Di sela-sela kesibukannya mengerjakan tugas studinya, Bli Wayan menyempatkan diri bertemu dengan saya, mengobrol mengenai workshop technopreneurship yang dipersiapkan oleh UKM Rekayasa Teknologi (Restek) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Workshop tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara kompetisi inovasi teknologi tingkat nasional (UNITECH-UNY Innovation Technology) yang diselenggarakan setiap tahun dengan total hadiah yang…ehem cukup menggiurkan bagi kantong mahasiswa.
Jalanan yang saya lalui tampak lengang. Tidak banyak aktivitas mahasiswa pada akhir pekan di lingkungan kampus. Bertempat di bengkel mobil listrik (moblis) yang berlokasi di Fakultas Teknik UNY, Bli Wayan mengajak saya bertatap muka. Ternyata, kami tidak berdua saat itu, di sisi pojok bengkel tampak beberapa anak teknik mengutak-atik body mobil. Meskipun keliatan santuy, mereka sebenarnya fokus pada detail untuk mendapatkan hasil terbaik.
“Kok sendiri, Rin. Gak ngajak-ngajak teman.” Bli Wayan mempersilakan saya masuk ke bengkel.
Sejenak menguar aroma keringat yang sangat….ah sudahlah. Buset, nih anak-anak di bengkel apa gak mandi ya?
Seperti membaca isi pikiran saya, Bli Wayan berkata.” Sorry ya Rin. Udah berhari-hari di bengkel. Jarang pulang kosan. Maklum kami dikejar deadline soalnya. Makanya anak-anak banyak ngelembur di sini. Maafkan aroma-aroma ini, ehek.” Ungkap Bli Wayan dengan dialek Bali yang kental.
Bli Wayan memperkenalkan satu per satu nama mahasiswa yang ada di bengkel, tentu saja diiringi suit-suit tajam dan lirikan-lirikan mata dari mereka. Eheum. Ngeselin.
Saya memandang rangka mobil yang belum diisi dengan mesin dan material-material lainnya. Juga komponen-komponen elektrik dan automotive spare part yang saya sendiri tidak tahu fungsinya buat apa.
“Ini toh yang bakal diikutkan di international green car?” Tanya saya penasaran.
“Bukan yang ini, Rin. Ini cuma prototype. Buat uji coba.”
Bli Wayan sedikit banyak bercerita tentang inovasi mobil listrik dan hybrid yang diciptakan mahasiswa UNY. Saya yang semula ingin berdiskusi perihal persiapan workshop technopreneurship, akhirnya terhanyut pada obrolan seputar teknologi dan transportasi ramah lingkungan yang diciptakan teman-teman dari kampus kami.
Semenjak tahun 2009, Universitas Negeri Yogyakarta telah berpartisipasi secara aktif dalam riset, produksi, dan inovasi green car atau mobil ramah lingkungan. Jenis green car tidak hanya mobil listrik lho, termasuk juga mobil hybrid. Wah apa lagi itu? Mobil hybrid merupakan mobil yang menggabungkan mesin berbahan bakar minyak dan motor berdaya listrik. Setelah ditelisik lebih lanjut, teknologi pada mobil hybrid yang dikembangkan mahasiswa UNY untuk ajang International Student Green Car Competition menjadi yang pertama di Indonesia untuk jenis mobil balap formula. Penggunaan teknologi hybrid memungkinkan penghematan bahan bakar fosil yang merupakan sumber energi tak tak terbarukan dan tentunya lebih rendah emisi. Bahkan nol emisi untuk kategori mobil listrik. Inovasi hybrid green car di masa mendatang bisa jadi bersumber dari bahan bakar ramah lingkungan, energi bersih, dan terbarukan.
Garuda UNY Team (GUT) adalah nama tim yang dibentuk secara khusus terkait riset dan inovasi green car. Satu tim beranggotakan bermacam spesialis yang berasal dari berbagai jurusan dan memiliki keahlian yang berbeda. Terdapat keterlibatan banyak divisi untuk menciptakan satu unit green car. Divisi yang terlibat meliputi divisi powerplan, electrical, driver, kemudi & rem, suspensi, autobody, autodesign, chasis & machining. Ada juga divisi administrasi dan komunikasi publik yang biasanya beranggotakan mahasiswa nonteknik (akuntansi, adminstrasi perkantoran, ilmu komunikasi, biologi, pendidikan kimia, sastra inggris, dan sebagainya).
