Sektor pesisir dan kelautan berpotensi dalam menciptakan green jobs yang tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi juga melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
KOAKSI INDONESIA—Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi luar biasa di sektor pesisir dan kelautan. Sebagai contoh, negara ini memiliki sekitar 17.504 pulau dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia yang mencapai 108.000 km (Bappenas, 2023). Indonesia juga kaya akan biodiversitas laut dengan lebih dari 3.000 spesies ikan, 500 spesies koral, dan 3,5 juta hektar mangrove (Antara News, 2024). Kekayaan sumber daya ini berpotensi menciptakan peluang ekonomi yang signifikan baik di tingkat nasional maupun lokal.
Kontribusi Ekonomi dari Sektor Pesisir dan Kelautan
Di tingkat nasional, subsektor perikanan memberikan kontribusi ekonomi dengan surplus perdagangan sebesar USD 2,49 miliar pada tahun 2024 (Mongabay, 2024). Di tingkat lokal, pada tahun 2022 sektor perikanan telah menciptakan sekitar 3 juta lapangan pekerjaan, khususnya nelayan perikanan tangkap. Provinsi Jawa Tengah menjadi wilayah dengan jumlah nelayan perikanan tangkap terbanyak, yaitu 254.251 nelayan atau 8% dari total nelayan nasional (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2023).
Selain perikanan, pariwisata merupakan subsektor dalam sektor pesisir dan kelautan yang memberikan manfaat ekonomi. Sebagai contoh, pada tahun 2019, subsektor ini menyumbang sekitar 5% terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap hampir 10% tenaga kerja nasional. Di samping itu, pada tahun 2022 sekitar 5,47 juta wisatawan internasional mengunjungi Indonesia yang memberikan dampak positif secara ekonomi. Manfaat tersebut antara lain peningkatan nilai ekonomi masyarakat pesisir, peningkatan pendapatan pemerintah, serta penciptaan pasar bagi produk-produk lokal (Bappenas, 2023).
Potensi Mengatasi Perubahan Iklim
Selain menawarkan manfaat ekonomi, sektor pesisir dan kelautan memiliki potensi dalam mengatasi perubahan iklim. Sebagai contoh, budi daya rumput laut sebagai bentuk aksi mitigasi perubahan iklim di sektor ini. Rumput laut memiliki kemampuan menyerap karbon melalui proses fotosintesis dengan daya serap mencapai 173 ton per hektar. Mempertimbangkan budi daya rumput laut sebagai bagian dari aksi mitigasi perubahan iklim juga memberikan peluang bagi masyarakat pesisir untuk berperan aktif dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) (Universitas Gadjah Mada [UGM], 2022). Misalnya, budi daya rumput laut di Desa Lobohede, Kecamatan Hawu Mehara, Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Perubahan iklim yang makin sering terjadi telah menimbulkan kerugian bagi masyarakat. Untuk mencegah dampak tersebut makin parah diperlukan upaya adaptasi yang efektif. Hasil studi CIFOR-ICRAF (2022) menunjukkan bahwa sektor pesisir dan kelautan dapat berperan dalam aksi adaptasi perubahan iklim melalui peningkatan ketahanan iklim. Contoh aksi adaptasi berbasis alam (nature-based solution) adalah restorasi mangrove.
Temuan Mongabay (2021) mengungkapkan, aksi adaptasi ini penting karena mampu meningkatkan ketahanan wilayah pesisir terhadap ancaman banjir dan kenaikan muka air laut akibat perubahan iklim. Merujuk data Kompas (2024), sepanjang tahun 2021–2024 pemerintah menargetkan restorasi mangrove seluas 600 ribu hektar di sembilan provinsi dengan realisasi saat ini mencapai 130 ribu hektar (22%).
