Transisi energi mengacu pada peralihan produksi dan konsumsi energi berbasis fosil ke energi terbarukan. Melakukan transisi energi berarti turut serta mencegah krisis iklim bertambah parah sekaligus menjaga kelestarian lingkungan demi kehidupan berkelanjutan.
KOAKSI INDONESIA—Saat ini, situasi global berada pada ancaman krisis iklim. Menurut US EPA (Environmental Protection Agency), sejak tahun 1970, emisi CO2 telah meningkat sekitar 90%, dengan emisi dari pembakaran bahan bakar fosil dan proses industri menyumbang sekitar 78% dari total peningkatan emisi gas rumah kaca dari tahun 1970 hingga 2011. Sebagai upaya mencapai masa depan berkelanjutan, transisi energi menjadi salah satu solusinya. Upaya transisi energi merupakan bagian dari upaya besar dekarbonisasi untuk menanggulangi fenomena perubahan iklim.
Bersamaan dengan upaya transisi energi, berbagai negara juga mengupayakan inovasi teknologi untuk mengefisienkan konsumsi energi mereka saat ini. Peralihan dari bahan bakar fosil ke sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan tidak hanya mendesak untuk memerangi perubahan iklim, namun juga menghadapi tantangan ekonomi dan teknologi yang sangat besar.
Faktor Pendorong Transisi Energi
Menurut Badan Energi Terbarukan Internasional IRENA, istilah transisi energi mengacu pada peralihan sektor energi global dari sistem produksi dan konsumsi energi berbasis fosil– termasuk minyak, gas alam, dan batu bara–ke sumber energi terbarukan seperti angin dan surya.
Transisi energi terbarukan mencakup proses peralihan produksi energi global secara bertahap menuju sistem nol karbon; wacana ini diperkirakan menjadi target capaian dunia pada tahun 2050. Menurut UNDP (United Nations Development Programme), sektor energi global menyumbang 73% gas rumah kaca (GRK) tahunan. Situasi ini menyebabkan transisi energi sangat penting untuk dijalankan.
Sebagai negara kepulauan yang kaya akan sumber daya alam, Indonesia sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk memenuhi kebutuhan energi domestik. Dengan bertambahnya populasi, permintaan energi terus meningkat sehingga menambah permasalahan terkait emisi gas rumah kaca, polusi udara, dan ketahanan energi. Transisi energi dapat diterapkan untuk memitigasi masalah-masalah tersebut serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Penerapan Prinsip Berkeadilan untuk Menyukseskan Transisi Energi di Indonesia
Dikutip dari Institute for Essential Services Reform (IESR), sektor energi Indonesia masih akan bergantung pada batu bara dan minyak sekitar 86%. Bahan bakar fosil ini telah menjadi sumber energi utama untuk pembangkit listrik, transportasi, dan proses industri. Ketergantungan yang besar pada bahan bakar fosil telah berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca, polusi udara, dan masalah sosial.
Berikut beberapa faktor utama yang mendorong transisi energi di Indonesia.
- Masalah Lingkungan Hidup. Kebutuhan mendesak untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup, seperti polusi udara dan emisi gas rumah kaca.
- Ketahanan Energi. Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil yang diimpor akan meningkatkan ketahanan energi dengan mendiversifikasi bauran energi dan memitigasi risiko rantai pasok.
- Peluang Ekonomi. Transisi ke sumber energi ramah lingkungan, seperti energi terbarukan dan gas alam, dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menarik investasi.
Ekspansi Energi Terbarukan
Indonesia secara aktif mempromosikan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, air, dan panas bumi. Target ini ditetapkan guna meningkatkan porsi energi terbarukan dalam bauran energi nasional. Upaya-upaya ini bertujuan untuk mengurangi emisi dan memanfaatkan potensi energi terbarukan Indonesia yang sangat besar.
Mengutip CNBC Indonesia, gas alam dapat berperan sebagai bahan bakar alternatif. Gas alam dipandang sebagai sumber energi transisi yang lebih bersih dibandingkan batu bara dan minyak. Indonesia semakin banyak menggunakan gas alam untuk pembangkit listrik dan sebagai bahan bakar kendaraan untuk mengurangi emisi. Untuk melebarkan jangkauannya, pemerintah mendorong kerangka kebijakan dan peraturan seperti insentif dan feed in tariff sebagai upaya untuk menghasilkan efisiensi energi.
Prospek Transisi Energi
Sebagai upaya implementasi transisi energi, percepatan pembangunan infrastruktur energi terbarukan dapat berjalan paralel dengan pembangunan sumber daya manusia. Inisiatif ini dapat bermanfaat untuk mendukung transisi dan mengoperasikan fasilitas energi ramah lingkungan. Praktik ini guna memperluas green jobs.
Baca Juga: Green Jobs, Mendorong Peluang Pekerjaan Hijau dan Mempercepat Transisi Energi
Transisi energi juga harus memastikan seluruh warga negara Indonesia memiliki akses terhadap energi yang terjangkau dan bersih. Untuk memperlancar transisi energi, Indonesia menyadari tidak bisa bekerja sendiri. Oleh karena itu, Indonesia bermitra dengan organisasi internasional dan berbagai negara dalam inisiatif iklim serta pemanfaatan keahlian dan sumber daya. Prospek masa depan transisi energi di Indonesia mencerminkan perubahan mendasar menuju energi bersih dan berkelanjutan.
Dengan beralih dari bahan bakar fosil dan memanfaatkan sumber energi terbarukan, Indonesia dapat memitigasi tantangan lingkungan, memastikan keamanan energi, dan membuka peluang ekonomi. Upaya Indonesia melakukan transisi energi menunjukkan komitmennya yang tinggi untuk mewujudkan masa depan yang berkelanjutan dan sejahtera bagi seluruh rakyatnya sekaligus menjadi bukti tanggung jawab Indonesia sebagai warga dunia untuk turut serta berjuang menangani perubahan iklim global.