Pada tahun 2013, untuk pertama kali UNY mengirimkan delegasinya ke tingkat internasional dalam ajang International Student Green Car Competition di Seoul, Korea Selatan. Zainal Arifin, dosen pembimbing utama tim GUT pernah menyatakan kekesalannya karena tidak ada satu pun wakil Indonesia di ajang kompetisi green car tingkat internasional. Di tingkat nasional, sudah berkali-kali green car UNY mengikuti KMLI (Kompetisi Mobil Listrik Indonesia) dan KMHE (Kompetisi Mobil Hemat Energi). Maka dari itu, pada tahun 2013 dengan persiapan yang matang dibentuklah tim Garuda UNY sebagai tim delegasi internasional untuk kompetisi mobil listrik dan mobil hybrid. Pada mobil listrik UNY EVO13, tim Garuda mengaplikasikan 3 teknologi yang tidak dimiliki tim lain, yakni electric differential, LCD on Steering Wheel, dan quick release steering wheel sehingga tim Garuda berhak meraih penghargaan kategori creative technology. Saat itu tim green car UNY menjadi satu-satunya perwakilan dari Indonesia.
Mobil yang memiliki desain menyerupai mobil balap formula 1 tersebut mengundang decak kagum dari tim negara lain dan penyelenggara. Mereka mempertanyakan desain, teknologi, dan material yang digunakan. Pasalnya sebagai rookie (pendatang baru) pada tahun itu, mobil listrik UNY memiliki teknologi yang tidak digunakan tim-tim dari negara kompetitor dan hal tersebut memantik apresiasi. Berbahan karbon fiber ringan, dengan berat body (tanpa baterai) mencapai 160 kilogram, ukuran panjang x lebar x tinggi (230 cm x 140 cm x 85 cm), berdaya listrik 6000 watt, mobil listrik tersebut memiliki top speed 75 km per jam (butuh waktu 17 detik untuk menempuh jarak 0-200 meter). UNY EVO13 dipersenjatai 4 buah baterai 12 volt 80 AH dan dua buah motor listrik BLDC ukuran 3000 watt.
Electric differential, menjadi salah satu dari 3 keunggulan teknologi yang ada pada UNY EVO13. Jika dua motor listrik aktif pada mode Electric differential, maka jumlah putaran roda belakang bisa berbeda dengan roda lain saat berbelok atau menikung. Hal ini berfungsi untuk mencegah ban selip atau hilang kendali saat berada di tikungan tajam atau belokan terjal sedangkan mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Sistem suspensinya sendiri diciptakan menyerupai teknologi pada mobil balap formula 1. Dengan demikian, ketika mobil melesat dalam kecepatan maksimum pada belokan atau tikungan, roda belakang tak mudah terangkat ke atas sehingga meminimalisasi risiko terjadinya kecelakaan atau hal-hal yang tidak diinginkan saat ngebut.
Saya dan Bli Wayan berkecimpung di organisasi kampus yang sama, satu divisi pula, divisi Teknologi Tepat Guna (TTG). Organisasi kampus tempat kami bernaung, UKM Rekayasa Teknologi (Restek) membawahi 5 divisi utama. Kelima divisi tersebut yakni, IT, Teknologi Tepat Guna (TTG), rancang bangun, mobil (listrik dan hybrid), terakhir robotika.
Mobil listrik ataupun hybrid merupakan sekian dari banyak inovasi dan aplikasi teknologi yang ramah lingkungan (green technology). Apa sih teknologi ramah lingkungan atau green technology itu Arinta? Green technology memiliki konsep bagaimana menerapkan teknologi untuk kehidupan yang lebih humanis, berwawasan lingkungan, rendah karbon dan energi kotor, serta tidak merusak sumber daya alam. Contoh lain teknologi ramah lingkungan yakni teknologi pengelolaan dan daur ulang limbah supaya limbah tersebut menjadi produk berdaya guna atau bernilai ekonomis, minimal tidak mencemari lingkungan ketika dialirkan ke tempat pembuangan.
