Skip links
Ilustrasi hadiah natal untuk bumi/Freepik

Hadiah Natal Terindah untuk Bumi

Ilustrasi hadiah natal untuk bumi/Freepik
Ilustrasi hadiah natal untuk bumi/Freepik

Pada hari spesial menjelang pergantian tahun, kado apa yang dapat kita berikan kepada bumi yang telah memberikan kita kehidupan? 

KOAKSI INDONESIA—Perayaan Natal oleh umat Kristen bersamaan dengan libur akhir tahun menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Kegembiraan merayakan momen ini biasanya ditandai dengan acara kumpul-kumpul keluarga dan teman, berbagai dekorasi unik, seperti pohon natal beserta hiasannya hingga tukar-menukar kado.

Di tengah-tengah kegembiraan itu, terlintaskah di benak kita apa yang bisa kita berikan kepada bumi sebagai ucapan terima kasih atas kehidupan yang bumi berikan kepada kita? Hadiah yang kita berikan untuk bumi yang pada akhirnya akan dikembalikan lagi oleh bumi kepada kita dalam bentuk kehidupan yang lebih baik. Tanpa bumi, kita tidak akan pernah merasakan kegembiraan ini. 

Inilah yang akan kita lakukan sebagai wujud ucapan terima kasih kepada bumi yang telah memberikan kehidupan.

  • Pohon Natal

Pohon natal menjadi ikon momen spesial ini. Sepertinya hari Natal terasa kurang lengkap tanpa pohon natal. Ada yang memasang pohon cemara asli. Ada juga yang memasang pohon natal artifisial yang umumnya berasal dari plastik. Mana yang harus kita pilih? Kita ingin Natal tetap terasa spesial dengan kehadiran pohon natal. Di sisi lain, kita tidak mau pohon natal pilihan kita menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Ilustrasi pohon natal artifisial/Freepik
Ilustrasi pohon natal dari cemara asli/Freepik

Saat memilih pohon natal dari cemara asli atau pohon natal buatan, ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan berkaitan dengan jejak karbon yang dihasilkan. Misalnya, pola penanaman cemara, pengolahan cemara setelah selesai digunakan, dan masa pakai pohon natal artifisial.

Apabila menggunakan pohon cemara asli, pilih yang berasal dari perkebunan cemara organik. Sebuah penelitian mengenai perkebunan pohon cemara untuk pohon natal (christmas tree plantation [CPT]) di Jerman menunjukkan bahwa pengurangan penggunaan herbisida seperti yang dilakukan di CTP organik mendukung peningkatan struktur habitat dan keanekaragaman spesies dibandingkan dengan CTP konvensional yang menerapkan penggunaan herbisida secara masif.

Saat pohon cemara tidak lagi digunakan, bagaimana pengelolaannya agar tidak berdampak negatif terhadap lingkungan?

Carbon Trust dalam BBC memperkirakan bahwa pohon natal setinggi 2 m yang dibakar setelah digunakan mengeluarkan 3,5 kg karbon dioksida ekuivalen (CO2e)—kira-kira 0,2% emisi dari penerbangan pulang pergi dari London ke New York. Pohon dengan ukuran yang sama yang berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA) memiliki jejak karbon sebesar 16 kg CO2e—setara dengan 1% dari penerbangan pulang pergi tersebut, atau kira-kira dua hamburger. Dengan kata lain, pohon yang berakhir di TPA mengeluarkan sekitar 4—5 kali lebih banyak karbon.

Baca Juga:  Pendanaan Iklim untuk Mendukung Aksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim

Sumber tersebut juga menyatakan bahwa selain emisi yang lebih tinggi, pohon cemara yang berakhir di TPA menyebabkan karbon yang sama dilepaskan sebagai metana—gas rumah kaca yang sekitar 80 kali lebih kuat daripada karbon dioksida dalam skala waktu 20 tahun. 

Untuk mengatasi kendala itu, ada beberapa alternatif solusi yang ditawarkan. Inti dari solusi itu adalah memastikan karbon pohon dilepaskan perlahan kembali ke atmosfer sebagai CO2. Misalnya, dengan cara memotong pohon dan menyebarkannya di kebun atau taman, atau dibuat kompos. Ada baiknya apabila membeli pohon cemara dari tempat yang menyediakan jasa daur ulang, sehingga pohon tersebut dapat dipotong-potong dan dikembalikan ke perkebunan tempat pohon itu berasal (BBC, 2024).

