Skip links

Momen Baru untuk Menyongsong Indonesia Bersih Sampah 2025

Ilustrasi Perayaan Tahun Baru 2025/Freepik

Perayaan Tahun Baru selalu dinantikan. Kemeriahan perayaan ini alangkah lebih bermakna jika diiringi upaya perubahan nyata. Mari wujudkan Indonesia Bersih Sampah 2025. 

KOAKSI INDONESIA—Tahun Baru seharusnya menjadi momentum untuk menetapkan resolusi dan memperbaiki diri. Jika tidak disertai perubahan sikap dan perilaku, momen ini hanya akan menjadi pergantian tahun tanpa makna.

Perayaan penuh sukacita di berbagai kota ini membuktikan bahwa masyarakat Indonesia menantikan momen dan bersiap untuk pergantian tahun. Namun, perayaan yang cenderung masih diiringi festival besar-besaran ini berpotensi menyisakan tumpukan sampah. Padahal, tahun 2025 menjadi tahun pencapaian target Indonesia Bersih Sampah yang telah ditetapkan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.  

Perayaan Mewah Berbuah Sampah

Perayaan di sejumlah wilayah seperti Bali, Surabaya, dan Yogyakarta juga turut menjadi perhatian. Misalnya di Pantai Kedonganan, Jimbaran, Bali, terdapat tumpukan sampah hasil sisa Tahun Baru yang mencapai 25,5 ton. 

Beberapa lokasi strategis di Jakarta yang menjadi tempat perayaan pergantian tahun diserbu oleh ribuan masyarakat. Walaupun berjalan sangat meriah karena dihiasi pertunjukan drone hingga pesta kembang api, antusiasme ini justru menciptakan potensi sampah yang cukup parah.

Baca Juga:  Perspektif Generasi Muda terhadap Bidang Pekerjaan Transisi Energi

Untuk mengatasi masalah sampah, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah menyusun strategi dengan menerjunkan 3.900 petugas kebersihan untuk membersihkan sampah di sekitar Bundaran HI hingga Jalan MH Thamrin. 

Meski tempat sampah sudah tersedia, kesadaran pengunjung untuk membuang sampah pada tempatnya masih rendah, sehingga pekerjaan para petugas menjadi lebih berat.

Sejumlah 132 ton sampah telah berhasil dikumpulkan oleh petugas yang berjaga dari pukul 00.30–04.00 WIB. Apresiasi setinggi-tingginya kepada petugas kebersihan setempat yang langsung membersihkan sampah, sehingga pada pagi harinya masyarakat bisa kembali beraktivitas di sekitar lokasi tersebut. 

Foto kegiatan bersih sampah oleh petugas kebersihan/Dok. DLH DKI Jakarta

Namun, ternyata sejumlah 132 ton ini dirasa lebih sedikit dari perkiraan Asep Kuswanto, Kepala DLH DKI Jakarta. 

“Kami sebelumnya memproyeksi jumlah sampah sisa perayaan malam Tahun Baru di Jakarta mencapai 150 ton karena jumlah titik keramaian perayaan pergantian tahun bertambah dan prediksi hujan yang akan menambah berat sampah, namun tadi malam tidak terjadi hujan,” terangnya kepada wartawan Kumparan pada Rabu awal Januari lalu. 

Berkurangnya jumlah sampah pada pergantian tahun ke 2025 dibandingkan ke tahun 2024 patut diapresiasi. Namun, kita perlu terus meningkatkan upaya pengurangan sampah. Tanamkan di diri bahwa masalah sampah tidak hanya persoalan “Pasukan Oranye”. Masalah sampah merupakan masalah kita bersama. Apabila dalam diri kita masing-masing telah tertanam untuk tertib dalam mengelola sampah, perubahan nyata akan lebih cepat tercipta.

Sadar Lingkungan, Langkah Kecil Berdampak Besar

Ilustrasi gaya hidup lebih hijau/Freepik

Mari buat tahun 2025 lebih hijau dengan langkah sederhana setiap bulan. Mulailah dengan membawa tumbler dan totebag untuk mengurangi plastik sekali pakai, menggunakan pakaian thrift shop atau lokal yang ramah lingkungan, dan menanam pohon di halaman atau adopsi pohon. 

