Hari Listrik Nasional 27 Oktober menjadi momentum pengingat besarnya peluang Indonesia dalam memajukan energi terbarukan hingga ke tingkat global.
KOAKSI INDONESIA–Sebagai negara kepulauan dengan kekayaan alam melimpah, Indonesia berpotensi menjadi salah satu pemain kunci dalam transisi energi global. Listrik yang dihasilkan dari sumber energi terbarukan menjadi kunci masa depan yang lebih hijau, berkelanjutan, dan efisien.
Potensi Energi Terbarukan Indonesia
Menurut data terbaru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar, mencapai sekitar 3.686 gigawatt (GW). Potensi ini tersebar di berbagai jenis sumber energi, di antaranya tenaga air (hydropower) sekitar 95 GW, panas bumi (geothermal) sekitar 24 GW, angin (wind) sekitar 155 GW, surya (solar) sekitar 3.295 GW, biomassa sekitar 57 GW, dan energi laut sekitar 60 GW.
- Tenaga Air: Indonesia memiliki potensi tenaga air sebesar 95 GW. Dengan kondisi geografis yang dipenuhi sungai besar dan curah hujan yang tinggi, tenaga air menjadi salah satu sumber energi terbarukan yang paling dapat diandalkan. Hingga saat ini, Indonesia baru memanfaatkan sekitar 6% dari potensi tersebut. Dalam beberapa tahun terakhir, pembangunan PLTA (Pembangkit Listrik Tenaga Air) terus meningkat, dan diperkirakan akan memainkan peran penting dalam bauran energi nasional di masa depan.
- Panas Bumi: Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan panas bumi terbesar di dunia, yaitu sekitar 24 GW. Dengan letak geografis di cincin api Pasifik, Indonesia memiliki lebih dari 300 titik potensi panas bumi. Namun, pemanfaatannya baru mencapai 2,5 GW. Pemerintah terus mendorong investasi dan pengembangan di sektor ini karena energi panas bumi memiliki keunggulan sebagai sumber energi yang stabil dan berkelanjutan.
- Energi Surya: Di sektor energi surya, Indonesia memiliki potensi mencapai 3.295 GW. Dengan paparan sinar matahari yang hampir merata sepanjang tahun, terutama di wilayah timur Indonesia, tenaga surya menjadi salah satu pilihan energi terbarukan yang efisien dan mudah diakses. Teknologi panel surya kini makin terjangkau. Beberapa proyek pembangkit listrik tenaga surya skala besar tengah dibangun untuk meningkatkan kontribusi energi surya dalam bauran energi nasional.
- Energi Angin: Potensi tenaga angin Indonesia mencapai 155 GW, terutama di kawasan Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi yang memiliki kecepatan angin ideal. Walaupun kontribusi energi angin dalam bauran energi masih minim, pengembangan di sektor ini terus diupayakan, terutama dengan kehadiran proyek-proyek tenaga angin seperti PLTB Sidrap di Sulawesi Selatan, yang telah beroperasi dan mampu menghasilkan listrik sebesar 75 MW.
- Biomassa dan Energi Laut: Potensi biomassa di Indonesia diperkirakan mencapai 57 GW, terutama dari limbah pertanian dan perkebunan. Sementara itu, energi laut, yang meliputi energi gelombang, pasang surut, dan arus laut, diproyeksikan memiliki potensi sekitar 60 GW. Teknologi di sektor ini terus berkembang. Meskipun kontribusinya masih kecil, pemerintah berharap energi laut dapat menjadi salah satu sumber energi terbarukan masa depan.
Pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2021—2030 juga telah direncanakan pembangunan pembangkit baru sebesar 40,6 GW dengan 51,6% berasal dari pembangkit energi baru dan terbarukan. Dengan kapasitas terbesar berasal dari energi air yang akan menyumbang 26% komposisi pembangkit atau setara dengan 10,4 GW.
PLN mendukung transisi energi menuju net zero emission (NZE) melalui sektor ketenagalistrikan, dengan mengupayakan pengembangan pembangkit tidak hanya terfokus pada 2 pilar, yaitu affordability (least cost) dan security of supply (keandalan). Namun, memperhitungan pilar acceptability (memperhitungkan faktor lingkungan) dalam pertimbangan pemilihan pembangkit.
