Momentum perayaan Hari Anak Nasional yang baru saja berlalu merupakan wujud penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak anak sebagai generasi penerus bangsa. Bagaimana kita dapat memenuhi hak tersebut di tengah perubahan iklim yang terjadi?
KOAKSI INDONESIA—Melakukan pembangunan berkelanjutan merupakan langkah untuk menjadikan Indonesia tempat yang nyaman bagi anak-anak di negeri ini untuk tumbuh optimal. Pemerintah telah menyiapkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 untuk mengawal tahun emas 2045.
Dalam RPJPN tersebut, salah satu visi utama yang akan dituju pemerintah adalah untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia (SDM) yang mewujudkan transformasi sosial. Transformasi sosial yang dimaksud adalah mampu meningkatkan kualitas hidup manusia pada seluruh siklus kehidupan dan menciptakan masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan kohesif.
Pernyataan menarik terkait meningkatkan kualitas hidup manusia pada seluruh siklus kehidupan, tentu tak terkecuali pada anak-anak. Seseorang dapat dikatakan masih anak-anak jika belum berusia delapan belas tahun, termasuk usia anak yang masih dalam kandungan (Permen PPPA No. 12 Tahun 2022).
Anak-anak memiliki potensi besar dalam membawa perubahan bagi bangsa. Oleh karena itu, sudah seharusnya negara menjamin masa depan mereka dengan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bertumbuh baik secara jasmani, rohani maupun sosial dengan optimal.
Pembangunan Berkelanjutan dengan Pemanfaatan Bonus Demografi
Pertambahan angka kelahiran yang membeludak khususnya pada tahun 2021 selama pandemi Covid-19 menyebabkan pada tahun 2021 jumlah anak (usia 0–17 tahun) sebanyak 79.486.424 jiwa atau 28,82% dari total penduduk Indonesia. Proyeksi anak usia 0–17 tahun ini akan memberikan 70% penduduk usia produktif (15–64 tahun) pada tahun 2045, atau dengan kata lain Indonesia akan menikmati bonus demografi.
Saat ini, Indonesia juga berkomitmen dalam mendukung percepatan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDG). SDG merupakan rencana aksi global untuk melindungi dan membangun bumi dan seluruh manusia dengan pembangunan kesejahteraan dan perdamaian pada 2030. Sejak awal SDG dilakukan, peran anak diakui sebagai agen perubahan (agent of change) dan penerus (torch-bearer) bagi pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: Hari Keterampilan Pemuda Sedunia: Mempersiapkan Pemuda Berkarier di Green Jobs dengan Green Skills
Pembangunan berkelanjutan dimulai dari anak-anak. Dalam laporan baseline SDG tentang anak-anak, Indonesia memastikan bahwa anak-anak dapat tumbuh bebas dari kemiskinan, sehat, terdidik, bahagia, dan aman adalah fondasi untuk menciptakan individu dewasa yang mampu berkontribusi pada ekonomi dan masyarakat dengan kohesi sosial yang kuat. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) menekankan pentingnya keadilan dan kesetaraan, dengan menegaskan bahwa tujuan global hanya dapat dicapai jika berlaku bagi semua anak di seluruh dunia.
“Tidak meninggalkan seorang pun, merupakan jantung dari agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030, dan Indonesia telah menambahkan fokus khusus untuk tidak meninggalkan seorang anak pun,” ujar Bambang Brodjonegoro, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional 2019 pada forum Politik Tingkat Tinggi tentang Pembangunan Berkelanjutan (HPLF).
Oleh karena itu, kesejahteraan anak adalah penanda penting dalam kemajuan menuju pencapaian SDG. Pemerintah terus berupaya dalam mengimplementasikan prioritas-prioritas SDG dengan mendukung peningkatan keamanan pangan dan gizi, meluncurkan layanan kesehatan, menghadapi tantangan perubahan iklim, dan menghapus kekerasan terhadap anak.
