Skip links
Foto bersama peserta Climate Circle dengan Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia Lutfi Dananjaya (depan, kelima dari kiri)/Dok. Climate Circle

Jangan Tunggu Puting Beliung Rancaekek Lainnya, Anak Muda Tunjukkan Peran, Pahami Isu Lingkungan!

Foto bersama peserta Climate Circle dengan Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia Lutfi Dananjaya (depan, kelima dari kiri)/Dok. Climate Circle
Foto bersama peserta Climate Circle dengan Manajer Komunikasi dan Kampanye Koaksi Indonesia Lutfi Dananjaya (depan, kelima dari kiri)/Dok. Climate Circle

KOAKSI INDONESIA—Bencana alam akibat perubahan iklim nyata kita rasakan, terbaru, Rancaekek diterjang angin puting beliung/microscale tornado berkecepatan 65km/jam pada Rabu 21 Februari 2024.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat mencatat angin puting beliung di perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang merusak 534 bangunan dengan 835 kepala keluarga terkena dampaknya.

Data yang sama menyatakan 33 orang korban mengalami luka akibat tertimpa material saat angin kencang menerjang. Terdapat 5 kecamatan yang terdampak, yaitu Rancaekek, Cicalengka, dan Cileunyi di Kabupaten Bandung serta Kecamatan Jatinangor dan Cimanggung di Kabupaten Sumedang.

Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Eddy Hermawan menjelaskan beralih fungsinya kawasan hijau menjadi kawasan industri di wilayah Rancaekek menjadi penyebab terjadinya angin puting beliung.

“Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah menjadi hutan beton,” ujar Eddy dalam keterangan tertulis mengutip laman BRIN, Jumat 23 Februari 2024.

Baca Juga:  Green Jobs Class #3: Cara Bikin CV yang Pasti Diundang Wawancara

Perubahan iklim nyata memberikan dampak yang merusak. Anak muda sebagai agen perubahan idealnya tergerak untuk mencermati kondisi lingkungan, mulai dari lingkup terkecil. 

Ikatan Pelajar Muhammadiyah, organisasi berbasis massa pelajar, melalui Bidang Lingkungan Hidup mengadakan kegiatan Climate Circle sebagai wadah pelajar Muhammadiyah untuk mengenal dan memahami isu-isu lingkungan yang terjadi.

Acara ini menyuguhkan banyak pengetahuan melalui materi mengenai pemahaman tentang isu perubahan iklim dan emisi karbon, cara berkampanye yang baik, serta solusi mengatasi perubahan iklim melalui green jobs.

Materi cara berkampanye yang baik disampaikan oleh Greenpeace Indonesia. Organisasi ini menekankan kegiatan kampanye massa tanpa kekerasan. Dengan paparan materi ini diharapkan anak muda tetap menjaga keselamatan diri dan pihak lain dalam berkampanye.

Turut hadir juga Yayasan Indonesia CERAH dengan papan permainan EMISI. Permainan ini menyimulasikan pengaruh berbagai aktivitas terhadap kondisi ekonomi dan lingkungan suatu negara, dengan fokus pada emisi karbon yang dihasilkan.

Peserta Climate Circle sedang bermain papan permainan EMISI/Dok. Climate Circle
Peserta Climate Circle sedang bermain papan permainan EMISI/Dok. Climate Circle

Climate Circle dilanjutkan dengan pemaparan peran anak muda dalam aksi mengurangi krisis iklim melalui green jobs oleh Koaksi Indonesia yang diwakili oleh Lutfi Dananjaya, Manajer Komunikasi dan Kampanye.

Lutfi memaparkan dampak perubahan iklim yang tengah dirasakan oleh masyarakat. Dia mencontohkan angin puting beliung yang menerpa Rancaekek di Kabupaten Bandung sebagai dampak perubahan iklim.

“Menurut IPCC yang merupakan kumpulan ilmuwan seluruh dunia untuk perubahan iklim mengatakan bahwa di tahun 2030, permukaan air laut akan bertambah 829 cm,” tutur Lutfi.

Perubahan iklim juga berdampak pada mata pencarian masyarakat pesisir pantai. Lutfi mencontohkan nelayan yang terdampak perubahan iklim, sehingga mereka harus mencari ikan dengan jarak melaut yang lebih jauh. 

Beberapa bencana alam yang terjadi dapat menyadarkan masyarakat bahwa perubahan iklim nyata terjadi dan memberikan dampak negatif. Oleh karena itu, anak muda bisa menyuarakan anomali iklim ini kepada masyarakat maupun pemerintah untuk melakukan perubahan yang lebih baik.

“Sebagai anak muda, kita bisa menjadi seperti Greta Thunberg, yang ketika berusia 15 tahun rela bolos sekolah untuk menyuarakan perubahan iklim kepada pemerintah Swedia. Kita pun bisa menjadi Greta-greta lainnya melalui berbagai platform,” ucap Lutfi.

Baca Juga:  Wujudkan Aksi Iklim: Panitia Pesta Raya Flobamoratas 2023 Bersama Warga Desa Tanah Merah Tanam Ratusan Mangrove

Dia mengatakan, anak muda dapat mengurangi laju perubahan iklim dengan beberapa langkah sederhana yang bisa dilakukan sehari-hari dan bisa dimulai dari diri sendiri.

“Ada beberapa langkah kecil yang teman-teman bisa lakukan dari diri sendiri, seperti memilih perilaku yang lebih ramah lingkungan. Perilaku itu bisa di-googling. Salah satu langkah yang bisa mengurangi perubahan iklim adalah dengan bekerja di green jobs,” ujarnya.

Lutfi menambahkan bahwa green jobs bisa menjadi salah satu ikhtiar untuk mengatasi perubahan iklim karena green jobs adalah pekerjaan yang layak, inklusif, dan berkelanjutan. 

“RUEN (Rencana Umum Energi Nasional) memiliki skenario pertambahan jumlah tenaga teknis yang dibutuhkan ketika ada teknologi energi terbarukan. Kalau kita melihat potensi lapangan kerja di tahun 2030 ada 432 ribu tenaga teknis, sedangkan di tahun 2050 akan ada 1,2 juta tenaga teknis. Ini belum termasuk yang entrepreneur,” ujar Lutfi.

Dia mencontohkan petani Sansevieria sebagai salah satu pelaku green jobs di Indonesia yang telah menerapkan dua kriteria green jobs, yaitu layak dari segi penghasilan dan berkelanjutan karena mendukung penanaman tanaman penyerap emisi.

“Sebagai contoh petani Sansevieria. Menurutku, mereka sudah termasuk green jobs karena mereka bisa mendapatkan penghasilan yang layak dari hasil ekspor Sansevieria, yang mencapai jutaan rupiah. Kemudian, budi daya tanaman yang mereka lakukan sudah membantu pelestarian lingkungan,” ungkapnya.

Selain itu, Lutfi memberikan contoh praktik baik seorang entrepreneur green jobs dari sektor ekonomi sirkular, yaitu Kertabumi Recycling Center, yang berhasil mengubah sampah plastik menjadi barang bernilai ekonomi tinggi.

Sebagai penutup paparan, dia berpesan bahwa anak muda memiliki kekuatan yang besar untuk mendorong masyarakat dan pemerintah menuju masa depan lingkungan yang lebih baik.

“Anak muda, individu atau kelompok seperti kalian, punya kekuatan untuk mendorong perubahan kebijakan karena suara kalian bisa mengubah sistem. Langkah kita hari ini adalah kemenangan kita,” tutup Lutfi.

Penulis

Beranda
Kabar
Kegiatan
Dukung Kami
Cari