Peluang Penciptaan Green Jobs
Dari aspek sosial, sektor pesisir dan kelautan memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja, terutama green jobs. Menurut Bappenas, green jobs adalah pekerjaan yang berkontribusi untuk melestarikan atau memulihkan lingkungan dan mempromosikan pekerjaan yang layak. Studi ILO (2013) memperkirakan bahwa sektor pesisir dan kelautan akan menciptakan sekitar 241.739 green jobs. Menurut Bappenas (2022), contoh green jobs di sektor ini mencakup spesialis konservasi alam dan spesialis sumber daya air.
Selain itu, pariwisata di sektor kelautan menawarkan peluang penciptaan green jobs. Pengembangan pariwisata berkelanjutan, seperti ekowisata dan wisata selam yang mendukung keberlanjutan lingkungan berpotensi menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
Baca Juga: Green Jobs: Pekerjaan Ramah Lingkungan
Pengembangan pariwisata ini juga dapat meningkatkan pendapatan ekonomi lokal melalui pengenaan pajak dari hotel, restoran, dan objek wisata (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2021). Contoh green jobs yang muncul dari pengembangan pariwisata di sektor ini meliputi green hotel specialist, eco-tourism specialist, dan pemandu wisata berkelanjutan (Bappenas, 2022).
Di sisi lain, pengembangan energi terbarukan dari gelombang laut berpotensi menciptakan green jobs di sektor kelautan. Jenis energi terbarukan ini dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) (2023) potensi energi laut yang dapat diubah menjadi energi listrik mencapai 60 GW dan tersebar di 17 lokasi. Pengembangan teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, namun juga menciptakan lapangan pekerjaan baru. Pekerjaan tersebut mencakup penelitian dan pengembangan, instalasi, serta pemeliharaan infrastruktur energi terbarukan.
Menurut Bappenas (2022) contoh green jobs yang akan tercipta dari pengembangan energi terbarukan di sektor kelautan meliputi ahli pembangkit listrik energi terbarukan, spesialis efisiensi energi, analis energi, dan operator pembangkit listrik.
Untuk mengoptimalkan potensi green jobs di sektor pesisir dan kelautan, diperlukan ekosistem pendukung agar memastikan green jobs yang tercipta berkontribusi pada pelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dapat berperan aktif dengan meningkatkan kesadaran masyarakat, merumuskan kebijakan dan regulasi, menyediakan pendanaan atau insentif, serta menjalin kolaborasi dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk mendorong pertumbuhan green jobs di sekor ini.
Pengembangan kompetensi sumber daya manusia juga menjadi aspek krusial dalam menciptakan green jobs di sektor pesisir dan kelautan. Lembaga pendidikan dan pelatihan perlu mengembangkan standar kompetensi, kurikulum, dan metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja. Lembaga sertifikasi dapat berperan dalam melakukan asesmen dan sertifikasi kompetensi hijau. Langkah ini untuk memastikan tenaga kerja yang tersertifikasi memiliki keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan green jobs.
Baca Juga: Hari Keterampilan Pemuda Sedunia: Mempersiapkan Pemuda Berkarier di Green Jobs dengan Green Skills
Swasta juga berperan penting dalam pengembangan green jobs di sektor pesisir dan kelautan. Swasta dapat terlibat dengan menyediakan peluang magang khususnya bagi mahasiswa atau fresh graduate untuk mendapatkan pengalaman praktis.
Contoh praktik baik dalam pengembangan green jobs di sektor pesisir dan kelautan bisa dilihat dari Australia. Negara ini berhasil mengembangkan ekowisata di Great Barrier Reefs. Inisiatif ini telah menyumbang lebih dari USD 6,4 miliar per tahun bagi perekonomian Australia dan menciptakan sekitar 64.000 green jobs. Keberhasilan ini membuktikan bahwa pertumbuhan green jobs di sektor pesisir dan kelautan bukan sekadar teori, melainkan realitas yang dapat diwujudkan. Indonesia dapat mengambil pelajaran dari praktik baik ini dengan mengadopsi beberapa pembelajaran yang relevan untuk diterapkan dalam konteks lokal.
Keberhasilan dalam menciptakan green jobs di sektor pesisir dan kelautan dapat mempercepat transisi menuju ekonomi hijau yang mempertimbangkan aspek lingkungan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat.