Satu panggung besar festival musik yang inovatif untuk menumbuhkan kesadaran terhadap ancaman perubahan iklim yang kian nyata.
KOAKSI INDONESIA–Kawasan hijau Biji World di Ubud, Bali, menjadi pusat perhatian para pencinta musik, aktivis lingkungan, dan komunitas kreatif dalam perhelatan IKLIM Fest pada 9 November 2024. Acara yang diselenggarakan oleh Music Declares Emergency Indonesia dengan beberapa dukungan organisasi, salah satunya dari Yayasan Koaksi Indonesia, ini mengajak ribuan pengunjung untuk bersatu menyuarakan krisis iklim melalui festival musik yang inovatif dan penuh pesan keberlanjutan. Dengan tema utama “No Music on a Dead Planet”, IKLIM Fest menggabungkan seni, edukasi, dan aksi nyata dalam satu panggung besar untuk menumbuhkan kesadaran iklim.
Festival ini juga menandai peluncuran album sonic/panic vol. 2, kompilasi musik yang dikemas oleh IKLIM dan Alarm Records, label rekaman pertama di Indonesia yang berfokus pada isu lingkungan. Dalam album ini, 15 musisi dari berbagai genre, termasuk Efek Rumah Kaca, Voice of Baceprot, Asteriska, Petra Sihombing, dan lainnya, bersatu menyuarakan urgensi krisis iklim. Lirik-lirik kuat dan aransemen musik yang indah diharapkan dapat menggugah kesadaran pendengar bahwa perubahan iklim merupakan tantangan nyata yang harus dihadapi bersama.
Baca Juga: Semarak #SuaraBaeDariTimur dalam Puncak Pergelaran Pesta Raya Flobamoratas 2024
Di antara alunan musik yang menggema, festival ini juga dipenuhi berbagai instalasi dan pesan iklim yang ditampilkan dalam bentuk tulisan provokatif, seperti “Bumi Kelewata(an) Panasnya. Ulah Siapa?” yang tersebar di beberapa titik acara. Pesan-pesan ini sengaja ditempatkan untuk mengingatkan pengunjung tentang kenyataan perubahan iklim yang makin mengancam. Dengan gaya yang lugas dan langsung, tulisan-tulisan ini mendorong refleksi bagi siapa pun yang membacanya, mengajak mereka bertanya dalam diri, “Apakah saya sudah melakukan cukup untuk menjaga lingkungan?” dan “Bagaimana saya bisa berperan lebih dalam menjaga bumi kita?”
Koaksi Indonesia Menyebarluaskan Aksi Nyata untuk Perubahan Iklim
Sebagai mitra utama dalam penyelenggaraan acara ini, Yayasan Koaksi Indonesia memiliki peran penting dalam menyajikan informasi edukatif dan mendalam mengenai dampak perubahan iklim serta solusi yang bisa diambil bersama. Di gerai Koaksi Indonesia, pengunjung dapat menemukan berbagai informasi mengenai aksi nyata yang sudah dan akan dilakukan dalam memajukan pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Koaksi Indonesia, yang berdiri dengan visi menjadikan keberlanjutan sebagai prioritas utama pembangunan di Indonesia, turut berperan memperkenalkan upaya-upaya strategis dalam menghadapi perubahan iklim, mulai dari pemberdayaan komunitas lokal hingga kolaborasi dengan berbagai pihak untuk advokasi kebijakan.
Di stan pamerannya, Koaksi Indonesia juga menayangkan Film “Climate Witness”. Film yang menampilkan cerita-cerita nyata dari masyarakat di Nusa Tenggara Timur yang mengalami dampak langsung perubahan iklim ini sungguh menyentuh emosi. Tidak hanya menampilkan sisi kerentanan komunitas tersebut, film ini menunjukkan semangat ketangguhan mereka dalam beradaptasi. Melalui “Climate Witness”, pengunjung dapat melihat bahwa krisis iklim bukanlah isu yang jauh, tetapi sangat dekat dengan kehidupan kita, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rentan.
Tidak ketinggalan, Koaksi Indonesia memperkenalkan Greenjobs.id, platform digital yang berfokus pada informasi pekerjaan ramah lingkungan di Indonesia. Dengan Greenjobs.id, Koaksi Indonesia berharap dapat menginspirasi generasi muda untuk berkarier di sektor hijau, mendukung pertumbuhan lapangan kerja yang berkelanjutan, dan memfasilitasi pencarian pekerjaan yang relevan dengan bidang keberlanjutan. Kehadiran Greenjobs.id merupakan langkah nyata untuk mendorong minat publik, khususnya anak muda, untuk terlibat aktif terhadap pelestarian lingkungan melalui profesi yang mendukung transisi ke ekonomi hijau.
Musik Sebagai Medium Perjuangan untuk Bumi
Pesan yang dibawa dalam IKLIM Fest sangat jelas: musik tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat untuk menyuarakan keresahan dan memobilisasi aksi bersama menghadapi krisis iklim. Asteriska, salah satu musisi yang terlibat, mengungkapkan harapannya melalui partisipasinya di album sonic/panic vol. 2, “Sebagai musisi, kami punya tanggung jawab untuk menggunakan platform kami untuk menyuarakan perubahan. Musik dapat menyentuh hati, menciptakan momen refleksi, dan mendorong pendengar untuk bergerak.”
Selain musik, diadakan berbagai aktivitas berkaitan dengan lingkungan. Dalam lokakarya yang dipandu oleh pakar iklim dan pegiat lingkungan, pengunjung dapat mengikuti diskusi interaktif yang membahas solusi praktis untuk beradaptasi dan berkontribusi dalam menghadapi perubahan iklim. Sementara itu, di pasar komunitas ditampilkan produk-produk ramah lingkungan hasil karya pengrajin lokal, sebagai salah satu bentuk nyata dari gaya hidup yang lebih berkelanjutan.
Menghubungkan Komunitas, Menumbuhkan Kesadaran
Dengan berbagai kegiatan yang berfokus pada edukasi iklim, IKLIM Fest memberikan ruang bagi masyarakat untuk belajar dan memahami lebih dalam mengenai krisis iklim. Koaksi Indonesia dan IKLIM berharap, para pengunjung dapat pulang dengan membawa pengetahuan baru serta dorongan untuk melakukan aksi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di era ketika perubahan iklim merupakan ancaman nyata, setiap individu memiliki tanggung jawab untuk berperan aktif dalam menciptakan dunia yang lebih baik.
Baca Juga: Artivism: Ketika Aksi Iklim Bertemu dengan Karya Seni
IKLIM Fest menjadi panggilan bagi kita semua—musisi, aktivis, komunitas, dan masyarakat luas—untuk bergandengan tangan menghadapi krisis iklim. Dengan musik sebagai medium, seni sebagai refleksi, dan aksi nyata sebagai tujuan, mari kita jaga bumi ini untuk generasi mendatang.