Acara “Baku Dukung untuk Bumi” yaitu menanam mangrove bersama di Desa Tanah Merah menjadi penutup rangkaian acara Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2023.
KOAKSI INDONESIA — Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia dikenal memiliki ekosistem mangrove terluas di dunia, mencapai sekitar 20% atau 3,49 juta hektar dari total luas ekosistem mangrove di seluruh dunia. Ekosistem mangrove yang luas ini memberikan sejumlah keuntungan bagi Indonesia karena mangrove sangat berjasa bagi lingkungan.
Salah satunya, peran mangrove untuk mencegah abrasi dan menahan gelombang tinggi karena tajuknya yang tumbuh rapat dan sistem perakarannya yang kuat. Selain itu, dalam konteks perubahan iklim, mangrove mampu menyimpan karbon dalam jumlah 3–5 kali lebih besar dibandingkan dengan jenis hutan lainnya.
Baca juga: Menyuarakan Aksi Perubahan Iklim pada Festival Forum KTI IX 2023
Peran Ekosistem Mangrove di Desa Tanah Merah
Peran mangrove terhadap kelestarian lingkungan telah terbukti dirasakan manfaatnya oleh warga di Desa Tanah Merah, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pesisir Desa Tanah Merah pernah mengalami abrasi karena aktivitas penambangan pasir pada 1987–2004. Aktivitas penambangan tersebut membuat ekosistem mangrove lenyap dan pantai rusak. Akibatnya, ketika air pasang maka air laut menerjang daratan.
Melalui inisiasi Keluarga Messakh, yang dipelopori oleh Juliman Messakh, menghijaukan kembali pesisir Desa Tanah Merah dengan mangrove. Sejak 2005, Juliman bersama istri, anak, dan menantunya mengumpulkan bibit mangrove dengan menyusuri pesisir Teluk Kupang.
Dengan jarak hampir 10 kilometer dari lokasi tersebut ke Desa Tanah Merah, mereka kembali ke rumah, lalu menanam bibit mangrove yang sudah dikumpulkan dari wilayah pesisir. Mereka juga membuat pagar agar bibit mangrove tersebut tidak diganggu ternak.
Hasil merawat mangrove tersebut baru dirasakan pada 2008, ditandai dengan mangrove yang tumbuh semakin rimbun dan hewan-hewan laut, seperti kerang, kepiting, dan udang semakin mudah ditemukan di pesisir.
Setelah Juliman wafat pada 2018, upaya memelihara mangrove ini dilanjutkan oleh anaknya, Joni Messakh. Konsistensi Keluarga Messakh selama hampir 20 tahun telah membuahkan hasil yang luar biasa. Saat ini terdapat 145 hektar mangrove yang tersebar di sepanjang pesisir Desa Tanah Merah hingga Desa Noelbaki, dan diperkirakan terdapat sekitar 13 jenis mangrove di wilayah tersebut.
Mangrove seluas itu telah memberikan manfaat besar, tidak hanya untuk Keluarga Messakh namun juga warga Desa Tanah Merah dan Desa Noelbaki. Misalnya, bencana Badai Seroja pada April 2021 telah menimbulkan kerugian signifikan bagi masyarakat Provinsi NTT, seperti kerusakan perahu, rumah, dan fasilitas umum. Namun, berkat mangrove, di Desa Tanah Merah hanya dua rumah rusak dan semua perahu milik warga desa tidak mengalami kerusakan. Ekosistem mangrove ini telah melindungi sekitar 1.240 warga desa dari ancaman gelombang tinggi akibat Badai Seroja.
Selain itu, hanya dengan lahan seluas lima hektar, mereka dapat menyiapkan 50.000 bibit mangrove, yang dapat ditanam kembali di lokasi lain sehingga ekosistem mangrove dapat semakin luas.
Menanam Mangrove Bersama
Sebagai rangkaian acara penutup, Pesta Raya Flobamoratas 2023 dilanjutkan dengan menanam mangrove di Desa Tanah Merah. Kegiatan ini sebagai bentuk kontribusi Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2023 dalam melestarikan lingkungan. Acara yang diberi nama “Baku Dukung untuk Bumi” tersebut dilaksanakan pada 6 November 2023 setelah kegiatan utama pada 3 dan 4 November 2023.
Acara ini dipandu oleh Agnes Dau, atau biasa disapa Agnes, sebagai MC dan dihadiri lebih dari 50 orang, termasuk panitia Pesta Raya Flobamoratas, warga Desa Tanah Merah, dan masyarakat umum.
Kemudian, Muhammad Ridwan Arif, Ketua Umum Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2023, membuka resmi acara yang dilaksanakan di pekarangan rumah Joni Messakh.
Dalam sambutannya, Ridwan menekankan bahwa Pesta Raya Flobamoratas merupakan sebuah wadah menyebarkan pesan solusi dan aksi iklim berbasis budaya lokal yang diwujudkan melalui karya seni dan melibatkan beragam elemen masyarakat, termasuk kaum muda dan local champion di Provinsi NTT.