Jika saat ini kendaraan konvensional dan industri manufaktur masih menggunakan energi kotor dari bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batubara untuk aktivitas operasionalnya, beberapa tahun ke depan akan ada terobosan-terobosan terkait energi alternatif yang lebih ramah lingkungan. Teknologi fuel cell misalnya, bisa dijadikan sebagai energi alternatif pengganti BBM. Teknologi fuel cell memanfaatkan hidrogen sebagai bahan bakar untuk menghasilkan proton, netron, panas, dan air. Fuel cell tidak mengeluarkan bising dan tentunya nol emisi karbon.
Saya sendiri cukup familiar dengan teknologi ramah lingkungan, sebab semenjak masuk di divisi Teknologi Tepat Guna (TTG), saya belajar dan mendapatkan knowledge mengenai penerapan teknologi yang humanis, bermanfaat (memiliki nilai guna), berbiaya rendah, serta efektif dan efisien. Padahal studi S1 saya adalah di bidang akuntansi. Divisi Teknologi Tepat Guna (TTG) kerapkali mengadakan seminar dan workshop bertema ecopreneurship. Salah satu yang berkesan ketika mengundang narasumber seorang green engineer yang membuat inovasi PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) untuk daerah-daerah perdesaan yang terpencil, terpelosok, dan tertinggal, beliau adalah Tri Mumpuni. Bagi kamu yang berkecimpung di sektor hijau dan energi terbarukan pasti tak asing dengan beliau. Saat itu, saya dan Bli Wayan terlibat sebagai panitia atau penyelenggara di ecopreneurship event yang dihadiri hampir 200 orang mahasiswa. Saya pribadi mendapatkan banyak insight positif dari penuturan beliau yang bersama suaminya bergerak dari nol membangun alternatif energi terbarukan tersebut.
Tri Mumpuni mengajak para milenial untuk lebih peduli pada upaya-upaya pelestarian lingkungan hidup, berperan aktif di sektor hijau, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE). Beliau berharap banyak anak muda memiliki kesadaran akan pentingnya kedaulatan energi untuk Indonesia yang lebih bersih. Hingga 2020, perempuan listrik satu ini bertutur bahwa ada 433 dari 75 ribu desa yang belum dialiri listrik. Desa-desa tersebut terpencar di Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, dan Papua Barat.
Sektor EBTKE bisa menjadi solusi krisis energi dan kelistrikan di Indonesia. Saat ini Indonesia masih 95% tergantung pada penggunaan bahan bakar fosil berupa miyak bumi (48%), batubara (30%), dan gas bumi (18%), adapun konsumsi energi terbarukan baru 5% saja. Dalam cetak biru Kebijakan Energi Nasional, pemerintah melalui Kementerian ESDM berupaya menaikkan sektor EBTKE minimal 23% di tahun 2025, naik lagi menjadi 32% di tahun 2050. Menteri ESDM, Arifin Tasrif kepada awak media berujar bahwa Indonesia memiliki potensi panas bumi (23 GW), bayu atau angin (60,6 GW), hidro atau air (75 GW), surya (207,8 GW) dan samudera (18 GW). Namun, semuanya belum dikelola secara optimal. Maka dari itu, dibutuhkan sinergi berbagai pihak, terutama peran generasi muda untuk mengembangkan potensi energi tersebut agar lebih berdaya guna di masa mendatang.
“Sampai di mana tadi kita, Rin? Maaf, aku tadi kurang fokus.” Tanya Bli Wayan kepada saya sembari mengotak-atik komponen elektrik yang ada di dekat kami. Bli Wayan, milenial kelahiran Bali yang tumbuh besar di Denpasar mengambil studi S1 pendidikan elekronika di UNY. Selain aktif di perkuliahan dan organisasi kampus, Bli Wayan bergabung di bawah bendera Garuda UNY sebagai electric car engineer.
“Sebenarnya kedatanganku ke sini mau ngomongin persiapan workshop technopreneurship, Bli. Proposalnya aku taruh di sini ya, nanti bisa kamu baca.” Jeda sejenak. Kemudian saya meletakkan satu bendel proposal di meja yang ada di sudut ruangan. “Ngomong-ngomong, keren ya inovasi green car yang dibuat anak-anak. Sudah sampai sejauh itu lho ternyata.”
“Ini juga masih dalam pengembangan terus-menerus, Rin. Setiap tahun akan ada perbaikan-perbaikan sehingga semakin teruji di sirkuit balap dan medan yang berbeda.”
“Anyway, Bli, setelah lulus kuliah apa rencana kamu ke depan? Kamu memiliki skill di bidang electric car engineering, masih mau mengembangkan bidang ini? Tanya saya kemudian.
