Dua unsur yang tidak terpisahkan untuk menjaga kelangsungan hidup kita.
Banyak yang tidak menyadari bahwa dari sekian banyak manfaat hutan, salah satu yang paling esensial adalah sebagai penyuplai energi terbarukan yang bersih bagi kehidupan di bumi. Energi terbarukan merupakan jenis energi dari sumber daya alam yang pada hakikatnya tidak akan pernah habis dan mampu terisi kembali melalui proses alami dalam kurun waktu yang pendek dibandingkan dengan masa hidup manusia. Terdapat beberapa jenis sumber energi terbarukan yang bisa dikembangkan di Indonesia, antara lain surya (solar), air (hydro), angin (wind), panas bumi (geothermal), bioenergi (biomassa), serta gelombang laut (ocean or marine energy).
Sumber-sumber energi tersebut, sebagian besar terkait langsung dengan keberadaan hutan, dan tentu saja kelestariannya. Hutan sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam menyediakan dan menyimpan hampir semua energi yang dibutuhkan oleh manusia. Tutupan vegetasi hutan yang didominasi oleh pepohonan memiliki peranan penting dalam menjaga keberlanjutan energi, dari menahan air tanah dan menjaga kualitasnya, mencegah pemanasan global sekaligus menstabilkan suhu, menyediakan stok sumber daya seperti panas bumi, air dan biomassa, bahkan memproduksi oksigen yang kita hirup sepanjang waktu agar bisa bertahan hidup.
Tidak hanya menyediakan dan menyimpan sumber energi, hutan memainkan peranan penting dalam pengelolaan ekosistem. Hal itu terkait dengan fungsi hutan sebagai penangkal dampak buruk perubahan iklim. Dari sisi ekonomi, menjaga hutan merupakan upaya mitigasi termurah dalam melawan dampak perubahan iklim, bukan hanya bagi Indonesia tapi juga bagi dunia. Misalnya, dengan tidak membiarkan lahan hutan terdegradasi atau bahkan terbakar, kita mengurangi biaya-biaya besar yang dikeluarkan dalam penanganan dampak bencana di kemudian hari. Jika hutan terbakar misalnya, selain biaya penanggulangan yang besar, kita tentu berisiko terkena gangguan pernapasan seperti ISPA yang akan membutuhkan biaya pengobatan yang cukup besar.
Sayangnya manfaat besar ini, yang tidak terlihat secara langsung oleh mata kita, sering kali diabaikan. Selama ini, kita terbiasa menerima manfaat hutan dalam berbagai bentuk produk jadi yang kita gunakan sehari-hari seperti meja, kursi, kertas, parfum, sabun, dan tisu, sehingga peranan penting hutan sebagai penyedia energi bersih dan semua kebutuhan itu terlupakan.
Berbeda dengan warga perkotaan yang tidak secara langsung menerima manfaat alami dari hutan, warga di desa-desa sekitar hutan adalah yang paling merasakan langsung manfaat hutan sebagai sumber energi utama dalam kehidupan sehari-hari. Warga memanfaatkan hasil hutan selain kayu sebagai bahan makanan dan obat-obatan, kayu hutan dimanfaatkan sebagai pemanas, untuk memasak, membuat perkakas rumah tangga dan lainnya. Secara sederhana, selama ini warga di sekitar hutan telah memanfaatkan energi terbarukan dari hutan meski dalam skala kecil. Hal tersebut juga yang membuat mereka menjadi yang paling rentan terkena dampak dari perusakan hutan.
Terkait dengan energi terbarukan, hingga saat ini masih banyak yang menganggap bahwa energi terbarukan hanya sebagai energi alternatif. Pemahaman ini berbahaya, karena dapat diartikan bahwa energi terbarukan baru akan dimanfaatkan saat energi yang biasa kita gunakan yaitu energi fosil sudah habis. Pada kenyataannya, energi terbarukan adalah solusi untuk menggantikan penggunaan energi fosil serta menjawab ancaman krisis energi dunia yang mengancam di masa depan. Artinya, pemanfaatan energi terbarukan seharusnya segera diimplementasikan sebelum krisis energi benar-benar terjadi.
Pemanfaatan ini, di antaranya adalah menggunakan aliran debit air sebagai Pembangkit Listrik Mini-Mikro Hidro. Selain itu, sumber energi terbarukan lainnya yang tersedia di hutan adalah biomassa. Biomassa adalah penghasil bioenergi yang berasal dari bagian-bagian tanaman di hutan. Beberapa jenis tanaman yang umum digunakan sebagai sumber energi biomassa adalah eucalyptus, sengon, gamal, lamtoro, nyamplung, bintangur, akasia, rumput gajah, kaliandra, dan kemiri. Bahkan, beberapa waktu terakhir ini dikembangkan pembangkit listrik biomassa berbahan baku bambu di Mentawai, Sumatera Barat.
Selain biomassa, sumber air yang terkandung di kawasan hutan merupakan potensi energi yang besar. Air yang mengalir dalam sungai-sungai berasal dari sumber-sumber mata air yang eksistensinya bergantung pada hutan yang terjaga kelestariannya. Sungai-sungai inilah yang dimanfaatkan untuk menjadi energi dengan pembangkit listrik tenaga air (mikrohidro). Aliran air sungai akan ditampung dan memutar turbin yang ada di generator sehingga energi kinetik dapat diubah menjadi listrik.
Alih-alih memanfaatkan pembangkit listrik diesel yang mutlak membutuhkan bahan bakar solar, sehingga perlu mendistribusikan solar dari kota ke desa-desa di pelosok hutan, pemanfaatan mikrohidro adalah sebuah solusi cerdas, bersih, dan berkelanjutan. Cara ini telah dilakukan masyarakat Kasepuhan Ciptagelar, Sukabumi. Warga Kasepuhan Ciptagelar kini bisa menikmati penerangan listrik.
Lebih dari 75 rumah tangga kini teraliri listrik melalui pembangkit listrik kecil tenaga air skala mikro yang memiliki kapasitas 40 kilo watt (KW). Kualitas kehidupan warga pun meningkat, baik melalui ekonomi, pendidikan, kesehatan, lingkungan, maupun sosial budaya. Tersedianya listrik diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat Ciptagelar, salah satunya melalui produksi kopi.
Energi panas bumi (geothermal) yang merupakan potensi energi terbesar di Indonesia juga boleh dikatakan saling bergantung dengan hutan. Geothermal umumnya berada di kawasan vulkanis pegunungan dan kawasan hutan. Proses pengubahan energi panas bumi menjadi listrik juga sangat membutuhkan air.
Namun, pemanfaatan sumber daya alam yang tersedia di hutan-hutan kita mesti melalui pendekatan yang ramah lingkungan karena sering kali upaya pemanfaatan energi alami ini berakhir sebagai penyebab deforestasi. Perlu diingat bahwa tujuan pemanfaatan energi terbarukan yang bersumber dari hutan adalah menggantikan energi yang selama ini bersumber dari fosil yang berdampak buruk bagi lingkungan. Jadi, sudah seharusnya pertimbangan lingkungan diutamakan, sehingga energi terbarukan dapat menjadi jaminan energi masa depan yang menjanjikan untuk kehidupan manusia yang lebih baik. Dengan demikian, menjaga hutan berarti menjaga keberlangsungan suplai energi kini dan nanti.