Skip links
Ilustrasi/Freepik

Green Jobs Class #3: Cara Bikin CV yang Pasti Diundang Wawancara

Ilustrasi/Freepik
Ilustrasi/Freepik

Green Jobs sesi ketiga kali ini, Selasa 14 November 2023, berjalan dengan suasana yang terasa renyah. Koaksi Indonesia menghadirkan Dinar Syarita Bakti atau akrab disapa Kak Dinar, HR Practitioner & Content Creator.

KOAKSI INDONESIA — Kak Dinar pada kesempatan ini mengulas mengenai cara membuat CV yang jitu, “How to Write a Killer CV”. Pembahasan diawali dengan premis “bagaimana akhirnya CV akan memengaruhi profil atau aplikasi kamu di sebuah lamaran kerja yang lagi diusahakan”.

“Kalau kita lagi ngomongin CV rasanya gak lengkap kalau gak membahas ATS atau Applicant Tracking System. Kalau kita cari Google Word-nya Job Seeker pasti paling atas CV ATS,“ ujar Kak Dinar.

Kemudian, Kak Dinar menjelaskan mengenai CV kreatif yang biasa dipakai untuk melamar kerja di bidang-bidang atau profesi yang menuntut kreativitas tinggi.

“Terus rasanya gak lengkap juga ketika kita membicarakan CV tanpa membahas LinkedIn karena untuk teman-teman yang lagi aktif mencari kerja, update your CV first and then update your LinkedIn,“ kata Kak Dinar.

Menurut Kak Dinar, struktur LinkedIn dan CV itu 11-12 di industri 4.0. Artinya, generasi ini sudah merasakan dahsyatnya dampak dari media sosial.

“Banyak pekerjaan yang muncul sejak ada media sosial, pekerjaan yang 2025 tahun lalu tidak ada, seperti copywriting, KOL, content creator, dan digital marketing, akarnya dari media sosial. Dengan mengetahui dan familier pada profesi-profesi ini, kita jadi paham kalau teknologi dan industri itu menentukan pekerjaan yang berkembang di era tersebut,” jelasnya.

Artinya, di era modern, kita mau melamar ke tempat kerja yang modern, berarti kita butuh cara yang modern untuk dapat kerja, tidak bisa hanya mengandalkan CV dan job portal, namun harus aktif di media sosial.

Dan yang disarankan adalah LinkedIn, ranahnya mencari pekerjaan dan orang-orang profesional untuk kasarnya pamer kerjaan.

Baca Juga:  Menenun Masa Depan: Praktik Baik Komunitas Gebetan dan Penenun Sumba dalam Menghadapi Perubahan Iklim

Masuk pada sesi utama, Kak Dinar menjelaskan alur sebuah rekrutmen secara umum di Indonesia. Tahapan pertama diminta mengirim dokumen berupa CV, surat lamaran, dan portofolio untuk beberapa pekerjaan yang membutuhkan.

“Kedua, CV dan semua dokumen yang sudah dikirim, baik melalui email, job portal, maupun google form akan disaring. Dan yang menyaring bukan cuma HR, tapi bersama user. Biasanya user yang paling “kejam” memilihnya karena user ini memilih timnya,“ jelasnya.

Selanjutnya, HR akan mengundang kandidat yang dipilih oleh user untuk diwawancara. Setelah lolos di HR, kembali kepada user dan di setiap tahapannya ada eliminasi. Setelah di tahap user, selain wawancara ada beberapa tes untuk alur rekrutmen di antaranya psikotes, forum group discussion (FGD), dan biasanya ada leaderless group discussion (LGD). Lalu medical check-up, ada juga tes presentasi dan akademik.

Kak Dinar bertanya kepada peserta Green Jobs Class, “Teman-teman pernah ikut tes CPNS dan serangkaian tesnya? Kalau belum pernah, teman-teman mungkin pernah ikut MDP (Management Development Program), ODP (Officer Development Program), atau MT (Management Trainee)?”

Alur MT biasanya panjang, hampir sama dengan CPNS. Ada tes akademik dan segala macam, tapi itu sebenarnya tidak sering terjadi, yang menentukan proses rekrutmen panjang atau tidak adalah struktur atau hierarki organisasi.

Setelah pelamar berhasil melalui dua tahapan wawancara, HR dan user, pelamar masuk di tahapan job offering (penawaran kerja).

“Penawaran kerja ini kemungkinannya dua, pelamar menerima penawaran perusahaan atau pelamar menolak tawarannya, tapi orang suka lupa yang ketiga yaitu negosiasi,” kata Dinar.

