Industri otomotif dunia sedang bergerak menuju kendaraan berbahan bakar listrik atau electric vehicle (EV). Banyak negara tidak terkecuali Indonesia ikut bergabung meramaikan revolusi teknologi ini, sekaligus menjadi langkah untuk menjawab dua isu dunia, yakni cadangan bahan bakar minyak yang semakin menipis dan polusi udara. Soal pencemaran udara sendiri, Indonesia sudah berkomitmen memangkas , sebagaimana hasil dari Konferensi Perubahan Iklim Paris yang digelar pada tahun 2015 atau yang dikenal dengan COP21.
Untuk mewujudkan rencana tersebut, pemerintah mulai mengampanyekan kendaraan listrik sebagai alternatif moda transportasi. Potensi penggunaan kendaraan listrik ini juga mulai mendapat tanggapan dari berbagai pihak, didukung juga dengan Peraturan Presiden (Perpres) yang sudah dinanti-nanti publik.
Pada Diskusi Publik #RuangAksi13 dengan tema Komersialisasi Kendaraan Listrik, Koaksi Indonesia mengajak Direktur Utama PT Transjakarta Agung Wicaksono, GM Strategic Partnership & New Ventures Blue Bird Group Prayoga Widiasuria, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia Jakarta Tory Damantoro dan Direktur Eksekutif Koaksi Indonesia Nuly Nazlia. Dimoderasi oleh Manajer Kampanye Koaksi Indonesia Juris Bramantyo, audiens dan narasumber diajak untuk bertukar pikir menghadapi fenomena kendaraan listrik saat ini.
Mengacu pada data dari Dinas Lingkungan Hidup Juli lalu, 75% penyumbang emisi di Jakarta ialah dari sektor transportasi. Tidak mau menyumbang polusi lebih lanjut, Transjakarta saat ini sedang dalam uji coba bus dengan bahan bakar listrik. Agung menjelaskan, setiap tahunnya Transjakarta mendapat subsidi sebesar 3,2 triliun untuk operasional. Dengan beralih ke bus listrik, Transjakarta dapat berhemat bahan bakar hingga Rp1000 per kilometer. Agung optimis bahwa Transjakarta dan transportasi umum lainnya mampu mengurangi polutan utama di Jakarta sekaligus penghematan dari sisi bahan bakar, jika sudah beralih ke kendaraan listrik.
Serupa dengan Transjakarta, Blue Bird Group juga sudah memulai langkah dengan meluncurkan taksi listrik pada April 2019 lalu. Pada prosesnya, ternyata taksi listrik ini mendapat sambutan positif dari berbagai pihak. Yang masih menjadi kendala ialah masih minimnya stasiun pengisian baterai bagi Transjakarta dan Blue Bird. Selain itu, penerapan kendaraan listrik juga harus diimbangi dengan peningkatan jumlah pembangkit listrik yang menggunakan energi terbarukan.
Sebagai pegiat di sektor transportasi, Damantoro meyakinkan bahwa kedepannya kendaraan listrik mampu menjadi alternatif jika didukung dengan regulasi yang tepat, seperti insentif karena harganya yang mungkin masih tinggi. Penuh harap kedepannya regulasi ini mendapat dukungan dari berbagai sektor terkait kebijakan, agar mampu memberikan dampak positif untuk pencegahan polusi.
Tak hanya infrastruktur yang harus selalu didukung, kebutuhan sumberdaya manusia pun harus mumpuni pada bidang-bidang terkait energi terbarukan. Nuly menekankan bahwa kedepan akan ada enam juta peluang kerja di bidang Green Jobs sesuai kebutuhan seperti teknisi solar panel atau teknisi mobil listrik yang beberapa tahun kedepan akan jadi rebutan. Kesempatan yang besar bagi orang muda untuk memenuhi posisi yang kelak dicari-cari oleh industri.
Mari kita bayangkan kota yang bebas polusi dan bebas macet. Apakah itu mustahil dapat diterapkan di Jakarta? Tentu saja tidak! Ada banyak hal yang menyebabkan polusi udara semakin menjadi, namun salah satu langkah yang dapat kita lakukan dimulai dari kita sendiri ialah dengan menggunakan transportasi publik untuk beraktivitas setiap hari. Besar harapan kita semua kendaraan listrik dapat segera diadaptasi oleh moda transportasi publik, tinggal warganya perlahan beradaptasi untuk menjadi lebih baik dengan menggunakan transportasi publik!
_____
Ruang Aksi adalah wujud implementasi dari fokus kampanye dan penjangkauan publik untuk penguatan pemahaman dan peningkatan percepatan publik melalui kegiatan diskusi publik.
(Coaction/Gaby)