Sesaat Bli Wayan terdiam. Pertanyaan ini membuatnya berpikir barang beberapa detik. Matanya menerawang.
Green Jobs dan Impian Bekerja di Sektor Hijau untuk Indonesia Lebih Bersih
Bagaimana peluang kerja di sektor hijau (green jobs) untuk orang yang memiliki keahlian sebagai electric car engineer seperti Bli Wayan? Karena di masa depan, keahlian orang-orang seperti ini pastilah sangat dibutuhkan kemampuannya. Apa sih definisi Green jobs yang kamu maksud Arinta? Jadi, Green jobs merupakan istilah yang diberikan ILO untuk jenis pekerjaan yang terkait dengan agenda pembangunan berkelanjutan, rendah emisi, dan mendukung perubahan iklim.
Pemulihan hijau menjadi rekomendasi Climate Transparency Report 2020 agar penurunan emisi CO2 dapat berkelanjutan. Pemulihan hijau mendukung pekerjaan orang-orang yang berkecimpung di sektor green jobs seperti yang sudah dilakukan Bli Wayan, Tri Mumpuni, dan milenial yang terpilih menjadi kader listrik untuk desa.
Pekerjaan di sektor hijau (green jobs) semakin menjanjikan di abad 21. Green jobs merupakan jenis pekerjaan terbilang cerdas, keren, kreatif, dan memiliki daya dukung positif terhadap lingkungan. Apalagi saat ini Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 26% hingga 41% melalui program Business As Usual. Maka dari itu, fokus yang diutamakan dalam dunia kerja di sektor green jobs selain faktor kesejahteraan, adalah memperhitungkan bagaimana agar aktivitas bisnis tidak berdampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Secara global, potensi pasar untuk produksi barang dan jasa di sektor ini mencapai mencapai US$ 1.370 miliar per tahun (sumber : ILO). Semakin banyak wirausahawan yang terjun di bisnis green business dan green economy, semakin besar pula peluang kerja di sektor green jobs.
Di forum internasional, ASEAN Labor Minister Meeting (ALMM) 2018, Indonesia mendukung pekerjaan di sektor hijau untuk hari ini dan masa yang akan datang. Dalam hal ini, dukungan pemerintah dilakukan melalui akselerasi pelatihan vokasi untuk meningkatkan keahlian, kualitas SDM, serta kompetensi pekerja yang di dalamnya mengandung elemen green skill dan green productivity.
Industri seperti apa sih yang bergerak di sektor green jobs, Arinta? Wah banyak ya, jumlahnya kian bertambah setiap tahun seiring banyaknya inovasi di seputar green business dan aplikasi teknologi hijau. Secara umum ada 6 sektor industri yang bisa kamu pilih jika kelak kamu ingin berkecimpung di dunia kerja yang ramah lingkungan. Keenamnya meliputi : sistem manajemen limbah/sampah beserta daur ulangnya, Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE), pertanian dan kehutanan, kontruksi hijau, efisiensi energi, dan kendaraan ramah lingkungan. Adapun jenis-jenis pekerjaan yang masuk dalam kategori green jobs meliputi : energy startuper, ecopreneur, teknisi mobil listrik, teknisi panel surya, petani hidroponik, petani organik, auditor lingkungan, green accountant di NGO/LSM, konsultan waste management, guru/dosen/peneliti di bidang lingkungan hidup, dan masih banyak lagi.
Tulisan saya nyelipin cerita green car, teknologi ramah lingkungan, energi terbarukan dan green jobs. Eh saya mau ngomongin energi terbarukan nih, kalau dipikir-pikir, seperti apa ya potensi energi terbarukan dalam penyerapan lapangan kerja? Jadi penasaran saya tuh. Mari kita simak infografis berikut.
Koaksi Indonesia, sebuah organisasi nirlaba yang berlokasi di Jakarta yang berfokus pada ide-ide inovatif dan program-program berkelanjutan menyoroti bahwa pekerjaan di sektor green jobs membuka peluang yang lebih baik untuk anak muda. Berkolaborasi dengan Uni Eropa dalam “Climate Diplomacy Week,” Koaksi Indonesia mengadakan talkshop bertajuk “Green Jobs: Ini Baru Peluang Kerjanya Anak Muda untuk Indonesia yang Lebih Bersih.” Dari sekian narasumber, salah satu topik yang diangkat dalam talkshop tersebut adalah energi terbarukan. Energi…energi…energi. Ada apa dengan sektor energi? Sektor energi hingga saat ini masih dianggap sebagai sektor yang mempercepat pemulihan ekonomi dan sosial di era pandemi Covid-19. Namun, cadangan energi fosil Indonesia dan dunia semakin tergerus akibat konsumsi terus-menerus. Maka dari itu, riset-riset dan pencarian energi altenatif atau sektor EBTKE terus digalakkan baik di universitas maupun lembaga-lembaga penelitian.
