Sebagai wilayah pesisir yang rentan terhadap perubahan iklim, Kota Kupang dan Kabupaten Kupang tidak mau menyerah. Jelajahi setiap sudutnya untuk mendapatkan buktinya.
KOAKSI INDONESIA—Sejak 2021, Koaksi Indonesia tergabung dalam program Voices for Just Climate Action (VCA). Dalam program kerjanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), VCA terbagi dalam empat koalisi. Koaksi Indonesia bersama Yayasan Pikul yang tergabung dalam Koalisi Sipil, salah satu koalisi VCA, berfokus pada advokasi kebijakan, peningkatan kapasitas, dan penyadartahuan publik di tingkat nasional dan tapak, khususnya di Kota dan Kabupaten Kupang.
Selama menjalankan program kerja, Koalisi Sipil mendapatkan banyak inspirasi dan pengalaman berharga. Misalnya, melihat kehidupan masyarakat pesisir yang terdampak langsung perubahan iklim, berkontribusi langsung dalam agenda perubahan iklim dengan memberdayakan komunitas lokal, dan mengimplementasikan solusi berkelanjutan yang berdampak nyata.
Setelah tiga tahun berjalan, banyak potensi daerah NTT terutama wilayah kerja Koalisi Sipil di Kota dan Kabupaten Kupang yang dapat dikembangkan. Salah satunya adalah pariwisata. Berada di daerah pesisir laut, Kota dan Kabupaten Kupang menawarkan banyak keanekaragaman ekosistem pesisir seperti ekosistem mangrove dan pantai.
Menilik potensi mangrove Desa Tanah Merah, Kabupaten Kupang, yang dikelola oleh Joni Mesakh, salah satu tokoh dalam Film “Climate Witness” 2022 misalnya. Om Joni, panggilan akrab Joni Mesakh, telah berhasil meningkatkan potensi kawasan mangrove hingga 107,75 ha. Om Joni banyak diminta bantuan untuk menyediakan bibit mangrove dan lahan untuk dijadikan kegiatan bersama menanam mangrove oleh organisasi maupun corporate social responsibility (CSR) dari beberapa organisasi.
Selain potensi mangrove di Desa Tanah Merah, wilayah Desa Oesapa yang terkenal dengan kampung nelayan tempat tinggal salah satu tokoh Film “Climate Witness” 2023, Muhammad Mansur Dokeng (Om Dewa), juga memiliki potensi mangrove yang dapat dikembangkan. Om Dewa juga mengajak anak-anak dan kelompok nelayan untuk senantiasa melakukan aksi iklim dan menjaga wilayah laut agar tidak tercemar.
Mengenal Lebih Dekat NTT
NTT dikelilingi oleh lima pulau besar yang dikenal dengan Istilah Flobamorata (Flores, Sumba, Timor, Alor, dan Lembata). Dengan total luas wilayah 46.446,64 km2, pulau ini terbagi atas 21 kabupaten dan 1 kota.
Provinsi NTT dapat dikunjungi menggunakan jalur udara dengan durasi penerbangan kurang lebih 3 jam dari Jakarta. Penerbangan bisa dilakukan langsung dari Bandara Soekarno – Hatta di Kota Tangerang menuju Bandara El Tari di Kota Kupang. Karena Kota Kupang masuk ke zona waktu Indonesia bagian tengah (WITA), perjalanan keberangkatan menjadi 4 jam, sedangkan perjalanan kembali dari Kota Kupang menjadi 2 jam saja.
Dalam data Badan Pusat Statistik Provinsi NTT, tren perjalanan wisatawan di NTT mengalami kenaikan dari tahun 2021–2023. Jenis kunjungan wisata bahari dan kuliner merupakan yang paling tertinggi di tahun 2023, dengan persentase 33,10% (wisata bahari) dan 37,48% (wisata kuliner).
Panorama provinsi paling selatan Indonesia ini memiliki keunikan tersendiri. Wilayahnya yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan gugusan batu besar berlubang seperti karang menjadikan provinsi ini mendapat sebutan Kota Karang.