Ilustrasi pohon natal artifisial/Freepik
Ilustrasi pohon natal artifisial/Freepik

Lalu, bagaimana dengan pohon buatan? Masih dari sumber yang sama, pohon cemara buatan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai di TPA. Namun, apabila pohon artifisial ini digunakan kembali cukup lama, bisa jadi karbonnya lebih rendah secara keseluruhan daripada membeli beberapa pohon asli. Jejak karbon pohon natal plastik sekitar tujuh hingga 20 kali lipat dari pohon asli, tergantung pada berbagai faktor seperti apakah pohon asli berakhir di TPA atau seberapa jauh orang bepergian untuk mengambilnya. 

Carbon Trust menyarankan, apabila memilih pohon buatan, gunakan pohon itu selama 7—20 tahun, tergantung pada berat dan bahan yang digunakan. Tindakan ini lebih baik dalam mengurangi emisi daripada membeli pohon baru yang ditanam secara komersial setiap tahun. 

Untuk mengurangi penggunaan plastik, pilih pohon buatan yang lebih pendek, atau desain dengan lebih sedikit dedaunan. Selain itu, dedaunan plastik yang terbuat dari cetakan plastik polietilena memiliki dampak yang lebih rendah daripada dedaunan plastik yang terbuat dari polivinil klorida (PVC), sebagaimana dilansir dari The Conversation.

Berbagai pihak di Indonesia juga telah melahirkan ide-ide kreatif untuk menciptakan pohon natal yang ramah lingkungan. Misalnya, menghias tanaman yang ada di pekarangan dengan hiasan-hiasan yang biasa digunakan di pohon natal, membuat pohon natal dari limbah botol plastik, pohon natal dari eceng gondok, bambu, dan susunan aneka tanaman yang membentuk pohon natal.

  • Hiasan Pohon Natal
Ilustrasi hiasan natal buatan sendiri/Freepik
Ilustrasi hiasan natal buatan sendiri/Freepik

Untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan, gunakan hiasan pohon natal yang sudah ada. Tidak perlu membeli hiasan baru setiap tahun. Untuk menghindari kejenuhan, boleh saja menggunakan hiasan pohon natal yang baru. Kita dapat membuatnya sendiri dengan menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan yang mudah diperoleh. Misalnya, membuat ornamen bintang dari ranting pohon atau membuat hiasan menggunakan benang, cabang pohon cemara atau cabang pohon berdaun lainnya yang bentuknya mirip daun cemara, buah kering, dan batang kayu manis. Hiasan ini bisa juga digantung di dinding.

Baca Juga:  Wujudkan Aksi Iklim: Panitia Pesta Raya Flobamoratas 2023 Bersama Warga Desa Tanah Merah Tanam Ratusan Mangrove
Ilustrasi penggunaan LED hemat energi/Freepik
Ilustrasi penggunaan LED hemat energi/Freepik

Hiasan lain yang perlu juga diganti agar ramah lingkungan adalah lampu di pohon natal. Agar hemat energi, gunakan lampu LED untuk menggantikan lampu pijar. Lampu pijar di pohon natal yang dinyalakan selama 10 jam dapat mengisi lima balon dengan CO2. Beralih ke lampu LED akan menghemat energi 80–90% dibandingkan lampu pijar (Discover, 2023). Walaupun lebih hemat energi, tidak berarti lampu natal dinyalakan terus. Saat meninggalkan ruangan, matikan lampu natal dan lampu ruangan.

  • Kumpul Bersama Keluarga dan Teman
Ilustrasi hidangan berlebihan saat Natal yang bisa menjadi food waste/Freepik
Ilustrasi hidangan berlebihan saat Natal yang bisa menjadi food waste/Freepik

Pohon natal disertai hiasannya sudah rapi terpasang. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, yaitu hari Natal. Pada hari itu, biasanya semua berkumpul menikmati hidangan sambil bertukar kado. 

Penyediaan hidangan untuk acara kumpul bersama baik pada Natal maupun malam pergantian tahun seharusnya tidak berlebihan, sehingga tidak ada makanan yang terbuang. Makanan yang terbuang akan menjadi limbah (food waste) yang merugikan lingkungan. 

Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2023 menunjukkan, komposisi sampah terbesar di Indonesia berasal dari sisa makanan, yaitu 39,64%. Sampah yang berasal dari sisa makanan (food waste) ini menimbulkan masalah tersendiri di Indonesia, yang tidak hanya berdampak negatif terhadap lingkungan, tetapi juga merugikan produk domestik bruto (PDB) nasional. 