“Energi terbarukan itu membuka akses. Kita tidak bilang energi terbarukan itu the only one solution. Tapi energi terbarukan membuka akses air bersih, sanitasi, informasi, pendidikan, ekonomi lokal, mobilitas dan transportasi, ketahanan pangan, hingga mewujudkan masa depan Indonesia yang lebih bersih.” Demikian opening speech dari Direktur Program Koaksi Indonesia, Verena Puspawardani.
Pandemi Covid 19 adalah awal, selanjutnya masih ada pekerjaan rumah di depan mata yang menanti kita untuk bergerak dan membuat perubahan. Apalagi kalau bukan ancaman perubahan iklim. Anak-anak muda kudu memiliki keunggulan kompetitif untuk menghadapi ancaman perubahan iklim, salah satunya adalah menciptakan usaha yang ramah lingkungan (green business) atau terjun langsung di sektor hijau “green jobs.”
Verena menambahkan, ke depan sektor energi terbarukan membutuhkan banyak kerlibatan anak muda. Akan ada peluang-peluang green jobs di masa mendatang. Misalnya saja di bidang politik, indonesia butuh peran anak muda dalam hal regulasi atau kebijakan terkait energi terbarukan, transportasi rendah emisi, pertanian berkelanjutan, dan lain sebagainya. Di bidang pendidikan dan penelitian, Indonesia butuh anak muda yang tidak hanya memahami, tetapi juga mengkampanyekan dan mengedukasi masyarakat mengenai kesadaran akan energi bersih, juga riset-riset alternatif energi terbarukan (misalkan fuel cell dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) seperti yang sudah saya jelaskan di awal). Di bidang ekonomi, Indonesia butuh anak muda yang tidak hanya cerdas secara ekonomi, tetapi juga solutif dalam mencari alternatif-alternatif pembiayaan proyek-proyek berwawasan lingkungan melalui skema non-APBN, misalnya green financing (pembiayaan berorientasi lingkungan) dan penerbitan obligasi atau sukuk hijau. Siapa tahun kan ya, riset dan inovasi mobil listrik Garuda UNY kelak dikembangkan dan didanai melalui skema green financing. Siapa tahu lho ya. Anak muda kan boleh bermimpi.
“Rencana ke depan? Cita-citaku dari dulu ingin menjadi engineer, ya kalau tidak minimal dosenlah. Aku juga masih ingin mengembangkan mobil listrik supaya lebih baik lagi.” Bli Wayan menjawab pertanyaan saya.
Setelah menyelesaikan studi S1 di UNY, I Wayan Adiyasa atau kerap disapa Bli Wayan mengambil S2 bidang elektro di UGM. Bli Wayan bercerita kalau dirinya ingin menjadi engineer atau dosen dan mengajar serta membagikan pengetahuan dan pengalamannya mobil listrik. Di portofolionya tertulis keahlian Bli Wayan, automotive electrical dan renewable energy. Awwwwwwwww… sektor green jobs nih!
Pekerjaan di bidang green jobs menjadi sebuah diskursus untuk dielaborasi dan namanya cukup seksi di kalangan anak muda. Perubahan iklim, polusi melebihi ambang batas, pencemaran lingkungan, penggunaan energi kotor menjadi ancaman serius bagi umat manusia. Kita butuh duduk bersama, mencari solusi, mengurai benang kusut atas masalah yang kita hadapi.
Kita berharap banyak anak muda tertarik terjun di sektor hijau ini, demikian pula bermunculan inovasi dan gagasan-gagasan yang mendukung “Indonesia bersih” melalui pengembangan green car, teknologi hijau, energi terbarukan, obligasi berwawasan lingkungan, dan masih banyak lagi. Ke depan, green jobs kian berkembang. Kian dibutuhkan. Kian diminati. Green jobs menjadi pekerjaan impian generasi muda. Tantangannya adalah bagaimana menciptakan iklim kerja di sektor hijau agar lebih kondusif sekaligus inklusif sehingga mampu menciptakan kenyamanan, keamanan, dan kesejahteraan ekonomi.