Baca Juga: Menyuarakan Aksi Perubahan Iklim pada Festival Forum KTI IX 2023
Kota Kupang merupakan Ibu Kota Provinsi NTT yang terletak di Pulau Timor dengan sajian panorama pesisir di berbagai titik kotanya. Beberapa di antaranya adalah Pantai Pasir Panjang, Pantai Lasiana, dan Pelabuhan Tenau di Alak. Tidak jauh dari Kota Kupang, terdapat destinasi lainnya seperti Gua Kristal dan Pantai Oesina yang terletak di Kabupaten Kupang.
Selain destinasi alam, Kota Kupang menyajikan destinasi kuliner khas melalui kedai kopi dan rumah makan. Tidak hanya rasa kulinernya yang menggugah selera, kedai tersebut memiliki interior yang unik dan nyaman, sehingga kita tidak perlu khawatir merasa jenuh selama berada di kota ini. Ditambah dengan pusat perbelanjaan buah tangan khas NTT yang tersedia lengkap di Dekranasda Provinsi NTT.
Mengitari Kota Kasih yang Memesona
Selain berjuluk Kota Karang, Kupang dikenal sebagai Kota Kasih yang merupakan akronim dari Karya, Aman, Sehat, Indah, Harmonis. Julukan ini tak lepas dari keramahtamahan penduduk dan toleransi agama yang kuat. Walaupun masih terbilang kurang populer sebagai destinasi wisata di NTT, Kota dan Kabupaten Kupang menyuguhkan pesona pantai yang menawan. Kuliner laut dan kopi yang menjadi hasil alam unggulan juga menjadi daya tarik yang sayang untuk dilewatkan.
Destinasi Wisata Alam
Pantai Pasir Panjang
Terhampar di sepanjang pesisir dengan pasir putih halus membuat pantai ini menjadi tempat sempurna untuk melepaskan diri dari hiruk-pikuk kehidupan kota. Saat matahari terbenam, Pantai Pasir Panjang menyajikan panorama luar biasa. Suasana tenang di pantai ini, ditambah dengan angin sepoi-sepoi yang menyejukkan dan kehadiran warung-warung lokal di sekitar pantai yang menyajikan kuliner khas Kupang seperti jagung bakar dan ikan segar menambah daya tarik bagi para wisatawan.
Pantai Lasiana
Keunikan Pantai Lasiana terletak pada bangunan beraksen putih dan airnya yang biru jernih meningkatkan keindahan pandang pada pantai yang sering disebut OCD ini. Sepanjang jalan di pinggir pantai terdapat tembok semen yang cukup tinggi dan lampu jalanan, sehingga pada malam hari pun kita tetap aman berjalan-jalan di sini. Saat siang hari, cuacanya cukup terik karena panas matahari. Namun, kita tetap bisa menikmati sepoi angin dengan memasuki kafe yang berjejeran. Pada malam hari, kafe-kafe itu akan menyuguhkan live music untuk memanjakan pengunjung.
Deretan bangunan dan jalanan bersih terawat menemani perjalanan menyusuri Pantai Lasiana/Ridwan Arif
Gua Kristal
Tidak jauh dari Kota Kupang, terdapat Gua Kristal di Desa Bolok, Kecamatan Kupang Barat. Seperti namanya kristal, air dalam gua ini terlihat sangat jernih seperti kristal. Walaupun berair payau, tidak menyurutkan para pelancong untuk datang dan berenang. Jarak menuju dasar gua tidak terlalu jauh, namun cukup terjal dan licin struktur batuannya, sehingga disarankan untuk melepas alas kaki saat memasuki gua ini. Oleh karena itu, lebih baik memasuki area gua ditemani pemandu.