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-13 untuk Melindungi Anak-anak
Perubahan iklim menjadi isu global yang saat ini hangat diperbincangkan. Dampak perubahan iklim kian hari kian besar kita rasakan. Dalam kompas.id dinyatakan kejadian gelombang panas, banjir, kekeringan, serta cuaca ekstrem makin terasa di banyak negara.
Anak-anak secara fisik kurang mampu menahan kejadian ekstrem. Ditambah dampak perubahan iklim yang meluas pada penurunan kualitas dan akses air bersih, ancaman penyakit menular, serta terjadinya kelaparan akan memperburuk kehidupan mereka.
Sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan ke-13, yaitu Penanganan Perubahan Iklim, perlu aksi yang berfokus pada anak-anak untuk melindungi mereka dari kondisi yang merugikan. Menurut laporan UNICEF, pada tahun 2024 Indeks Risiko Iklim Anak Indonesia menduduki peringkat 43 dari 163 negara, yang menunjukkan bahwa anak-anak Indonesia termasuk rentan terhadap tekanan lingkungan dan cuaca ekstrem dari perubahan iklim.
Untuk memenuhi kebutuhan anak-anak terkait program yang berhubungan dengan perubahan iklim, Pemerintah setidaknya harus menerapkan enam langkah strategis ini.
- Mengintegrasikan hak-hak anak pada setiap kebijakan, program, dan keputusan perihal pendanaan iklim.
- Meningkatkan kolaborasi antara pemangku kepentingan dan memasukkan peran anak-anak dalam mengatasi dampak perubahan iklim.
- Menyebarkan pengetahuan dan bukti bahwa dampak perubahan iklim dapat memengaruhi anak-anak.
- Meningkatkan layanan dan fasilitas sosial bagi anak dan keluarga dari gangguan iklim.
- Memberikan pendidikan tentang perubahan iklim dan menciptakan kesempatan anak-anak dan kaum muda untuk terlibat dalam aksi iklim.
- Meningkatkan pengumpulan data terkait iklim dan strategi peringatan dini bencana iklim.
Keenam strategi itu diharapkan mampu memberikan ruang bagi anak-anak untuk mendapatkan pengetahuan dan perlindungan terkait perubahan iklim sejalan dengan pernyataan perwakilan UNICEF Indonesia, Maniza Zaman, “Sangat penting untuk mendidik anak-anak tentang perubahan iklim, melibatkan mereka dalam menciptakan solusi, dan menempatkan mereka di pusat semua aksi iklim,” pungkasnya dalam laporan tersebut.
Persiapan Memasuki Era Green Jobs
Perubahan iklim menyebabkan banyak sektor beralih ke praktik yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Kondisi ini menciptakan kebutuhan akan pekerjaan yang tidak hanya mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga membantu mitigasi dampak perubahan iklim. Pekerjaan inilah yang disebut green jobs.
Green jobs menjadi potensi masa depan anak-anak. Terjun dalam green jobs, meningkatkan peluang anak-anak mempunyai masa depan yang baik karena mereka dapat hidup di lingkungan yang sehat sekaligus memiliki mata pencarian yang layak.
Pengenalan green jobs kepada anak-anak dimulai dari lingkungan terdekat mereka, yaitu orang tua. Sebagai role model pertama anak, orang tua berperan penting dalam menumbuhkan kecintaan anak pada lingkungan.
Orang tua bisa memulai dengan melakukan kegiatan sederhana seperti pengenalan cara menanam pohon, membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya, mengajari untuk tidak tergantung pada penggunaan plastik, mengajari perilaku hemat listrik dan hemat air, dikenalkan dengan aktivitas alam seperti rekreasi bebas sampah, mengunjungi taman nasional, kebun binatang, dan taman kota, membiasakan untuk senang menggunakan transportasi umum, serta langkah sederhana lainnya yang berhubungan dengan lingkungan.
Dengan cara ini, orang tua secara tidak langsung menunjukkan kepada anak bahwa lingkungan yang bersih dan terawat membuat hidup menjadi nyaman, sehingga menimbulkan rasa tanggung jawab dalam diri mereka untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Baca Juga: Kabar Green Jobs Sejak 17 Tahun Lalu, Sejauh Mana Pengembangannya di Indonesia?