Tahapan negosiasi biasanya masalah nego gaji ataupun tunjangan. Setelah itu, kalau sudah terjadi kesepakatan, pelamar kerja tanda tangan dan menunggu onboarding atau hari pertama kerja. Selanjutnya, ada masa probation atau masa percobaan, biasanya rata-rata tiga bulan

Lembaran CV (Curriculum Vitae)

Sesi selanjutnya Kak Dinar secara khusus memaparkan mengenai lembaran riwayat hidup, resume, atau orang menyebutnya CV (Curriculum Vitae). Ketika membicarakan resume atau CV, kiblat dua dokumen ini ke Eropa dan Amerika.

“Kalau kalian akan melamar pekerjaan di luar negeri, orang-orang akan meminta kamu untuk kirim resume, dan dokumen ini sama persis seperti CV yang kalian kenal sekarang di Indonesia. Sementara kalau mau lanjut pendidikan atau berkarier di bidang pendidikan, kalian baru akan diminta untuk buat CV dan CV itu beda banget sama resume. CV ini isinya data diri dan penjabaran pernah buat jurnal apa saja, nulis apa saja, pernah mengajar apa saja, sertifikasi di bidang, S1, S2, S3 di mana saja, siapa yang jadi referensi kontak, itu disebutnya CV,” papar Dinar.

Menurut Dinar, CV berisi tiga hal. Pertama, menjelaskan siapa diri kamu, nama dan nama panggilan. Selanjutnya, cerita tentang diri hingga sampai di titik kamu melamar di perusahaan tersebut, termasuk latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja sebelumnya. Ketiga, alasan kenapa cocok melamar di perusahan tersebut, yang berisi penjelasan mengenai skill and expertise, achievement, dan portofolio.

Kemudian, Dinar membedah CV formal dan CV kreatif. Menurutnya, CV formal adalah CV ATS, sedangkan CV kreatif adalah CV yang memang menunjukan kreativitas.

“Isi CV formal hanya tulisan, mengerjakan apa saja, tugasnya apa, dan pengalaman organisasi, hanya selembar. Sementara itu, CV ATS yang digabungkan dengan portofolio isinya sertifikasi dan pengalaman kerja. Karena ini porto jadi ada penjelasan apa saja brand yang sudah pernah “dipegang”. Kunci CV kreatif, ada tautan yang mengarahkan langsung ke contoh hasil pekerjaan, ada penjelasan kampanyenya tentang apa, tujuannya apa, dan tugasnya apa. Jumlah halaman CV kreatif pasti banyak, tetapi tidak semua pekerjaan bisa pakai CV ini,” jelas Dinar.

Kak Dinar menjelaskan yang tidak boleh dilakukan saat membuat CV, di antaranya typo, alasannya di zaman dengan teknologi yang sudah canggih typo harus dihindari.

Baca Juga:  Green Jobs untuk Semua: Mengoptimalkan Diversitas melalui Partisipasi Komunitas Inklusi

Apa itu ATS (Applicant Tracking System)?

Applicant Tracking System (ATS) adalah perangkat lunak yang digunakan oleh perusahaan dan agensi perekrutan untuk mengelola proses perekrutan dan menurut Dinar ini menjadi kunci. Secara teknikal, salah satu untuk menyiasatinya dengan menggunakan font yang standar, contohnya Calibri, Arial, Helvetica, dan Times New Roman.

“Kemudian tidak perlu banyak visual karena ATS tidak dapat membaca visual dan karya, itulah kenapa kalau ada graphic designer diminta apply lewat job portal, CV-nya ATS tapi nanti ada satu tautan portofolio yang kalau kita klik akan masuk ke CV kreatif dia, dan jangan lupa simpan data CV kamu dalam format PDF, terus jangan ada singkatan,” jelas Dinar.

Apakah HR Hanya Butuh 6 Detik Baca CV?

Kalau teman-teman pernah mendengar, “Apakah benar HR membaca CV hanya 6 detik?” Kak Dinar dengan jujur mengatakan bahwa dirinya membaca CV hanya 6 detik.

Dengan pengalaman 8 tahun menjadi HR, hampir kebanyakan waktunya membaca CV, menjadi hal yang wajar kecepatan memahami CV semakin kencang.

“Yang harus diperhatikan adalah bagaimana caranya dengan waktu yang sangat terbatas orang dapat langsung menangkap apakah kamu memenuhi syarat atau tidak di pekerjaan tersebut,” ujar Dinar.

Menurut Dinar, tujuan membuat CV bukan untuk diterima kerja. Tujuan membuat CV untuk diundang wawancara, itu kuncinya.

Penulis

Beranda
Kabar
Kegiatan
Dukung Kami
Cari