Beralih ke catatan digital untuk hemat kertas, gunakan transportasi ramah lingkungan, dan bijaklah menggunakan listrik. Kurangi limbah makanan dengan memasak secukupnya, ajak keluarga memulai kebiasaan hijau, dan ikut aksi bersih lingkungan. 

Terapkan minimalisme dengan mendonasikan barang tak terpakai, buat produk ramah lingkungan sendiri, dan akhiri tahun dengan memberikan hadiah eco-friendly kepada keluarga, kerabat, dan teman

Langkah kecil tersebut, apabila dilakukan secara konsisten, bisa menciptakan perubahan besar untuk diri kita dan bumi pada khususnya. 

Contoh produk daur ulang hasil kolaborasi Koaksi Indonesia dan UMKM Surat Sobek/Eties Kurniawati

Sebagai organisasi nirlaba yang konsisten mengampanyekan green jobs, Koaksi Indonesia telah membuktikan bahwa sampah bisa dikelola menjadi komoditas bernilai yang unik. Koaksi Indonesia tidak sekadar berkampanye. Namun, menjadikan gaya hidup hijau sebagai bagian dalam keseharian Koaksi Indonesia. Salah satunya dengan melakukan pemilahan sampah mandiri di lingkungan kantor. 

Memilah sampah memberikan banyak manfaat, seperti mencegah pencampuran sampah basah dan kering yang dapat menjadi sarang bakteri, menghindari kontaminasi bahan berbahaya, mempermudah proses daur ulang, dan mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA. 

Sampah dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu organik, anorganik (misalnya, plastik, kaleng, elektronik, pembalut atau diaper sekali pakai), serta bahan berbahaya dan beracun (B3) seperti obat-obatan yang sudah kedaluwarsa. 

Sampah organik, seperti sisa makanan dan dedaunan, dapat diolah menjadi pupuk kompos, eco-enzyme (bermanfaat sebagai pembersih alami serbaguna, penghilang bau, dan pupuk cair) atau veggie stock (bermanfaat sebagai penyedap rasa alami masakan, mengurangi limbah dapur). 

Baca Juga:  Keuntungan Menerapkan Prinsip GEDSI dalam Transisi Energi

Sampah anorganik, seperti plastik dan kaleng, dapat didaur ulang atau digunakan kembali menjadi barang bermanfaat seperti pot tanaman atau ecobrick, yang berguna untuk mengganti bata untuk bangunan maupun fondasi furnitur. 

Untuk limbah elektronik dan bahan berbahaya, penting untuk menyerahkannya ke fasilitas pengolahan khusus seperti bank sampah, perusahaan start-up seperti Dulang, maupun dikembalikan kepada CSR perusahaan produsennya.  

Di Kantor Koaksi Indonesia, kami telah memilah sampah berdasarkan jenisnya, ada organik, anorganik, dan sampah tisu. Tempat sampah organik menampung sampah organik basah (sisa makanan dan dedaunan) serta kering (berupa kertas dan kardus); tempat sampah anorganik untuk sampah plastik, kaleng, bahan elektronik; serta tempat khusus sampah tisu.

Ilustrasi pemilahan sampah di Kantor Koaksi Indonesia/Eties Kurniawati

Sebagai upaya keberlanjutan, Koaksi Indonesia bekerja sama dengan UMKM Surat Sobek. Sampah yang sudah dipilah dan dikumpulkan berupa sampah kertas dan kardus yang sudah tidak digunakan lagi di kantor akan diolah menjadi notebook. Kemudian, notebook ini dijadikan merchandise pada acara-acara Koaksi Indonesia. Dengan kata lain, notebook unik ini bisa menjadi alat untuk mengampanyekan gaya hidup hijau secara lebih tepercaya karena masyarakat telah melihat buktinya. 

Semoga upaya Koaksi Indonesia ini memotivasi masyarakat untuk mulai melakukan pengelolaan sampah demi terwujudnya Indonesia Bebas Sampah 2025.

Penulis

Beranda
Kabar
Kegiatan
Dukung Kami
Cari