Mempersiapkan anak untuk green jobs juga bisa ditumbuhkan melalui pendidikan di sekolah. Mengutip Antara, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan bahwa pendidikan Indonesia termasuk tertinggal dalam hal kesiapan kebijakan untuk pekerjaan hijau dan kesadaran tentang perubahan iklim. Kurikulum Merdeka yang diresmikan pada tahun 2022 memiliki salah satu tujuan untuk membentuk sumber daya manusia (SDM) yang sadar akan perubahan iklim. Selanjutnya Kemendikbudristek akan fokus pada pengintegrasian konten perubahan iklim dalam Kurikulum Merdeka, termasuk untuk pendidikan tinggi dan vokasional.
Untuk mendukung penyebarluasan green jobs masih diperlukan upaya untuk membangun kesadaran hijau atau green awareness. Green awareness bertujuan untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya menjaga keberlanjutan bumi dari krisis lingkungan. Sistem Kurikulum Merdeka dapat lebih dioptimalkan untuk membangun green awareness peserta didik. Diperlukan kolaborasi antara guru sebagai fasilitator utama dalam menyampaikan pemahaman isu lingkungan dengan sekolah dan pemerintah agar siswa merasa isu lingkungan merupakan isu yang relevan dengan keseharian mereka.
Tidak kalah pentingnya dari green awareness, kurikulum Indonesia seharusnya dapat memasukkan keterampilan hijau (green skills). Kompetensi green skills terkait ilmu lingkungan mampu membantu siswa memahami konsep keberlanjutan secara menyeluruh. Kompetensi ini dapat diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran yang diatur dalam kurikulum. Dengan adanya integrasi kurikulum green skills dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi, siswa diharapkan siap untuk bekerja di sektor green jobs.
Mendorong Pembangunan Berkelanjutan dengan Green Jobs
Sebagai organisasi masyarakat sipil yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan, Koaksi Indonesia, terus mengampanyekan isu lingkungan dan peluang green jobs. Kampanye green jobs ini menyasar pemuda termasuk anak-anak berusia minimal 14 tahun untuk dapat belajar bersama.
Koaksi Indonesia terus mengembangkan pengetahuan terkait green jobs yang relevan dan diminati oleh kaum muda. Penyebaran green awareness melalui keikutsertaan dalam konferensi anak muda dan stan festival energi bersih, sosialisasi dalam seminar dan job fair, serta penggunaan animasi Reni dan Joby untuk mengampanyekan green jobs dalam sosial medianya.
Selain membangun interaksi dengan kaum muda, Koaksi Indonesia menyebarkan green awareness melalui kerja sama dengan orang tua khususnya ibu-ibu muda yang tergabung dalam komunitas Buibu Baca Buku (BBB). Salah satu kegiatan komunitas BBB adalah literasi iklim. Koaksi Indonesia mengisi konten mengenai green jobs dalam modul literasi mereka.
Ibu merupakan guru pertama sekaligus sosok terdekat anak. Pengetahuan green jobs yang dimiliki para ibu dapat menjadi panduan anak dalam memperlakukan lingkungan sekaligus membuka wawasan si kecil bahwa green jobs dapat dijadikan pilihan pekerjaan saat mereka dewasa.
Untuk mempersiapkan keterampilan hijau (green skills) yang langsung menyasar generasi muda, Koaksi Indonesia memperkenalkan green skills yang mendukung pembangunan berkelanjutan melalui platform www.greenjobs.id. Selain menyediakan lowongan pekerjaan green jobs, akan ada pembelajaran daring terkait green skills yang dapat diakses oleh siapa saja termasuk kaum muda.
Berbagai upaya dan pengembangan tersebut diharapkan mampu mewujudkan generasi penerus bangsa yang siap untuk berkontribusi memajukan Indonesia tanpa mengesampingkan kelestarian lingkungan, sehingga impian Indonesia Emas tahun 2045 dapat terwujud.