Kolaborasi dan dukungan dari berbagai pihak sangat diperlukan, terutama dari pemerintah sebagai regulator dan penentu arah kebijakan. Bayangkan kalau pemerintah membangun infrastruktur untuk transportasi rendah emisi (bahkan nol emisi) seperti mobil hybrid dan listrik. Riset dan inovasi green car dari kampus-kampus semakin menggema, menjadi topik yang asik untuk dibicarakan. Bayangkan peneliti-peneliti junior yang duduk di bangku SMA yang meriset teknologi ramah lingkungan dan energi terbarukan mendapatkan dana sekaligus beasiswa untuk mengembangkan riset tersebut di perkuliahan. Bayangkan setelah lulus kuliah tawaran pekerjaan di sektor hijau bertebaran dan menjadi impian para freshgrad. Bayangkan. Bayangkan aja dulu.
Saya optimis Indonesia mampu mewujudkan kedaulatan energi di masa depan. Saya optimis generasi muda mampu menjawab tantangan zaman serta berkontribusi pada isu perubahan iklim dan lingkungan. Dan yang paling utama, saya optimis bahwa “Indonesia bersih” bukan mimpi belaka, selama tangan dan kaki kita mau bergerak melarungkan harapan-harapan.
Gengs, gimana? Siap bergabung di dunia green jobs? Siap mendukung energi bersih untuk Indonesia bersih? Ya siaplah!
Penulis merupakan Juara ke-5 dalam Lomba Penulisan Blog yang diadakan oleh Koaksi Indonesia. Tulisan ini telah diterbitkan dalam blog penulis dan dapat dilihat di https://www.arintastory.com/2021/02/milenial-ngobrolin-teknologi-ramah.html
Sumber Referensi
- Media sosial dan website Koaksi Indonesia di Coaction.id.
- Secercah Harapan Untuk Energi Terbarukan Indonesia yang Makin Mantap, www.goodnewsfromindonesia.com.
- Potensi Energi Terbarukan di Masa Kini dan Masa Depan, Universitas Islam Indonesia, www.uii.ac.id.
- Bahas Ekonomi Ramah Lingkungan, Koaksi Indonesia Ajak Anak Muda Jadikan Green Jobs Pilihan Utama, www.tribunews.com.
- Green Jobs dan Impian Bekerja di Sektor yang Ramah Lingkungan, www.klikhijau.com.
- Mengenal Teknologi Ramah Lingkungan, www.kelaspintar.com.
- Indonesia Targetkan Produksi Mobil Listrik dalam Kurun 5 Tahun, www.voaindonesia.com.
- Mobil Listrik UNY Melaju 80 KM/jam, www.republika.co.id.
- Garuda UNY Didirikan Karena Kampus Lain Tak Ada yang Mau Ikut Lomba, www.krjogja.com.
- Pembuatan Mobil Listrik Garuda UNY, Mahasiswa Baru Dilibatkan, www.otomotif.tempo.co.
- Green Jobs menjadi Jawaban Bangkitnya Ekonomi Pasca Pandemi Covid 19, www.iesr.id.
- Green Jobs, Peluang, dan Tantangan, www.kompasiana.com.
- Tri Mumpuni : Indonesia Butuh Peran Milenial untuk Energi Terbarukan, www.idntimes.com.
- Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Jadi Solusi Membangun Desa Terpencil, www.news.detik.com.
- Fuel Cell, Energi Masa Depan, www.ebtke.esdm.go.id.
- Mengenal Fuel Cell, Teknologi Pembangkit Listrik Tanpa Limbah, www.medium.com.
DISCLAIMER
Semua artikel dan opini yang dipublikasikan pada Blog Energi Muda menjadi tanggung jawab dari masing-masing penulis. Koaksi Indonesia membantu mereduksi bahasa dan penulisan sesuai kaidah KBBI, logika dan kata di dalam tulisan yang masuk ke redaksi. Koaksi Indonesia tidak bertanggung jawab jika terdapat plagiarisme, kesalahan data dan fakta serta kekeliruan dalam penulisan nama, gelar atau jabatan yang terdapat di dalam artikel dan opini.