“Isu utama dalam PRF 2023 adalah adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Melalui PRF, kami berharap isu iklim dapat lebih dekat dengan masyarakat umum. Oleh karena itu, kampanye iklim ini dibungkus dalam event yang lebih umum. Salah satunya melalui kegiatan menanam mangrove hari ini, yang dapat mempertemukan kelompok warga desa yang telah menanam mangrove dengan masyarakat umum,” jelas Ridwan.
Baca juga: Mungkinkah Transisi Energi Menjadi Budaya Populer?
Sementara itu, Arti dalam sambutannya sebagai perwakilan Humanis dan Inovasi Sosial (Hivos), menyampaikan bahwa sejak 2021, Hivos Indonesia telah membangun aliansi Voices for Just Climate Action (VCA) yang berperan untuk memperluas diskursus aksi iklim solutif di tingkat lokal dan nasional, salah satunya melalui pelaksanaan Pesta Raya Flobamoratas.
”Melalui Pesta Raya Flobamoratas, kami mencoba berbagai pendekatan melalui media seni, budaya, dan musik untuk mendekatkan isu perubahan iklim ke masyarakat, mengamplifikasi solusi iklim yang sesuai dengan konteks lokal, dan menggalang dukungan berbagai pihak untuk solusi iklim yang berkeadilan,” jelas Arti.
Salah satu aksi iklim di tingkat lokal yang telah dilakukan adalah menanam dan merawat mangrove oleh Joni Messakh bersama Kelompok Masyarakat Pengawas Mangrove Desa Tanah Merah, bernama “Dalek Esa” sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.
Acara dilanjutkan dengan sambutan dari Joni Messakh sebagai perwakilan warga Desa Tanah Merah dan Lasarus Dillak sebagai Kepala Desa Tanah Merah.
Setelah itu, sertifikat penghargaan diberikan oleh panitia Pesta Raya Flobamoratas, yang diwakili oleh Ridwan sebagai ketua umum, kepada Kelompok Masyarakat Pengawas Mangrove Desa Tanah Merah.
Pemberian sertifikat penghargaan ini sebagai bentuk apresiasi dan pengakuan atas kontribusi positif mereka dalam pelestarian ekosistem mangrove. Sertifikat ini diharapkan dapat mendorong dan memotivasi warga desa untuk terus aktif menjaga mangrove yang memiliki manfaat penting bagi lingkungan dan masyarakat.
Kemudian, peserta bergegas ke lokasi penanaman mangrove, yang tidak jauh dari lokasi pembukaan acara, berjarak hanya sekitar 500 meter. Setelah sampai, semua peserta tampak antusias menanam mangrove. Tidak hanya Panitia Pesta Raya Flobamoratas, warga desa ikut menanam mangrove, dari anak-anak, orang muda, hingga lansia. Total 300 bibit mangrove ditanam di lokasi ini.
Acara ditutup dengan pembacaan doa yang dipimpin oleh Kepala Desa Tanah Merah, Lasarus Dillak, dilanjutkan makan bersama dengan santapan yang telah dimasak oleh warga desa.
Peran Koaksi Indonesia
Koaksi Indonesia sebagai salah satu organisasi yang tergabung dalam aliansi VCA berperan aktif menyukseskan Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2023 melalui peran Manajer Riset dan Pengelolaan Pengetahuan, yaitu Muhammad Ridwan Arif sebagai ketua umum.
Pada acara “Baku Dukung untuk Bumi” ini, Ridwan bertanggung jawab untuk memastikan acara penanaman mangrove ini berjalan dengan lancar, termasuk pembuatan konsep hingga koordinasi dengan semua pihak. Proses ini dibantu oleh Yayasan Pikul yang menjadi narahubung antara panitia Pesta Raya Flobamoratas Tahun 2023 dengan warga Desa Tanah Merah, khususnya kelompok pengelola mangrove di sana. Desa Tanah Merah merupakan salah satu desa yang mendapatkan dukungan atau bantuan dari Yayasan Pikul dalam program VCA.
Sebagai perwujudan pesan kunci aksi iklim, Ridwan sebagai ketua umum, menekankan bahwa aktivitas penanaman mangrove di Desa Tanah Merah bukan sekadar acara formalitas sebagai rangkaian acara Pesta Raya Flobamoratas, namun langkah awal untuk terus menjaga kelestarian lingkungan dan mitigasi perubahan iklim.
“Kami berharap agar penanaman mangrove hari ini tidak hanya sebagai acara seremonial, tetapi juga upaya keberlanjutan bagi kita semua untuk merawat mangrove dalam waktu yang lama. Bibit bakau yang sudah ditanam perlu dirawat terus-menerus agar dapat membantu kelestarian lingkungan dan mengatasi perubahan iklim,” tegas Ridwan.
Baca juga: Perspektif Profesi Hijau Pejabat Pemerintahan melalui Bingkai Politik Hijau Kelembagaan