Hari Mangrove Sedunia diperingati setiap 26 Juli. Penetapan UNESCO sejak 2015 ini menyadarkan kita bahwa sebagai ekosistem pesisir yang unik, mangrove berperan krusial dalam menurunkan karbon dan mengurangi dampak perubahan iklim.
KOAKSI INDONESIA—Mangrove atau hutan bakau berada di perbatasan antara daratan dan lautan. Tumbuhan ini mampu menyerap dan menyimpan sejumlah besar karbon dengan sangat efektif. Sebagai negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mencapai 99.083 km, Indonesia berperan penting dalam penurunan karbon sekaligus pencegahan perubahan iklim global.
Mangrove dan Penurunan Karbon
Mangrove memiliki dua manfaat utama dalam penurunan karbon, yaitu menyerap karbon dari atmosfer dan menyimpan karbon dalam jumlah besar dalam tanahnya. Karbon yang diserap dan disimpan oleh mangrove mengurangi peningkatan emisi karbon di alam. Dengan demikian, mangrove dapat dimanfaatkan untuk mencapai target nol emisi pada 2060. Nol emisi adalah keseimbangan antara jumlah gas rumah kaca yang masuk ke atmosfer dengan yang dikeluarkan dari atmosfer.
- Penyerapan Karbon
Mangrove adalah salah satu ekosistem yang paling efisien dalam menyerap karbon dioksida dari atmosfer. Melalui fotosintesis, mangrove menyerap karbon dioksida dan mengubahnya menjadi biomassa, sehingga membantu mengurangi jumlah gas rumah kaca di atmosfer.
Kapasitas penyerapan karbon oleh mangrove mencapai 3 sampai 5 kali lebih baik (tergantung kerapatan, besaran pohon, dan lain-lain) dibandingkan hutan tropis. Kemampuan ini disebabkan mangrove dapat mengubah karbon yang diserapnya menjadi karbon organik. Karbon itu kemudian disimpan dalam akar, batang, daun, dan tanah.
- Penyimpanan Karbon
Mangrove juga memiliki kemampuan luar biasa untuk menyimpan karbon dalam jangka panjang hingga 5.000 tahun. Akar dan jaringan tumbuhan mangrove menyimpan karbon dalam sedimen di bawah air, di mana dekomposisi berjalan sangat lambat karena kondisi anaerob. Penyimpanan karbon ini, yang dikenal sebagai “carbon sequestration“, membuat mangrove menjadi salah satu penyimpan karbon terbesar di planet ini.
Baca Juga: Kebaikan Mangrove untuk Desa Tanah Merah
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) menyatakan satu hektar mangrove mampu menyimpan 3.754 ton karbon. Nilai itu setara dengan meniadakan lebih dari 2.650 mobil dari jalan raya selama setahun. Namun, jika rusak, terdegradasi atau hilang, mangrove justru menjadi sumber karbon dioksida.
Oleh karena itu, kelestarian mangrove harus terus terjaga, termasuk dari konversi lahan mangrove menjadi peruntukan yang lain. Mencegah konversi mangrove akan mengurangi hingga 30% emisi nasional dari sektor tata guna lahan.
Indonesia dan Peran Global dalam Konservasi Mangrove
Data Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup (KLHK) menunjukkan Indonesia memiliki sekitar 3,36 juta hektar hutan mangrove, atau sekitar 24% dari total hutan mangrove dunia. Dengan jumlah kepemilikan itu, Indonesia merupakan kawasan hutan mangrove terluas di dunia.
Potensi besar ini menjadikan Indonesia sebagai aktor penting dalam mitigasi perubahan iklim di tingkat global. Untuk menjalankan peran penting itu, Indonesia telah dan sedang melakukan beberapa upaya.
- Program Restorasi dan Konservasi
Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan berbagai organisasi nonpemerintah dan komunitas lokal untuk melakukan restorasi dan konservasi mangrove. Program ini mencakup penanaman kembali mangrove di wilayah yang telah rusak dan perlindungan terhadap kawasan yang masih utuh.
Misalnya, menanam mangrove secara serentak di seluruh Indonesia sebagai bagian dari gerakan menanam pohon serentak tahun 2023—2024 sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo. Beberapa kegiatan penanaman mangrove yang telah terlaksana, yaitu penanaman 25.000 batang mangrove di 25 lokasi di 23 provinsi seluruh Indonesia hasil kolaborasi KLHK dengan Harian Rakyat Merdeka, kelompok pemuda penggerak Society of Renewable Energy (SRE), Pemerintah Daerah, Green Leader Indonesia, Green Youth Movement, serta berbagai mitra dan seluruh lapisan masyarakat; penanaman mangrove memperingati Hari Bakti Rimbawan 2024 kolaborasi KLHK, Bezos Earth Fund, pemerintah daerah, dunia usaha, dan berbagai komponen masyarakat; serta puncak penanaman mangrove nasional secara serentak oleh Jajaran TNI di seluruh Indonesia.
- Kolaborasi Internasional
Indonesia terlibat dalam berbagai inisiatif internasional untuk pelestarian mangrove, seperti Blue Carbon Initiative, Mangrove for the Future, dan Mangrove Alliance For Climate. Melalui kolaborasi ini, Indonesia berbagi pengetahuan dan teknologi dengan negara lain serta menerima dukungan finansial dan teknis untuk proyek konservasi.
- Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Pendekatan berbasis masyarakat dalam pengelolaan mangrove menunjukkan hasil yang positif. Dengan melibatkan masyarakat lokal dalam konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan mangrove, manfaat ekonomi seperti ekowisata dan hasil laut dapat mereka nikmati sambil tetap menjaga ekosistem.
Contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan mangrove telah dilakukan Koaksi Indonesia di Desa Tanah Merah, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Melalui program VCA, Koaksi Indonesia dan Yayasan Pikul mendorong masyarakat Desa Tanah Merah untuk memelihara kelestarian mangrove. Pendampingan dilakukan mulai dari membentuk Kelompok Pencinta Mangrove Dalek Esa. Kelompok ini bertujuan untuk merawat dan mengawasi kawasan mangrove di desa tersebut dengan gotong royong. Kemudian, merancang peraturan desa untuk pengelolaan mangrove hingga rencana pengembangan Desa Tanah Merah sebagai desa ekowisata.
Selamat Hari Mangrove Sedunia! Mari rayakan dengan melestarikan mangrove untuk masa depan bumi yang lebih baik.