Efisiensi dan Manfaat Energi Terbarukan
Mengapa Indonesia harus mempercepat transisi ke energi terbarukan? Selain melimpah dan ramah lingkungan, energi terbarukan menawarkan berbagai manfaat ekonomi dan sosial. Menurut laporan terbaru dari International Renewable Energy Agency (IRENA), investasi di energi terbarukan dapat menciptakan lapangan kerja baru, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, serta menurunkan emisi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Efisiensi energi juga merupakan aspek penting. Teknologi yang makin maju, seperti penggunaan panel surya yang lebih efisien dan turbin angin berkapasitas tinggi, memungkinkan Indonesia untuk mendapatkan lebih banyak listrik dengan biaya lebih rendah. Dengan demikian, energi terbarukan dapat bersaing dengan bahan bakar fosil dalam biaya produksi energi.
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah Indonesia menargetkan bauran energi terbarukan mencapai 23% pada tahun 2025. Walaupun target ini masih memerlukan upaya lebih keras, Indonesia telah menunjukkan komitmen untuk mencapai masa depan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Salah satu langkah penting yang diambil adalah penghapusan secara bertahap pembangkit listrik tenaga batu bara dan pengalihan investasi ke energi terbarukan.
Tantangan dan Solusi
Meski potensinya sangat besar, pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih dihadapkan pada beberapa tantangan. Infrastruktur yang belum memadai, akses terhadap pembiayaan, dan regulasi yang kompleks menjadi kendala utama. Namun, dengan adanya komitmen dari pemerintah, sektor swasta, dan lembaga internasional, tantangan ini perlahan-lahan bisa diatasi.
Menurut Badan Keahlian Dewan DPR RI, tantangan kebijakan merupakan salah satu permasalahan yang menjadikan pengembangan EBT terhambat di Indonesia. Belum ada undang-undang khusus terkait EBT, sehingga belum ada jaminan kepastian dan perlindungan hukum bagi usaha pengadaan, pemanfaatan, pengembangan, dan pengelolaan EBT yang berkesinambungan.
Selain itu, distribusi jaringan PLN serta pembangkit belum mampu melistriki seluruh desa di Indonesia. Menurut ESDM pada akhir tahun 2023, jumlah rumah tangga belum berlistrik diproyeksikan sebanyak 185.662 rumah tangga. Sementara sebanyak 140 desa belum dialiri listrik. Dari jumlah tersebut, 12 desa di Provinsi Papua Barat Daya, 9 desa di Papua, 56 desa di Papua Pegunungan, 47 desa di Papua Tengah, dan 16 desa di Papua Selatan.
Baca Juga: Siasat Energi Terbarukan di Desa Air Tenam Sebagai Alat Pemanfaatan Potensi Desa
Tantangan lainnya adalah terkait alih fungsi lahan yang beberapa kali menjadi kendala di lapangan untuk membangun pembangkit EBT skala besar. Konflik yang saat ini sedang terjadi ada di Nusa Tenggara Timur, warga Desa Poco Leok menolak pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di sana.
Menurut artikel Mongabay, warga Poco Leok menolak adanya pembangunan PLTP karena dirasa tidak sesuai dengan kebutuhan mereka. Ditambah lokasi desa yang berada di lembah, sehingga rawan longsor jika terjadi hujan.
Relokasi warga juga bisa terjadi akibat pembangunan PLTA karena kebutuhan lahan, seperti yang terjadi di Provinsi Kalimantan Utara. Melansir artikel BBC, Sungai Kayan akan dijadikan proyek mega PLTA berdampak pada beberapa desa di sekitarnya.
Berbagai tantangan tentunya akan selalu hadir dalam pembangunan EBT di Indonesia. Kerangka pengaman dibutuhkan agar pembangunan ini tidak merugikan pihak-pihak tertentu dan sejalan dengan tujuan dari transisi energi berkeadilan.
Pemerintah terus memperbaiki regulasi untuk menarik lebih banyak investasi di sektor energi terbarukan, seperti melalui skema tarif listrik yang lebih kompetitif dan penyederhanaan perizinan untuk proyek energi terbarukan. Selain itu, dukungan teknologi dan inovasi, seperti integrasi smart grid dan penyimpanan energi, diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan keandalan energi terbarukan.
Masa Depan Energi Terbarukan di Indonesia
Hari Listrik Nasional tahun ini menjadi momen yang tepat untuk merenungkan sejauh mana Indonesia telah bergerak menuju transisi energi bersih. Dengan potensi energi terbarukan yang sangat besar, Indonesia memiliki peluang untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan energi nasional, tetapi juga menjadi salah satu pemimpin global dalam pengembangan energi terbarukan.
Dunia kini mengakui pentingnya transisi menuju energi yang lebih bersih dan efisien. Oleh karena itu, Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam revolusi ini. Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah secara berkelanjutan, Indonesia dapat menciptakan masa depan yang lebih cerah, dengan listrik yang bersih dan efisien menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari.
Selamat Hari Listrik Nasional!