Kajian Bappenas menunjukkan, sampah makanan di Indonesia selama 2000–2019 berada pada rentang 23–48 juta ton/tahun atau setara dengan 115–184 kg/kapita/tahun. Jumlah tersebut menghasilkan emisi gas rumah kaca sekitar 1,7 ribu Megaton CO2e dan kerugian sebesar 213–551 triliun rupiah/tahun atau setara dengan 4%–5% PDB Indonesia. Jika tidak ditanggulangi dengan baik, diperkirakan timbulan sampah ini dapat mencapai 334 kg/kapita/tahun di tahun 2045. 

Oleh karena itu, penyiapan hidangan disesuaikan dengan jumlah orang yang diperkirakan hadir. Kalaupun masih ada yang tersisa, menjelang acara kumpul-kumpul itu berakhir, tuan rumah dapat membagi-bagikannya kepada tamu untuk mereka bawa pulang menggunakan wadah makanan yang ramah lingkungan yang dapat digunakan berulang kali. 

Hindari juga penggunaan peralatan makan sekali pakai yang terbuat dari plastik. Sebagai gantinya, gunakan peralatan makan yang bisa digunakan berulang kali. Dengan cara ini, kita menunjukkan tanggung jawab kita untuk tidak menambah sampah yang biasanya meningkat saat libur Natal dan Tahun Baru. Bayangkan saja, hanya dari perayaan pergantian tahun ke 2024, sampah di Jakarta mencapai 130 ton.

Baca Juga:  Seri Energi Terbarukan: Pembangkit Listrik Tenaga Surya
Ilustrasi kado natal dengan kertas daur ulang/Freepik
Ilustrasi kado natal dengan kertas daur ulang/Freepik

Di acara kumpul-kumpul ini, memberikan hadiah dapat mempererat persaudaraan dan persahabatan. Berikan hadiah yang membuat penerima merasa spesial, bertahan lama, dan tidak membebani bumi. Banyak cara mengemas hadiah yang bersahabat dengan lingkungan. Misalnya, menggunakan kertas yang tidak terpakai atau kertas daur ulang, menempatkan hadiah dalam boks bekas yang masih dalam kondisi bagus atau tempatkan hadiah dalam tas yang bisa digunakan berulang kali. Akan lebih bijaksana apabila kita menghindari penggunaan kertas karena untuk memproduksi kertas diperlukan energi, air, dan pohon dalam jumlah banyak. 

Untuk meminimalkan sampah, kado juga dapat diberikan dalam bentuk digital. Misalnya, buku elektronik bagi yang hobi membaca buku, tiket konser atau tiket pertunjukan elektronik (hanya pastikan si penerima belum memesan tiketnya), tanaman dalam pot atau bibit tanaman bagi mereka yang suka berkebun, dan hasil kreativitas kita sendiri, seperti baju rajutan dan lukisan. Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) 2023 menunjukkan, komposisi sampah terbesar ketiga di Indonesia berasal dari kertas/karton, yaitu 10,89%.

  • Berdonasi
Ilustrasi berdonasi untuk organisasi lingkungan/Freepik
Ilustrasi berdonasi untuk organisasi lingkungan/Freepik

Natal merupakan perayaan sukacita. Sukacita itu dapat kita tunjukkan dalam bentuk terima kasih kita kepada bumi dengan berdonasi kepada komunitas ataupun organisasi masyarakat sipil yang tanpa kenal lelah terus menyuarakan dan melakukan aksi kebaikan untuk bumi. Upaya mereka menjaga kelestarian bumi patut dihargai dan didukung. Kepedulian kita ini akan berdampak luas melampaui perayaan momen-momen istimewa ini. 

Hadiah yang Berdampak Tahan Lama

Perayaan Natal dan Akhir Tahun hanyalah sepenggal waktu dalam perjalanan hidup kita. Oleh karena itu, terasa sayang apabila perayaannya sampai menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan tempat kita hidup. Kesederhanaan merayakan Natal tidak akan menghilangkan makna Natal yang sesungguhnya. Justru keserderhanaan akan makin mempererat kebersamaan dan menjaga bumi tetap lestari. Sesuai dengan tema Natal nasional tahun 2024, Marilah Sekarang Kita Pergi ke Betlehem, kota kecil tempat kelahiran Yesus yang lahir dalam kesederhanaan. Momen ini menjadi waktu yang tepat untuk membentuk kebiasaan baik yang akhirnya menjadi gaya hidup dan mengajak orang lain untuk bersama-sama melakukannya, sehingga terjadi perubahan yang lebih luas.

Penulis

Beranda
Kabar
Kegiatan
Dukung Kami
Cari