Pantai Oesina
Pantai ini terletak di Kupang Barat yang memakan waktu perjalanan darat sekitar 1 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Pemandangan hamparan laut biru dapat memanjakan mata kita. Pantai ini sudah memiliki pengelolaan yang baik dari Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Lifuleo. Terdapat saung-saung untuk wisatawan berteduh dan beristirahat. Selain itu, pada kawasan wisata ini terdapat Pusat Informasi Ekowisata (PIE) TNP Laut Sawu yang menyajikan informasi mengenai ekosistem laut ini.
Wisata Kuliner
Ikan Bakar Mama Majelis Nelayan
Kuliner masyarakat pesisir tentu tidak lepas dari olahan seafood. Olahan dari biota laut ini dapat kita rasakan hampir di sepanjang jalan selama di Kupang. Salah satu yang patut dicoba adalah olahan ikan bakar Mama Majelis Nelayan Bersatu Kota Kupang yang terletak di Unit Pengolahan Ikan (UPI) di depan Kelurahan Pasir Panjang. Perpaduan yang cocok sembari menikmati suasana Kota Kupang ditemani sajian ikan bakar dalam porsi cukup besar.
999 Resto Kupang
Alternatif tempat makan seru lainnya adalah 999 Resto Kupang. Berada di tepi laut dan dekat dengan mercusuar, tempat ini menarik untuk dikunjungi. Pilihan makanannya sangat banyak, dari olahan daging sampai seafood. Makanan favorit yang sering dipesan pengunjung adalah Sei Sapi Pascoti. Di sini juga dijual makanan beku terutama olahan sei yang bisa dijadikan oleh-oleh untuk keluarga dan teman.
Melepas Penat di Kedai Kopi
Apabila ingin menikmati suasana kota dengan lebih santai sembari minum kopi, beberapa kedai kopi berikut bisa dicoba.
My Kopi O
Kafe dua lantai ini menawarkan interior menarik dengan kursi berbahan kayu berbentuk unik. Dengan konsep ruang terbuka, kita dapat melihat pemandangan pulau di seberang ditemani sepoi angin.
Kafe Tebing
Waktu terbaik untuk menikmati matahari terbenam selain di pantai adalah di Kafe Tebing. Latar kafe yang menyuguhkan pemandangan dari Pelabuhan Tenau, Kupang ini sangat menarik untuk dijadikan spot menikmati sang surya tenggelam. Walaupun interior di dalamnya sederhana, sangat sepadan dengan pemandangan laut dan pelabuhan.
Kafe Maida
Apabila menginginkan suasana lebih tenang, dapat mengunjungi Kafe Maida yang berada di dalam kota di dekat Taman Nostalgia (Tamnos). Dengan harga relatif terjangkau, kafe ini menyuguhkan tema “pedesaan Jepang” yang lucu. Di sini, kita juga dapat bermain bersama teman maupun keluarga karena disediakan beragam kartu seperti UNO dan kartu remi.
Kafe Paradox
Jika datang ke Kota Kupang, rasanya tidak lengkap jika tidak mengunjungi Kafe Paradox. Kafe di tengah Kota Kupang ini selalu ramai oleh muda-mudi. Menyembul di antara restoran fastfood, kafe ini terlihat menonjol dengan interiornya yang sangat modern. Kafe yang didirikan pada 2019 ini tidak hanya menjual kopi lokal berkualitas, namun juga memadukan kreativitas dan budaya, sehingga menjadi pusat komunitas bagi pekerja kreatif dan pencinta kopi. Harganya terbilang cukup mahal, namun sepadan dengan pelayanan dan rasa kopinya.
Baca Juga: Keadilan Iklim untuk Masyarakat Pesisir
Perjalanan kami kali ini memang telah berakhir. Namun, satu pelajaran berharga yang terus tersimpan di dalam hati dan pikiran kami adalah memelihara alam akan memelihara kehidupan. Pantai dan mangrove yang terawat dapat menjadi sumber mata pencaharian masyarakat. Menghidupkan pariwisata setempat melalui kekayaan alam dan kuliner yang juga dihasilkan dari alam. Kota dan Kabupaten Kupang telah membuktikannya.