Dalam momentum Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2023, Koaksi Indonesia bersama Teens Go Green Indonesia dan Seasoldier Jakarta menggelar talkshow green jobs “Mimpi Tanpa Polusi” di Gedung Dewi Sartika, Universitas Negeri Jakarta, Jakarta Timur.
KOAKSI INDONESIA —Talkshow green jobs #MimpiTanpaPolusi dibuka dengan sambutan oleh Sahrir Rizki Ramadhan dari Seasoldier Jakarta selaku ketua pelaksana. Memantik diskusi dalam talkshow ini, Sofyan H. Azhari, Biru Voices 2022 (Bicara Udara), memaparkan materi mengenai riset polusi udara di Jakarta.
Sofyan menyampaikan bahwa sumber polusi yang sangat membahayakan tubuh manusia adalah particulate matter 2,5 (PM 2,5), partikel udara yang memiliki ukuran lebih kecil atau sebesar 2,5 µm (mikrometer). “Particulate matter 2,5 atau PM 2,5 ini ukurannya seperti rambut kita dibagi menjadi tujuh bagian dan bentuknya seperti batu,” ujar Sofyan.
Sofyan menambahkan bahwa partikel ini memberikan dampak buruk dalam siklus kehidupan manusia, mulai dari dalam kandungan hingga beranjak tua. Terlebih, kondisi Jakarta dengan polusi udara sudah terjadi sejak tahun 2015.
Baca juga: Green Jobs: Peluang Karir Cemerlang Sembari Melestarikan Lingkungan
“Solusi dari permasalahan polusi udara ini bisa diatasi, salah satunya dengan transisi menuju energi terbarukan yang dapat membuka lapangan pekerjaan baru untuk anak muda,” ujarnya.
Pernyataan tersebut diamini oleh Executive Coordinator Youth Leader Teens Go Green Indonesia, Dede Veriyanto. Peluang pekerjaan untuk anak muda di green jobs terbuka lebar saat energi terbarukan diterapkan di Indonesia. Hal ini didukung dengan visi Indonesia untuk mewujudkan net zero emission dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025—2045.
“Green economy akan mengubah beberapa pekerjaan. Nantinya ada pekerjaan baru, pekerjaan yang tergantikan, pekerjaan yang menyesuaikan green economy,” ujar Dede.
Green economy inilah yang akan melahirkan green jobs di Indonesia dan menjadi pekerjaan yang tren di masa depan.
Membahas mengenai green jobs, Lutfi Dananjaya selaku Communication and Campaign Manager Koaksi Indonesia menambahkan bahwa green jobs tidak melulu tentang bekerja di sektor energi terbarukan.
“Green jobs kalau kita cari istilahnya tidak akan pernah ada habisnya. Sebetulnya tinggal bagaimana cara kita memaknai sesuai dengan posisi kita,” ujar Lutfi.
Dia mengisyaratkan bahwa posisi apa pun saat bekerja bisa dikategorikan sebagai green jobs apabila pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan yang layak dan mendukung pelestarian lingkungan.
Tantangan Anak Muda di Green Jobs
Anak muda di era informasi yang serba cepat dituntut untuk tangguh dan menyesuaikan dengan perubahan global melalui peningkatan diri.
Green skill menjadi jawaban untuk tantangan global dan perlu ditingkatkan oleh anak muda, seperti yang dilakukan oleh Plan Indonesia untuk para petani muda di Nusa Tenggara Timur (NTT).
Maulinna Utaminingsih, Project Manager Urban Nexus dari Plan Indonesia mengatakan bahwa anak muda perlu diberikan kesempatan dan pengarahan untuk menunjukkan kreativitasnya melalui program-program yang ada serta apresiasi yang layak. Dengan begitu, anak muda akan melihat bekerja untuk lingkungan sebagai peluang masa depan yang menjanjikan.
Selain itu, green skill bisa didapatkan ketika mengikuti kegiatan kerelawanan atau volunteer.
Baca juga: Green Jobs: Peluang Kekinian Demi Sekepal Asa Kemakmuran Masa Depan
”Memang awalnya volunteer itu tidak ada benefitnya, tapi coba jadikan itu sebagai kemampuan kamu ke depannya. Dengan kegiatan kerelawanan, anak muda memperoleh banyak benefit untuk meningkatkan kapasitas diri sebelum terjun ke green jobs,” jelas Maulin.
Namun, menurut Maulin, green jobs masih memiliki PR besar untuk meyakinkan anak muda. Green jobs masih dianggap kurang keren dan belum menjadi tren pekerjaan seperti bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau karyawan start-up. Belum lagi, pandangan terkait penghasilan yang tidak menggiurkan menjadi penyebab kurangnya minat anak muda terhadap green jobs.
“Menjadi PR, bagaimana menunjukkan kalau pekerjaan ini menghasilkan cuan . Harus ada role model yang memberikan contoh untuk membuka wawasan anak muda,” ujar Maulin.
Mendorong Anak Muda menuju Green Jobs
Kemudian, Dede Veriyanto mewakili keresahan anak muda yang sudah terjun di pekerjaan lingkungan menanggapi bahwa green jobs akan menjadi tren pekerjaan untuk anak muda di masa depan. Namun, tugas untuk menjadikan green jobs sebagai tren tidak mudah. Diperlukan anak muda yang tangguh untuk menghadapi ketidakpastian pekerjaan bahkan cemooh orang terkait bekerja di bidang lingkungan.
“Kerja untuk alam memang susah. Ibaratnya seperti naik gunung. Awalnya, kita susah dulu, ketika sampai di puncak kita merasakan betapa indahnya alam. Kerja untuk alam itu sama dengan beribadah kepada Tuhan,” ujar Lutfi menyemangati peserta yang hadir.
Kolaborasi dengan pihak terkait untuk menjembatani anak muda dalam meningkatkan kemampuan diri dan ketangguhan juga diperlukan. Plan Indonesia bersama dengan lembaga pemerintah membuat program Generasi Muda Tangguh Bencana untuk mempersiapkan anak muda yang lebih tangguh terhadap perubahan iklim.
“Anak muda perlu meningkatkan kapasitas untuk mempersiapkan peluang diri agar lebih tangguh,” ucap Maulin.
Dede menutup dengan menyemangati peserta yang hadir terkait potensi green jobs sebagai pekerjaan anak muda.
“Aku mau menyampaikan kalau green jobs adalah peluang kerjanya anak muda. Bekerja dan menciptakan green jobs adalah identitasnya anak muda. Anak muda harus diberikan kesempatan dan mencari akses informasi seluas-luasnya terkait green jobs agar berdaya saing tinggi,” ujar Dede sekaligus menutup diskusi siang itu.
Baca juga: Koaksi Indonesia: Penyedia Kerja Perlu Melek Green Jobs dari Sekarang!