Peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) memicu dampak perubahan iklim makin parah. Untuk mengurangi dampak ini, sektor industri memiliki peluang mewujudkan net zero emission.
KOAKSI INDONESIA—Kerugian yang disebabkan oleh perubahan iklim makin nyata dirasakan oleh masyarakat di berbagai tingkatan, mulai dari global, nasional, hingga daerah. Perubahan iklim yang makin parah ini disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) dari berbagai sektor, termasuk industri.
Laporan inventarisasi GRK yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa pada tahun 2022 total emisi GRK nasional mencapai 1.228,72 juta ton CO2e. Dari jumlah tersebut, sektor industri (proses industri dan penggunaan produk) menyumbang sekitar 59,19 juta ton CO2e atau 4,8% dari total emisi GRK nasional. Meskipun angka ini relatif kecil dibandingkan dengan sektor lain, sektor industri tetap memiliki peran dalam mengurangi emisi GRK guna mencapai netral karbon atau net zero emission.
Baca Juga: Menarik Narasi Green Jobs dari Perspektif Swasta: dari Cleantech hingga Pemberdayaan Inklusivitas
Dalam rangka meningkatkan kesadaran publik terutama kalangan industri, Koaksi Indonesia, yang diwakili oleh A. Azis Kurniawan selaku Manajer Kebijakan dan Advokasi, berkesempatan menjadi narasumber dalam diskusi daring yang diselenggarakan oleh Satuplatform.
Satuplatform adalah platform all-in-one yang menyediakan solusi komprehensif untuk manajemen ESG (environmental, social, and governance), manajemen karbon, dan pelaporan keberlanjutan. Diskusi daring ini disiarkan secara langsung melalui akun Instagram resmi Satuplatform pada Jumat, 13 September 2024 pukul 14.00–15.00 WIB. Diskusi yang berbentuk Live Instagram ini dimoderatori oleh Yaumil Fadhilah, Marketing Communication Satuplatform.
Peluang dan Tantangan Industri dalam Mewujudkan Net Zero Emission
Diskusi dimulai dengan penjelasan terkait rekam jejak Koaksi Indonesia dalam mendorong net zero emission. Manajer Kebijakan dan Advokasi yang biasa disapa Azis menekankan bahwa transisi energi berkeadilan memiliki potensi dalam mendukung tercapainya net zero emission.
“Koaksi Indonesia menggunakan berbagai pendekatan seperti riset, kampanye, dan advokasi untuk mendorong transisi dari energi fosil ke energi terbarukan. Sebagai contoh, dalam melaksanakan advokasi transisi energi berkeadilan, Koaksi Indonesia biasanya menyelenggarakan multistakeholder dialogue,” kata Azis.
Selanjutnya, diskusi berfokus pada peran sektor industri dalam mencapai net zero emission. Azis menjelaskan bahwa sektor industri memiliki peluang untuk mengurangi emisi GRK. Misalnya, beralih ke bisnis ramah lingkungan, menerapkan efisiensi energi, menggunakan energi terbarukan, dan mengadopsi teknologi rendah karbon.
Azis juga menyoroti tantangan yang dihadapi sektor industri dalam mencapai net zero emission. “Meskipun teknologi rendah karbon sudah tersedia, penerapannya masih terbatas karena biaya yang tinggi dan kurangnya infrastruktur pendukung. Di samping itu, banyak perusahaan yang ragu untuk berinvestasi pada teknologi hijau karena ketidakpastian ekonomi dan regulasi,” tegas Azis.
Praktik Baik Komitmen Industri Mengurangi Emisi GRK
Pada kesempatan tersebut, Azis memberikan contoh perusahaan yang berkomitmen mendukung tercapainya net zero emission. Sebagai contoh, sejak 2014 L’Oréal Indonesia mulai beralih ke energi terbarukan. “Pabrik mereka di Cikarang menggunakan listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Bahkan, L’Oréal Indonesia mengklaim telah menerapkan 100% energi terbarukan di seluruh situs operasionalnya,” jelas Azis.
Azis menambahkan, beberapa perusahaan telah menerapkan prinsip ekonomi sirkular untuk mengurangi sampah dan emisi. “Perusahaan seperti Rebricks, Rekosistem, Sebumi, dan Waste4Change telah melakukan daur ulang sampah menjadi produk bernilai ekonomi.”
Baca Juga: Mengenal Sistem Pencatatan Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia
Di subsektor transportasi, Azis menyebutkan beberapa perusahaan seperti Hyundai dan Wuling mulai memproduksi kendaraan listrik. “Adopsi kendaraan listrik oleh industri otomotif dapat berkontribusi mengurangi jejak karbon dari subsektor transportasi,” lanjutnya.
Sebagai bentuk komitmen mendorong net zero emission, Azis menjelaskan bahwa Koaksi Indonesia telah mengadopsi teknologi energi terbarukan seperti solar panel. Di samping itu, Koaksi Indonesia menerapkan prinsip ekonomi sirkular, mulai dari memilah sampah, melakukan pengomposan sampah organik, hingga mendaur ulang sampah anorganik yang dikelola oleh pihak ketiga.
Kolaborasi Seluruh Pemangku Kepentingan
Menjelang akhir diskusi, Azis menegaskan bahwa pencapaian net zero emission tidak hanya tanggung jawab industri, masyarakat dan pemerintah juga memiliki peran dalam mempercepat pencapaian target ini.
Masyarakat terutama generasi muda dapat berkontribusi melalui perubahan perilaku, seperti menerapkan gaya hidup berkelanjutan (sustainable lifestyles). Pemerintah juga dapat beralih ke pembangunan rendah karbon dengan menerapkan ekonomi hijau. Sebagai contoh, pemerintah dapat menyusun kebijakan atau memberikan insentif untuk mendorong perusahaan beralih ke bisnis ramah lingkungan.
“Kolaborasi kolektif antara pemerintah, industri, dan masyarakat perlu didorong karena menjadi kunci dalam mencapai net zero emission. Selain itu, diskusi seperti ini perlu terus dilakukan dan diperluas agar lebih banyak pihak terlibat dan berkomitmen untuk mewujudkan net zero emission,” tutup Azis.