhanif dari Desa Kedungringin yang bukan merupakan insinyur bisa berinovasi membangun kincir angin. Hanya bermodal belajar otodidak dari internet, ia membangun pembangkit listrik tenaga angin untuk desanya. Inovasi skala terbatas juga terjadi di Kedungrong, Kulonprogo, Yogyakarta. Warga di sana memanfaatkan microhydro dari aliran Kali Progo untuk membangkitkan listrik. Jadi, jika ada kemauan dan gotong royong dalam suatu kelompok masyarakat, pasti kita akan bisa mandiri energi dan dapat melakukan green jobs secara mandiri.
Pemanfaatan Biogas di Pesantren
Pesantren-pesantren di Pasuruan mulai memberdayakan energi dari biogas untuk memasak. Mereka sudah bisa lepas dari ketergantungan pada gas elpiji. Pondok Pesantren Al Faqihiyah yang berada di Dusun Grogolan, Desa Sumberglagah, Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, misalnya. Pesantren ini memiliki 20 ekor sapi yang menghasilkan kotoran sapi 500-750 kg kotoran sapi. Ada lagi, Pondok Pesantren Asrama Pendidikan Islam (Ponpes API) Tegalrejo, Magelang memanfaatkan konsep serupa. Bedanya biogas yang dihasilkan adalah dari tinja 15.000 santrinya. Lebih dari 50 unit WC disambungkan ke digester berukuran 360 x 85 meter sehingga bisa menghasilkan gas 450 tabung elpiji 3 kg per bulan. Dengan demikian, pondok pesantren tersebut dapat berhemat sekitar Rp. 9 juta per bulan.
Lembaga pendidikan lain atau bahkan skala rumah tangga sebenarnya bisa mengadaptasi produksi biogas sendiri. Dari 2 ekor sapi saja sudah bisa mencukupi kebutuhan memasak skala rumah tangga. Seandainya beberapa organisasi memproduksi biogas sendiri, ini sudah menciptakan green jobs untuk mengurusi produksi dan instalasi biogasnya.
Start Up Energi Menciptakan Green Jobs
Di Indonesia sudah ada beberapa start up yang memulai di bidang energi terbarukan. Dengan adanya start up yang bermunculan, peluang kerja green jobs akan terbuka. Kamu juga bisa memulai start up energimu sendiri atau bergabung bekerja di dalamnya. Mari kita tilik beberapa contoh mereka yang sudah mulai. Fano Alfian dengan Ailesh Power-nya adalah start up di bidang waste to energy solution. Hal yang dilakukan Ailesh Power adalah memproduksi upgraded biogas, memanfaatkan emisi karbon dengan solusi power-to-liquid, layanan perbaikan lingkungan, dan digitalisasi layanan pengelolaan limbah.
Ada juga Kristamayu yang memulai perusahaan bernama Sylendra Power. Dia fokus pada pembuatan panel surya dan energy harvester untuk sistem yang menyimpan energi. Energy harvester ini berbentuk baterai yang dilengkapi dengan system IoT (internet of things). Alatnya sudah pernah digunakan pemerintah Yogyakarta untuk energi penerangan dan beberapa peralatan di posko darurat Covid-19.
Contoh lain adalah Dally Chaerul Shaffar yang mencetus BIOPS Agrotekno. Perusahaannya menciptakan Encomotion yang merupakan teknologi IoT juga untuk mengirigasi sawah secara tepat dan otomatis dengan basis data algoritma dari sensor agro-climate. Dampaknya, penggunaan air akan lebih efisien dan hemat energi. Hasil karyanya ini sudah digunakan di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Timur.
Wirausaha Berbasis Ramah Lingkungan
Jika kamu lebih senang berbisnis, misalnya dengan skala UMKM atau bisnis online, kamu tetap bisa kok menciptakan dan menerapkan green jobs di dalam kewirausahaanmu. Kamu bisa menerapkan green jobs pada:
Standar Operasional Prosedur
Kamu bisa menerapkan langkah-langkah kegiatan standar operasional prosedur (SOP) yang ramah lingkungan dalam bisnismu. Misalnya melakukan penghematan energi dengan berhemat air dan listrik, pengelolaan limbah yang ramah lingkungan, memisahkan sampah organik dengan non-organik, memakai listrik dari panel surya, dan lain sebagainya. Sosialisasikan SOP itu kepada para karyawanmu juga, ya!
Produk
Buatlah produk yang ramah lingkungan. Jika kamu bergerak di bidang kuliner, makanan, dan minuman, kamu bisa ciptakan panganan yang organik dan sehat. Jika kamu bergerak di bidang fashion, kamu bisa buat produk fashion yang zero waste atau baju yang tanpa menyisakan sisa potongan kain, menggunakan pewarna alami, bahkan berbahan alami bebas plastik yang mudah terurai seperti tencel dengan serat pakaian selulosa, rayon viskosa, katun, rami, dll.
Kemasan
Gunakan kemasan yang lebih rendah plastik, syukur-syukur kalau bisa tanpa plastik. Kemasan yang dapat didaur ulang itu lebih ramah lingkungan. Jika hendak mengemas paket untuk dikirim via ekspedisi, kamu bisa gunakan pembungkus kertas atau karton.
Green Jobs dengan Passion dan Pekerjaan Saat Ini
Green jobs sangat bisa berhubungan dengan passion maupun pekerjaan yang kita kerjakan saat ini. Jika kita punya passion menulis, youtuber, atau content creator lainnya, maka sebarkanlah informasi tentang efisiensi energi, energi terbarukan, dan kegiatan ramah lingkungan lainnya. Yang berprofesi sebagai guru bisa ceritakan dan mendidik muridnya agar sadar lingkungan bersih dan ramah lingkungan. Buruh pabrik, cleaning service, ASN, pegawai swasta atau apapun juga bisa memengaruhi lingkungan sekitarnya untuk hidup hemat energi dan ramah lingkungan. Intinya pekerjaan apapun awali dengan perilaku sehat dan peduli lingkungan mulai dai diri sendiri, lalu tularkan kebiasaan baik itu ke orang lain.
Keluarga Hijau
Selain perilaku go green dalam pekerjaan, terapkan juga dalam keluarga. Itulah green jobs untuk diri sendiri. Biasakan mulai dari sekarang, ajarkan pada anak-anak. Jika ada asiten rumah tangga, jelaskan perilaku yang ramah lingkungan itu bagaimana. Dengan demikian kita bisa ciptakan green jobs dalam keluarga dengan memberi pekerjaan pada asisten rumah tangga.
Banyak kegiatan dalam keluarga yang ramah lingkungan. Misalnya menghemat air, mandi menggunakan air dari shower daripada bath tub atau bak mandi, mematikan lampu dan peralatan lain yang tidak dipakai, menggunakan peralatan elektronik yang ramah lingkungan (non-CFC, hemat energi), memilih popok kain daripada yang sekali pakai, menggunakan kembali kresek plastik, meminimalisir penggunaan plastik terutama saat membeli barang, dll. Bahkan hal sepele seperti menghabiskan makanan itu termasuk kegiatan ramah lingkungan. Hal ini karena sisa-sisa makanan bisa menimbulkan gas metana yang termasuk gas rumah kaca penyebab global warming. Dengan membuang makanan yang tidak habis juga berarti tidak hemat air dan buang-buang bahan bakar.
Menariknya jika kita bisa mandiri energi dalam keluarga, kita akan lebih hemat. Contohnya dengan menggunakan listrik dari panel surya. Pemasangan di awal memang mahal. Tetapi kita tidak perlu bayar listrik sampai 25-30 tahun mendatang. Selain itu, kita juga bisa menjual listrik ke PLN. Bukannya bayar listrik, malah bisa dapat uang dari PLN. Asyik, kan?
Pasti masih banyak ide lain yang ramah lingkungan. Jika segala yang kita kerjakan berkaitan dengan green jobs, maka ini tidak hanya memakmurkan diri dengan kemampuan finansial karena peluang kekinian saja, tetapi juga akan memakmurkan bangsa di masa depan. Kita akan menjadi bangsa yang tangguh iklim karena bencana alam yang disebabkan ulah manusia akan berkurang, anak cucu kita masih bisa melangsungkan hidupnya dengan makmur, dan tidak kehabisan energi. Perjalanan memang masih sangat panjang untuk mencapai Indonesia 100% energi bersih. Tapi kita harus optimis. Kita mampu dan harus membangun kembali dengan lebih baik masa depan bangsa Indonesia melalui jalur pembangunan rendah karbon. Setidaknya kita sudah berkontribusi dengan melibatkan diri dalam green jobs.
Bagaimana pilihanmu? Green jobs mana yang akan kamu geluti? Share di kolom komentar, ya!
Penulis: Li Partic.
Penulis merupakan juara ke-4 dalam Lomba Penulisan Blog yang diadakan oleh Koaksi Indonesia. Tulisan ini telah diterbitkan dalam blog penulis dan dapat dilihat di https://lipartic.com/green-jobs-peluang-kekinian-demi-sekepal-asa-kemakmuran-masa-depan/
Referensi:
- Pemaparan Siti Koiromah, Periset Coaction Indonesia, dalam Selasa Sharing komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) dengan Coaction Indonesia: Memahami Green Jobs & Peluangnya di Indonesia, 9 Februari 2021.
- https://biz.kompas.com/read/2020/12/17/121132128/rencana-pembangunan-rendah-karbon-pascapandemi-demi-indonesia-yang-lebih-hijau
- https://ciptagelar.info/
- https://coaction.id/start-up-energi-terbarukan-pintu-green-jobs-anak-muda/
- https://www.mongabay.co.id/2020/03/01/pondok-pesantren-di-magelang-ini-berhemat-jutaan-rupiah-dari-pemanfaatan-biogas/o.id
- https://www.wartabromo.com/2020/08/30/mengunjungi-pesantren-mandiri-energi-di-pasuruan/
- Zandonella, C. 2010. Green Guide Families. New Yotk: National Geographic Society.
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog Energi Muda menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mereduksi bahasa dan penulisan sesuai kaidah KBBI, logika dan kata di dalam tulisan yang masuk ke redaksi. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.